32.8 C
Medan
Sunday, May 26, 2024

Kabarnya, Libatkan Oknum dan Biro Perjalanan Ilegal

Sudah dua pekan lamanya 25 imigran kabur dari Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Jalan Selebes Kelurahan Belawan II Kecamatan Medan Belawan, atau terhitung sejak Jumat (3/5) lalu. Namun, pihak imigrasi dan aparat kepolisian belum berhasil menangkap para imigran yang kabur tersebut.

IMIGRAN: Sejumlah pengungsi Rohingnya saat berada  Rumah Detensi Imigrasi  Belawan Medan.//AMINOER RASYID/SUMUT POS
IMIGRAN: Sejumlah pengungsi Rohingnya saat berada di Rumah Detensi Imigrasi di Belawan Medan.//AMINOER RASYID/SUMUT POS

Kinerja aparat polisi maupun pihak imigrasi tentu diuji dengan berhasil atau tidaknya menangkap para imigran yang kabur tersebut. Apalagi, terhitung sudah dua pekan lamanya para imigrankabur tanpa terdeteksi keberadaannya.

Bahkan, dari sumber wartawan koran ini yang patut dipercaya dan pernah berkecimpung dalam hal ini, mengatakan, kaburnya puluhan imigran gelap itu bukan tidak mungkin diduga dikendalikan pihak tertentu yakni ‘orang dalam’ dengan melibatkan biro perjalanan ilegal untuk meloloskan para imigran gelap meninggalkan Sumut menuju ke Australia.

Tentu saja sebagai imbalannya, paa imigran harus menyetor uang puluhan bahkan sampai ratusan jutaan rupiah.
“Mereka (imigran) itu bisa kabur diduga ada melibatkan oknum orang dalam, lalu melibatkan biro perjalanan gelap.

Dan satu orang imigran biasanya dikutip bayaran mencapai Rp3 juta hingga Rp5 juta per orang, itu belum lagi biaya makan dan perjalanan dari Sumut menuju Jakarta untuk selanjutnya menuju Australia. Saya tahu persis soal ini,” aku sumber yang namanya kami rahasiakan dengan keamanannya.

Biasanya, sambung pria mantan pemain bisnis perjalanan imigran gelap ini, setiap imigran gelap yang bertolak dari Sumut menuju Negara Australia harus lebih dulu singgah di Pulau Jawa. Selama perjalanan, kendaraan yang ditumpangi imigran selalu berganti agar tidak mudah terlacak aparat berwajib.

Umumnya mereka naik mobil pribadi yang disewa (rental) dan dikemudikan oleh orang Indonesia, nanti kalau tiba di daerah seperti Pekan Baru atau Lampung, mobil yang ditumpangi diganti dengan mobil rental lainnya yang sudah menunggu. Hingga sampai ke daerah penampungan gelap di Pulau Jawa,” ungkapnya.

Di daerah penampungan di Pulau Jawa, lanjutnya, para imigran itu, tidak langsung berangkat menuju Negara Kanguru. Tapi harus diinapkan sambil menunggu lobi-lobi dengan oknum petugas lainnya di bandara, kemudian baru keberangkatan menuju Australia dijadwalkan.

“Kalau soal biaya itu biasanya mereka (imigran) memperoleh kiriman dari keluarganya yang sudah memiliki status di Australia. Bisnis ini cukup membuat kantong kita tebal. Tapi saya sudah tidak mau main di bisnis ini, saya sudah tobat dan lebih baik makan uang halal,” ujarnya lagi.

Selain mengharapkan kiriman uang untuk biaya kabur, kata sumber, biasanya para imigran itu juga memiliki uang simpanan selama di rudenim atau di penampungan yang diberikan IOM melalui pihak imigrasi.

“Kalau tak salah bantuan uang dari IOM ke mereka Rp2,5 juta per orang untuk setiap bulan, tapi yang sampai ke tangan mereka paling Rp1 juta atau Rp1,5 juta.

Uang itulah yang mereka kumpuli. Semua ini sudah diatur dengan uang. Tak mungkin lagi imigran bisa ditangkap karena semua sudah diatur oknum. Kita lihat saja kalau tak percaya,” sebut dia sambil tersenyum.

Bagaimana tanggapan polisi? Kasat Reskrim Polres Pelabuhan Belawan AKP Yudi Friyanto mengatakan, pihak belum melakukan pelacakan terhadap ke 25 imigran yang berstatus buronan itu karena sampai sejauh ini pihak keimigrasian tidak ada membuat laporan secara resmi terkait kaburnya puluhan imigran dimaksud.

“Bagaimana kami mau menelusuri, sedangkan pihak imigrasi tidak melaporkan kepada kami soal kaburnya 25 imigran tersebut. Bahkan semenjak kejadian itu, mereka juga tidak ada berkoordinasi lebih lanjut ke polres,” kata Yudi.

Saat ditanya apakah puluhan imigran asal Afghanistan, Iran, Banglades, Myanmar dan Pakistan tersebut diduga sengaja dilepas pihak tertentu di Rudenim Belawan, Yudi menanggapinya kalau dugaan itu bisa saja terjadi, tapi dia tidak mau menuding lebih jauh. “Itu bisa saja terjadi, karena mereka pun belum ada buat pengaduan ke polres,” ucapnya.

Sementara itu, Kadiv Keimigrasian Kanwil Kemenkumham Sumut Rostanov mengatakan, pasca kaburnya 25 imigran gelap itu hingga kini pihaknya berkoordinasi dengan kepolisian telah berhasil mengamankan empat Imigrasi warga Bangladesh.

“Dalam pencarian ini, kita telah berkoordinasi dengan pihak kepolisian. Dan sampai saat ini baru empat warga Bangladesh yang ditemukan. Yang jelas kita masih terus berkordinasi. Kalau untuk lokasi penemuan ke-empatnya, nanti dulu. Tapi kita tetap fokuskan pencarian ke sejumlah wilayah perairan,” cetusnya.

Saat disinggung mengenai dalam pelarian 25 imigran yang kabur ini ada unsur kesengajaan, dirinya enggan berkomentar. “Pihak dalam itu nggak ada. Tapi sejauh ini tidak ada yang mengarah ke sana atau bantuan orang lain atau pihak dalam itu nggak ada,” jelasnya.

Sebelumnya, pada Jumat (3/5) dini hari, sebanyak 29 imigran penghuni Rudenim Belawan kabur lewat lubang galian di bawah pagar pembatas. Dalam aksi itu petugas sempat menangkap empat imigran, sedangkan imigran lain asal Sri Langka(14), Bangladesh (4), Iran (2), Pakistan (2), Myanmar (1), dan Afghanistan (2) berhasil kabur dari hadangan petugas.(rul/far)

Sudah dua pekan lamanya 25 imigran kabur dari Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Jalan Selebes Kelurahan Belawan II Kecamatan Medan Belawan, atau terhitung sejak Jumat (3/5) lalu. Namun, pihak imigrasi dan aparat kepolisian belum berhasil menangkap para imigran yang kabur tersebut.

IMIGRAN: Sejumlah pengungsi Rohingnya saat berada  Rumah Detensi Imigrasi  Belawan Medan.//AMINOER RASYID/SUMUT POS
IMIGRAN: Sejumlah pengungsi Rohingnya saat berada di Rumah Detensi Imigrasi di Belawan Medan.//AMINOER RASYID/SUMUT POS

Kinerja aparat polisi maupun pihak imigrasi tentu diuji dengan berhasil atau tidaknya menangkap para imigran yang kabur tersebut. Apalagi, terhitung sudah dua pekan lamanya para imigrankabur tanpa terdeteksi keberadaannya.

Bahkan, dari sumber wartawan koran ini yang patut dipercaya dan pernah berkecimpung dalam hal ini, mengatakan, kaburnya puluhan imigran gelap itu bukan tidak mungkin diduga dikendalikan pihak tertentu yakni ‘orang dalam’ dengan melibatkan biro perjalanan ilegal untuk meloloskan para imigran gelap meninggalkan Sumut menuju ke Australia.

Tentu saja sebagai imbalannya, paa imigran harus menyetor uang puluhan bahkan sampai ratusan jutaan rupiah.
“Mereka (imigran) itu bisa kabur diduga ada melibatkan oknum orang dalam, lalu melibatkan biro perjalanan gelap.

Dan satu orang imigran biasanya dikutip bayaran mencapai Rp3 juta hingga Rp5 juta per orang, itu belum lagi biaya makan dan perjalanan dari Sumut menuju Jakarta untuk selanjutnya menuju Australia. Saya tahu persis soal ini,” aku sumber yang namanya kami rahasiakan dengan keamanannya.

Biasanya, sambung pria mantan pemain bisnis perjalanan imigran gelap ini, setiap imigran gelap yang bertolak dari Sumut menuju Negara Australia harus lebih dulu singgah di Pulau Jawa. Selama perjalanan, kendaraan yang ditumpangi imigran selalu berganti agar tidak mudah terlacak aparat berwajib.

Umumnya mereka naik mobil pribadi yang disewa (rental) dan dikemudikan oleh orang Indonesia, nanti kalau tiba di daerah seperti Pekan Baru atau Lampung, mobil yang ditumpangi diganti dengan mobil rental lainnya yang sudah menunggu. Hingga sampai ke daerah penampungan gelap di Pulau Jawa,” ungkapnya.

Di daerah penampungan di Pulau Jawa, lanjutnya, para imigran itu, tidak langsung berangkat menuju Negara Kanguru. Tapi harus diinapkan sambil menunggu lobi-lobi dengan oknum petugas lainnya di bandara, kemudian baru keberangkatan menuju Australia dijadwalkan.

“Kalau soal biaya itu biasanya mereka (imigran) memperoleh kiriman dari keluarganya yang sudah memiliki status di Australia. Bisnis ini cukup membuat kantong kita tebal. Tapi saya sudah tidak mau main di bisnis ini, saya sudah tobat dan lebih baik makan uang halal,” ujarnya lagi.

Selain mengharapkan kiriman uang untuk biaya kabur, kata sumber, biasanya para imigran itu juga memiliki uang simpanan selama di rudenim atau di penampungan yang diberikan IOM melalui pihak imigrasi.

“Kalau tak salah bantuan uang dari IOM ke mereka Rp2,5 juta per orang untuk setiap bulan, tapi yang sampai ke tangan mereka paling Rp1 juta atau Rp1,5 juta.

Uang itulah yang mereka kumpuli. Semua ini sudah diatur dengan uang. Tak mungkin lagi imigran bisa ditangkap karena semua sudah diatur oknum. Kita lihat saja kalau tak percaya,” sebut dia sambil tersenyum.

Bagaimana tanggapan polisi? Kasat Reskrim Polres Pelabuhan Belawan AKP Yudi Friyanto mengatakan, pihak belum melakukan pelacakan terhadap ke 25 imigran yang berstatus buronan itu karena sampai sejauh ini pihak keimigrasian tidak ada membuat laporan secara resmi terkait kaburnya puluhan imigran dimaksud.

“Bagaimana kami mau menelusuri, sedangkan pihak imigrasi tidak melaporkan kepada kami soal kaburnya 25 imigran tersebut. Bahkan semenjak kejadian itu, mereka juga tidak ada berkoordinasi lebih lanjut ke polres,” kata Yudi.

Saat ditanya apakah puluhan imigran asal Afghanistan, Iran, Banglades, Myanmar dan Pakistan tersebut diduga sengaja dilepas pihak tertentu di Rudenim Belawan, Yudi menanggapinya kalau dugaan itu bisa saja terjadi, tapi dia tidak mau menuding lebih jauh. “Itu bisa saja terjadi, karena mereka pun belum ada buat pengaduan ke polres,” ucapnya.

Sementara itu, Kadiv Keimigrasian Kanwil Kemenkumham Sumut Rostanov mengatakan, pasca kaburnya 25 imigran gelap itu hingga kini pihaknya berkoordinasi dengan kepolisian telah berhasil mengamankan empat Imigrasi warga Bangladesh.

“Dalam pencarian ini, kita telah berkoordinasi dengan pihak kepolisian. Dan sampai saat ini baru empat warga Bangladesh yang ditemukan. Yang jelas kita masih terus berkordinasi. Kalau untuk lokasi penemuan ke-empatnya, nanti dulu. Tapi kita tetap fokuskan pencarian ke sejumlah wilayah perairan,” cetusnya.

Saat disinggung mengenai dalam pelarian 25 imigran yang kabur ini ada unsur kesengajaan, dirinya enggan berkomentar. “Pihak dalam itu nggak ada. Tapi sejauh ini tidak ada yang mengarah ke sana atau bantuan orang lain atau pihak dalam itu nggak ada,” jelasnya.

Sebelumnya, pada Jumat (3/5) dini hari, sebanyak 29 imigran penghuni Rudenim Belawan kabur lewat lubang galian di bawah pagar pembatas. Dalam aksi itu petugas sempat menangkap empat imigran, sedangkan imigran lain asal Sri Langka(14), Bangladesh (4), Iran (2), Pakistan (2), Myanmar (1), dan Afghanistan (2) berhasil kabur dari hadangan petugas.(rul/far)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/