MEDAN- Simulasi tahap II menjelang Soft Operation Bandara Kualanamu 25 Juli mendatang akan digelar pada 18 Juli mendatang. Para stakeholder bandara internasional terbesar di Indonesia Barat itu kembali menggelar rapat koordinasi (rakor). Rapat yang dipimpin oleh Tirta Hidayat selaku Deputi Kantor Wakil Presiden RI berlangsung Kamis (11/7) di Hotel Arya Duta Medan.
Hadir dalam rakor tersebut Wakil Gubernur Sumatera Utara Ir HTengku Erry Nuradi MSi, Dirjen Perhubungan Udara Kementrian Perhubungan RI Herry Bhakti, Dirut PT Angkasa Pura II Tri S Sunoko, Dirjen Perkeretapian Kementerian Perhubungan Tundjung Inderawan, Wakil Bupati Deliserdang Zainuddin Mars, Plt Walikota Medan Zulmi Eldin, Kadishub Provsu Antony Siahaan, serta puluhan peserta rapat lainnya.
Dirut Angkasa Pura II Tri S Sunoko dalam paparannya menjelaskan sampai saat ini kesiapan pembangunan fisik KNIA sudah hampir rampung dan siap soft operation 25 Juli mendatang. Terkait beberapa faktor pendukung aktivitas bandara seperti Bea Cukai, Karantina dan Imigrasi, Sunoko, mengatakan hal itu akan menyusul dan dalam proses pengerjaan. Sunoko menambahkan, untuk memudahkan operasional bandara, pihaknya akan melakukan simulasi tanggal 18 Juli mendatang.
Sementara itu Wakil Gubernur Sumatera Utara menekankan beberapa kendala yang mungkin muncul dalam operasional nanti. Adapun beberapa kendala tersebut adalah akses menuju bandara, fasilitas penerangan jalan dan ekses lain seperti kemacetan Kota Medan. “Antusiasme beroperasinya bandara kebanggaan kita ini memang besar, namun tidak berarti meninggalkan kendala di masyarakat yang akan timbul,” tutur Wagubsu.
Kereta Api Tampung 20 Persen Penumpang
Di sisi lain, pihak PT Kereta Api Indonesia (KAI) masih mempertimbangkan solusi untuk jalur kereta api Bandara Kualanamu. Namun, pada prinsipnya mereka ingin membangun jalur double trek, tapi apakah sebidang atau jalan layang (elivated) masih menjadi pertimbangan.
“Untuk prasarana harus ada persiapan. Prinsipnya harus ada double trak, tapi apakah sebidang atau jalan layang masih dipertimbangkan. Kita akan melakukan kajian, maka yang lebih praktis dan evesiensi, mungkin nanti ada tiga atau empat pilihan, baru kita putuskan,” ujar Dirjen Perkeretapian Kementerian Perhubungan, Tundjung Inderawan.
Ditambahkannya, dengan double trek dengan perlintasan sebidang tentu akan menjadi masalah. Antrian kendaraan di jalan perlintasan kereta api akan semakin panjang. “Dengan duoble trek, frekwensi kereta api akan semakin banyak, pintu perlintasan akan lebih sering tutup. Otomatis kemacetan pun semakin padat,” jelasnya.
Kondisi ini tambahnya, kemungkinan dibangun jalan layang sepanjang 4 kilometer sampai 9 kilometer, pada perlintasan tertentu. Namun, pembangunan jalan yang ini tentu membutuhkan anggaran lebih besar. “Pemko Medan memang menginginkan jalan layang kereta api, tapi kita terkendala anggaran. Membangun jalan layang itu membutuhkan anggaran lrbih besar dari rel sebidang di atas tanah,” paparnya.
Selain itu, perlu juga pertimbangan dari segi waktu. Untuk pembangunan double trek sebidang di atas tanah, mungkin bisa selesai dalam setahun. Sedangkan, pembangunan jalan layang membutuhkan waktu minimal 3 tahun. “Tapi, kalau rel sebidang, kita perlu membebaskan lahan lagi, sedangkan jalan layang tidak lagi. Seperti ini akan menjadi pertimbangan kita, sebelum memutuskan solusi terbaiknya,” tegasnya.
Tundjung menambahkan, kereta api hanya akan sanggup mengangkut 20 persen dari total penumpang. PT Kereta api pada awalnya pun hanya akan mengoperasikan 6 set kereta api Kualanamu. “Sekarang kita memiliki dua set kereta api, awal September nanti ditambah dua set, kemudian akhir September kita tambah dua lagi, jadi secara keseluruhan akan ada enam set kereta api Bandara Kualanamu. Dengan jalur single trek, maka kita hanya mampu melayani 20 persen penumpang saja,” paparnya.
Pada kesempatan ini, Tundjung juga mengkritisi kemacetan di Lapangan Merdeka. Dia menyebutkan, bila tidak ada pengaturan lalulintas yang pas, maka Lapangan Merdeka itu akan macet total. “Sekarang saja sudah terjadi kemacetan di Lapangan Merdeka itu, bagaimana ketika Kereta api Bandara Kualanamu itu beroperasi? Dibutuhkan penanganan arus lalu lintas yang pas,” ungkapnya.
Solusinya mungkin, sebutnya, Jalan Stasiun ditutup bagi pengguna umum dan diperuntukkan bagi parkir dan penumpang Kereta Api saja. “Mungkin, Pemko Medan bisa membuat kebijakan dengan cara menutup Jalan Statsiun itu bagi umum dan khusus untuk parkir dan penumpang kereta api saja. Sebab dengan kondisi skybridge belum selesai, maka kemacetan pasti mengerikan,” tegasnya. (ram/dek)