26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

STAI Minim Peminat

MEDAN – Sekitar 50 persen kondisi sekolah tinggi agama Islam (STAI) di Sumut tidak memadai, sehingga perlu mendapat pembinaan dan pendampingan.
Hal ini disampaikan Koordinator Perguruan Tinggi Agama Islam (Kopertais) Wilayah IX Prof Nur Ahmad Fadhil Lubis, saat dikonfirmasi kemarin (15/2).
“Dari 35 sekolah tinggi Islam yang ada di Sumut, setengah atau 50 persen diantaranya masih memprihatinkan, sehingga perlu perhatian dan pembinaan demi kelangsungan peserta didik,” sebut Fadhil.

Masih Fadhil, dalam amatan Kopertais, sekolah tinggi agama Islam, institut, maupun fakultas agama Islam di daerah hampir seluruhnya belum memadai.
Beberapa diantaranya, yakni STAI Al-Ikhlas Sidikalang, STAI Barumun Raya Sibuhan, STAI Nias dan STAITA Padangsidempuan. “Banyak faktor yang menyebabkan perkembangan perguruan Islam tidak secepat perguruan tinggi umum, misalnya minat mahasiswa, ketersedian dosen, dan dukungan fasilitas,” ucap Fadhil.

Terkait persoalan minat, kata Fadhil, perguruan tinggi Islam atau sekolah tinggi agama Islam tidak sebanyak perguruan tinggi umum. Sebagai contoh, untuk peminat perguruan tinggi umum mencapai ribuan dan sebaliknya jumlah peminat perguruan tinggi Islam jauh lebih kecil.
Untuk itu, lanjutnya,  pengelolaan keuangan yang bersumber dari biaya pendidikan juga terbatas.

Begitu juga dengan program studi yang banyak belum terakreditasi. Dikarenakan keterbatasan tenaga pendidik, sarana prasarana dan ketersedian mahasiswanya.

“Untuk sekolah agama di daerah, dosen sebagian besar masih S1. Seyogyanya setiap prodi minimal ada enam dosen berkualifikasi magister, tetapi banyak yang di bawah itu. Bahkan, sebagian dosen yang sudah magister atau doktor itu berasal dari perguruan tinggi Islam di Medan,” jelasnya.

Kurangnya tenaga dosen berkualifikasi magister dan doktoral, disebabkan rendahnya minat menyambung pendidikan karena keterbatasan biaya. “ Tapi selama ini, beasiswa pendidikan dosen jauh lebih banyak tersedia di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional,” ujarnya.

Melihat kondisi tersebut, Fadhil berharap Perguruan Tinggi Islam Swasta yang ada di lingkungan Kopertais IX dapat lebih baik ke depannya. Baik dari segi legal formal, izin, maupun sarana dan prasarana termasuk pemenuhan akreditasi.(uma)

MEDAN – Sekitar 50 persen kondisi sekolah tinggi agama Islam (STAI) di Sumut tidak memadai, sehingga perlu mendapat pembinaan dan pendampingan.
Hal ini disampaikan Koordinator Perguruan Tinggi Agama Islam (Kopertais) Wilayah IX Prof Nur Ahmad Fadhil Lubis, saat dikonfirmasi kemarin (15/2).
“Dari 35 sekolah tinggi Islam yang ada di Sumut, setengah atau 50 persen diantaranya masih memprihatinkan, sehingga perlu perhatian dan pembinaan demi kelangsungan peserta didik,” sebut Fadhil.

Masih Fadhil, dalam amatan Kopertais, sekolah tinggi agama Islam, institut, maupun fakultas agama Islam di daerah hampir seluruhnya belum memadai.
Beberapa diantaranya, yakni STAI Al-Ikhlas Sidikalang, STAI Barumun Raya Sibuhan, STAI Nias dan STAITA Padangsidempuan. “Banyak faktor yang menyebabkan perkembangan perguruan Islam tidak secepat perguruan tinggi umum, misalnya minat mahasiswa, ketersedian dosen, dan dukungan fasilitas,” ucap Fadhil.

Terkait persoalan minat, kata Fadhil, perguruan tinggi Islam atau sekolah tinggi agama Islam tidak sebanyak perguruan tinggi umum. Sebagai contoh, untuk peminat perguruan tinggi umum mencapai ribuan dan sebaliknya jumlah peminat perguruan tinggi Islam jauh lebih kecil.
Untuk itu, lanjutnya,  pengelolaan keuangan yang bersumber dari biaya pendidikan juga terbatas.

Begitu juga dengan program studi yang banyak belum terakreditasi. Dikarenakan keterbatasan tenaga pendidik, sarana prasarana dan ketersedian mahasiswanya.

“Untuk sekolah agama di daerah, dosen sebagian besar masih S1. Seyogyanya setiap prodi minimal ada enam dosen berkualifikasi magister, tetapi banyak yang di bawah itu. Bahkan, sebagian dosen yang sudah magister atau doktor itu berasal dari perguruan tinggi Islam di Medan,” jelasnya.

Kurangnya tenaga dosen berkualifikasi magister dan doktoral, disebabkan rendahnya minat menyambung pendidikan karena keterbatasan biaya. “ Tapi selama ini, beasiswa pendidikan dosen jauh lebih banyak tersedia di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional,” ujarnya.

Melihat kondisi tersebut, Fadhil berharap Perguruan Tinggi Islam Swasta yang ada di lingkungan Kopertais IX dapat lebih baik ke depannya. Baik dari segi legal formal, izin, maupun sarana dan prasarana termasuk pemenuhan akreditasi.(uma)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/