25.1 C
Medan
Tuesday, June 18, 2024

Diusir Saat Hendak Wawancara, Puluhan Wartawan Unjukrasa di Balai Kota

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Puluhan wartawan Kota Medan yang terdiri dari media cetak dan media elektronik melakukan unjuk rasa  di depan gedung Balai Kota Medan, Jalan Kapten Maulana Lubis No.2 Medan, Kamis (15/4) siang.

UNJUK RASA: Puluhan wartawan berunjukrasa di Balai Kota, Kamis (15/4).markus/sumut pos.

Kedatangan puluhan wartawan ke gedung kantor Wali Kota Medan, tidak lain untuk menolak aksi pengusiran yang dilakukan oknum pengamanan di gedung tersebut kepada dua orang wartawan yang hendak mewawancarai Wali Kota Medan, Muhammad Bobby Afif Nasution di gedung Balai Kota Medan, Rabu (14/4).

Puluhan jurnalis menuntut, prosedur pengamanan Wali Kota Medan Bobby Nasution jangan sampai menghalangi dan membatasi wartawan dalam menjalankan tugas dan fungsinya yang diatur dalam UU Pers.

Salah satu perwakilan wartawan, Liston Damanik, dalam orasinya mengungkapkan kekecewaannya atas sikap oknum-oknum pengamanan yang mengusir dua oknum wartawan yang sedang menunggu Bobby Nasution keluar dari gedung tersebut untuk diwawancara. Liston pun mempertanyakan, kenapa wartawan harus dibatasi untuk melakukan wawancara kepada Wali Kota Medan oleh oknum Paspamres.”Kenapa harus ada izin untuk wawancara? Ini jelas menghalangi jurnalis. Jurnalis dilindungi oleh Undang-undang Pers dalam menjalankan tugas-tugasnya,” teriaknya.

Dia juga menilai, tindakan itu sebagai bentuk arogansi yang ditunjukkan oleh oknum Paspampres yang ditindaklanjuti oleh pihak Satpol PP dan Kepolisian yang ada di gedung tersebut.”Kita pahami Wali Kota Medan merupakan keluarga Presiden dan dikawal Paspamres. Tapi ingat, sebatas pengawalan, bukan untuk menghalangi wartawan. Sebab menghalangi tugas jurnalis jelas telah melanggar UU dan demokrasi,” katanya.

Salah seorang wartawan yang menjadi korban pengusiran, Rechtin Hani Ritonga dalam orasinya juga mengungkapkan kekecewaannya. Hani mempertanyakan, kenapa saat proses Pilkada lalu, saat Bobby Nasution belum menjadi Wali Kota Medan, Bobby dapat diwawancarai secara doorstop. Namun saat ini, ketika menjadi Wali Kota Medan, wartawan harus memiliki izin terlebih dahulu untuk melakukan wawancara, sekalipun hanya doorstop.

Hani dan puluhan jurnalis pun berteriak dan meminta Bobby Nasution untuk keluar dan turun dari ruangannya guna menemui puluhan jurnalis yang berdemo di depan pagar gedung Balai Kota Medan.”Pak Bobby turun sekarang, temui kami, banyak yang mau kami pertanyakan kepada bapak,” teriaknya.

Berdasarkan pantauan Sumut Pos, berbagai spanduk dan tulisan yang mengkritisi kebijakan Bobby Nasution di bawa dan dipajangkan di depan gedung kantor Wali Kota Medan. Adapun sejumlah spanduk ataupun poster yang dimaksud bertuliskan berbagai kalimat yang berbeda, seperti : ‘Walikota Rasa Presiden’, ‘Panglima Talam Bobby Jangan Halangi kerja Wartawan’, ‘Medan Gak Berkah Kalau Banyak Panglima Talam’, ‘Tuan Walikota Jangan Warisi Paham Kolonial’ dan masih banyak berbagai tulisan lainnya.

Setelah hampir satu jam berdiri dan berorasi di depan gedung kantor Wali Kota Medan, Wali Kota Medan Bobby Nasution ataupun Wakil Wali Kota Medan Aulia Rachman tidak berkenan untuk turun dan menemui para wartawan yang berunjukrasa. Atas sikap tersebut, puluhan wartawan pun mengaku kecewa dan membubarkan diri.

Sebelumnya,  Kabag Humasy Pemko Medan, Arrahman Pane sempat turun dan menemui para wartawan, namun puluhan wartawan menolak kehadiran Arrahman yang mewakili Wali Kota Medan untuk menemui wartawan. Padahal saat itu, mobil dinas Wali Kota dan Wakil Wali Kota Medan terlihat parkir di halaman depan gedung kantor Wali Kota Medan.

Sebelumnya, Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sumatera Utara, H. Hermansjah menyayangkan sistem pengawalan Wali Kota Medan Muhammad Bobby Afif Nasution yang dinilai berlebihan, sampai menghalangi wartawan dalam menjalankan tugas jurnalistiknya.

“Tidak boleh polisi, paspampres menghalangi tugas jurnalistik wartawan. Karena wartawan bekerja juga dilindungi UU,” ucap Hermansjah kepada wartawan, Rabu (14/4).

Hermansjah juga membandingkan sosok Bobby Nasution dengan Gubernur Sumut Edy Rahmayadi. Menurutnya, sebagai mantan Pangkostrad atau pensiunan TNI berpangkat jenderal bintang 3, Edi justru lebih terbuka terhadap keberadaan wartawan.

“Harusnya Wali Kota meniru apa yang dilakukan Gubernur,” terangnya.

Sebagai Wali Kota Medan yang baru dan status sebagai menantu Presiden, lanjut Hermansjah, wajar bila Bobby mendapatkan perhatian lebih dalam merealisasikan visi misinya.”Wartawan butuh narasumber, salah satunya Wali Kota. Seharusnya dia juga kalau gak mau doorstop, ya buat kegiatan yang bisa menjadi saluran untuk wartawan bertanya,” tegasnya.

Seperti diberitakan, sejumlah petugas yang berjaga di Pemko Medan terkesan arogan dengan mengusir dua oknum wartawan yang menunggu Bobby Nasution di halaman depan gedung Balai Kota Medan dan hendak mewawancarainya. Dua wartawan yang hendak melakukan peliputan dan wawancara itu diusir paksa oleh petugas Satpol PP, Polisi hingga Paspampres. (map/ila)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Puluhan wartawan Kota Medan yang terdiri dari media cetak dan media elektronik melakukan unjuk rasa  di depan gedung Balai Kota Medan, Jalan Kapten Maulana Lubis No.2 Medan, Kamis (15/4) siang.

UNJUK RASA: Puluhan wartawan berunjukrasa di Balai Kota, Kamis (15/4).markus/sumut pos.

Kedatangan puluhan wartawan ke gedung kantor Wali Kota Medan, tidak lain untuk menolak aksi pengusiran yang dilakukan oknum pengamanan di gedung tersebut kepada dua orang wartawan yang hendak mewawancarai Wali Kota Medan, Muhammad Bobby Afif Nasution di gedung Balai Kota Medan, Rabu (14/4).

Puluhan jurnalis menuntut, prosedur pengamanan Wali Kota Medan Bobby Nasution jangan sampai menghalangi dan membatasi wartawan dalam menjalankan tugas dan fungsinya yang diatur dalam UU Pers.

Salah satu perwakilan wartawan, Liston Damanik, dalam orasinya mengungkapkan kekecewaannya atas sikap oknum-oknum pengamanan yang mengusir dua oknum wartawan yang sedang menunggu Bobby Nasution keluar dari gedung tersebut untuk diwawancara. Liston pun mempertanyakan, kenapa wartawan harus dibatasi untuk melakukan wawancara kepada Wali Kota Medan oleh oknum Paspamres.”Kenapa harus ada izin untuk wawancara? Ini jelas menghalangi jurnalis. Jurnalis dilindungi oleh Undang-undang Pers dalam menjalankan tugas-tugasnya,” teriaknya.

Dia juga menilai, tindakan itu sebagai bentuk arogansi yang ditunjukkan oleh oknum Paspampres yang ditindaklanjuti oleh pihak Satpol PP dan Kepolisian yang ada di gedung tersebut.”Kita pahami Wali Kota Medan merupakan keluarga Presiden dan dikawal Paspamres. Tapi ingat, sebatas pengawalan, bukan untuk menghalangi wartawan. Sebab menghalangi tugas jurnalis jelas telah melanggar UU dan demokrasi,” katanya.

Salah seorang wartawan yang menjadi korban pengusiran, Rechtin Hani Ritonga dalam orasinya juga mengungkapkan kekecewaannya. Hani mempertanyakan, kenapa saat proses Pilkada lalu, saat Bobby Nasution belum menjadi Wali Kota Medan, Bobby dapat diwawancarai secara doorstop. Namun saat ini, ketika menjadi Wali Kota Medan, wartawan harus memiliki izin terlebih dahulu untuk melakukan wawancara, sekalipun hanya doorstop.

Hani dan puluhan jurnalis pun berteriak dan meminta Bobby Nasution untuk keluar dan turun dari ruangannya guna menemui puluhan jurnalis yang berdemo di depan pagar gedung Balai Kota Medan.”Pak Bobby turun sekarang, temui kami, banyak yang mau kami pertanyakan kepada bapak,” teriaknya.

Berdasarkan pantauan Sumut Pos, berbagai spanduk dan tulisan yang mengkritisi kebijakan Bobby Nasution di bawa dan dipajangkan di depan gedung kantor Wali Kota Medan. Adapun sejumlah spanduk ataupun poster yang dimaksud bertuliskan berbagai kalimat yang berbeda, seperti : ‘Walikota Rasa Presiden’, ‘Panglima Talam Bobby Jangan Halangi kerja Wartawan’, ‘Medan Gak Berkah Kalau Banyak Panglima Talam’, ‘Tuan Walikota Jangan Warisi Paham Kolonial’ dan masih banyak berbagai tulisan lainnya.

Setelah hampir satu jam berdiri dan berorasi di depan gedung kantor Wali Kota Medan, Wali Kota Medan Bobby Nasution ataupun Wakil Wali Kota Medan Aulia Rachman tidak berkenan untuk turun dan menemui para wartawan yang berunjukrasa. Atas sikap tersebut, puluhan wartawan pun mengaku kecewa dan membubarkan diri.

Sebelumnya,  Kabag Humasy Pemko Medan, Arrahman Pane sempat turun dan menemui para wartawan, namun puluhan wartawan menolak kehadiran Arrahman yang mewakili Wali Kota Medan untuk menemui wartawan. Padahal saat itu, mobil dinas Wali Kota dan Wakil Wali Kota Medan terlihat parkir di halaman depan gedung kantor Wali Kota Medan.

Sebelumnya, Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sumatera Utara, H. Hermansjah menyayangkan sistem pengawalan Wali Kota Medan Muhammad Bobby Afif Nasution yang dinilai berlebihan, sampai menghalangi wartawan dalam menjalankan tugas jurnalistiknya.

“Tidak boleh polisi, paspampres menghalangi tugas jurnalistik wartawan. Karena wartawan bekerja juga dilindungi UU,” ucap Hermansjah kepada wartawan, Rabu (14/4).

Hermansjah juga membandingkan sosok Bobby Nasution dengan Gubernur Sumut Edy Rahmayadi. Menurutnya, sebagai mantan Pangkostrad atau pensiunan TNI berpangkat jenderal bintang 3, Edi justru lebih terbuka terhadap keberadaan wartawan.

“Harusnya Wali Kota meniru apa yang dilakukan Gubernur,” terangnya.

Sebagai Wali Kota Medan yang baru dan status sebagai menantu Presiden, lanjut Hermansjah, wajar bila Bobby mendapatkan perhatian lebih dalam merealisasikan visi misinya.”Wartawan butuh narasumber, salah satunya Wali Kota. Seharusnya dia juga kalau gak mau doorstop, ya buat kegiatan yang bisa menjadi saluran untuk wartawan bertanya,” tegasnya.

Seperti diberitakan, sejumlah petugas yang berjaga di Pemko Medan terkesan arogan dengan mengusir dua oknum wartawan yang menunggu Bobby Nasution di halaman depan gedung Balai Kota Medan dan hendak mewawancarainya. Dua wartawan yang hendak melakukan peliputan dan wawancara itu diusir paksa oleh petugas Satpol PP, Polisi hingga Paspampres. (map/ila)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/