BERINGIN, SUMUTPOS.CO – Perlintasan rel kereta api (KA) tanpa palang di Pasar Sore Dusun Manggis Desa Tumpatan Kecamatan Beringin, kembali menelan korban. Kali ini yang menjadi korbannya adalah Hermina Dasia boru Barus (22), sales promotion girls (SPG) di Keris Gallery Bandara Kualanamu International Airport (KNIA).
Warga Pancurbatu yang kost di Gang Manggis Desa Tumpatan Kecamatan Beringin ini tewas dengan kondisi kepala remuk, setelah ditabrak KA, Kamis (15/1) sekira pukul 13.00 Wib. Sedangkan Nur Fadila temannya dalam kondisi sekarat karena mengalami patah tulang pada dana dan rusuk.
Informasi diperoleh, siang itu dengan mengendarai sepedamotor Supra X 125 warna hitam-hijau BK 2426 MAK, Nur Fadila (21) warga Lubuk Pakam membonceng Hermina dari Bandara Kualanamu menuju Lubuk Pakam. Tiba di lokasi kejadian ketika posisi sepedamotoronya sudah di tengah, Nur Fadila ragu-ragu untuk memajukan kendaraannya, meskipun ban depan sudah melewati rel. Sementara kereta api Sribilah yang mengangkut penumpang dari Rantau Parapat tujuan Medan sudah sangat dekat dari posisi sepedamotor korban.
Tanpa bisa menghindar lagi, kereta api yang dimasinisi Dedi Satria dan asisten masinis Andre itu menghantam bagian belakang sepedamotor korban. Seketika Nur Fadila terpelanting, sedangkan Hermina tewas dengan kondisi mengenaskan dan terseret hingga 25 meter.
Warga sekitar yang melintas dan tinggal di sekitar lokasi kejadian langsung berkerumun melihat jasad Hermina yang tergeletak pada semak belukar di pinggiran rel. Tak berapa petugas Polsek Beringin langsung turun ke lokasi dan membawa Nur Fadila serta Hermina ke Rumah Sakit Patar Asih yang hanya berjarak sekira 1 KM dari lokasi kejadian. Nur Fadila langsung mendapat perawatan intensif di ruang IGD sedangkan Hermina berada di ruang jenazah. Darah segar masih terus mengalir dari kepala Hermina.
Sejumlah teman-teman kerja kedua korban menangis tatkala melihat jasad Hermina di ruang jenazah rumah sakit. Menurut cerita Nike (21), saat bekerja korban Hermina masih ketawa-ketawa sambil meledeknya. “Dia masih ketawa-ketawa sambil mengejekku dan dia bilang, pasti nanti ada yang menangis. Beberapa hari ini perangai kedua teman kami itu biasa-biasa saja dan tidak ada menunjukkan gelagat bakal kejadian seperti ini. Ternyata harus pergi selamanya meninggalkan kami,” ucap Nike sambil terisak
“Ucapannya bakal ada yang menangis hari ini. Ternyata kami yang akan menangisi Hermina. Tadi dia masih ketawa-ketawa. Kami tidak ada firasat atau mimpi jika Hermina bakal pergi selamanya. Hermina itu begitu baik sama temannya. Tidak ada permintaan Hermina kepada kami sebelum kejadian ini,” bilang Martauli boru Doloksaribu, teman korban.
Tak jauh beda dengan teman-teman Hermina, Umah (38) pemilik kost yang ditumpangi Hermina mengatakan, tidak ada pesan Hermina kepadanya. “Perangainya biasa-biasa saja, Hermina berangkat kerja pukul 04.30 Wib, pulang sore. Setelah pulang kerja, Hermina nonton dan langsung tidur. Tidak ada tanda-tanda jika dia akan pergi selamanya,” sebut wanita beranak satu ini.
Korban Hermina merupakan deretan korban di perlintasan rel kereta api tanpa palang itu. Sebelumnya pada tahun 2008 silam mobil Toyota Avanza yang ditumpangi empat orang rombongan Kejaksaan Lubuk Pakam mengalami kecelakaan. Ketika itu jaksa Evi tewas ditempat kejadian.
Pada 1 Desember 2013, Kijang Kapsul BK 1306 VG berisi 8 penumpang ditabrak kereta api seorang nenek bernama Afsah (54) dan Nur Afizah (12) cucunya tewas. Pada 2 Mei 2014 pasangan suami isteri Saribun Darma (50) dan Ramdani (39) yang mengendarai Honda Vario BK 5435 MAK tewas ditabrak kereta api.
Keajaiban justru dialami 4 penumpang Mitsubishi Mirage warna hitam BK 1208 MS. Meski mobil terseret 6 meter, namun penumpang yang didalamnya yakni Ango (59), Atho (56), Fany (27) ketiganya warga Jalan TB Simatupang Nomor 57 Ligkungan VII Kampung Lalang Medan dan Fery (29) warga Jalan Sempurna Komplek City Residence Medan itu selamat. (man)