
Panorama perairan Danau Toba di daerah Tiga Ras.
Gagas Olah Sampah Plastik Jadi Aspal
Di pihak lain, kesadaran masyarakat menjaga kebersihan Danau Toba menjadi perhatian serius BODT. Pasalnya, masih banyaknya sampah menumpuk di sejumlah tempat di kawasan Danau Toba. Untuk itu, BODT terus melakukan pendekatan dengan tokoh masyarakat dan tokoh agama, agar ikut mengkampanyekan hidup sehat dengan menjaga kebersihan lingkungan, khususnya di kawasan Danau Toba. Selain itu, BODT juga menggagas daur ulang sampah plastik menjadi bahan baku aspal.
Daur ulang sampah plastic tersebut, untuk mengurangi sampah yang berserakan di kawasan danau terbesar di Asia Tenggara itu. Dengan begitu, sampah bisa bermanfaat dan lokasi tersebut bersih. “Jadi akan kita olah sebagai pengganti aspal. Alat penghancur plastiknya kan juga sudah ada,” kata Direktur Utama BPODT, Arie Prasetyo kepada wartawan di Medan, Minggu (15/7) siang.
Arie mangaku sudah membicarakan soal sampah itu kepada pemerintah kabupaten setempat untuk membuka lahan guna dijadikan Tempat Pembuangan Akhir (TPA). “Kita juga sedang melakukan pilot project, bagaimana mengubah sampah plastik menjadi bahan baku aspal,” ungkap Arie.
Menurutnya, masalah sampah ini sudah menjadi pembahasan dalam rapat Koordinasi Kemajuan Pengembangan Infrastruktur Pendukung Destinasi Danau Toba dan menyoroti hal itu sejak dua tahun terakhir. “Kemarin diskusi dengan HKBP (Huria Kristen Batak Protestan). Kita harus betul-betul yang fundamen. Kita Ingatkan terus. Corong yang kita pakai HKBP. Jadi pendeta-pendeta bukan hanya bicara mengenai agama, tapi juga soal kebersihan. Kesadaran akan kebersihan itu, harus juga,” ungkap Arie.
Selain memberikan pemahaman terhadap kehidupan yang bersih, BPODT juga mengedukasi masyarakat sekitar Danau Toba dengan menjadi masyarakat ramah wisata. Dengan begitu, Danau Toba menjadi destinasi wisata Internasional akan segera terwujud.
“Bahasa Inggris itu sangat penting. Karena turis luar sudah cukup banyak yang berkunjung ke Danau Toba. Masyarakat yang berhadapan langsung, khususnya pelaku industri pariwisata,” kata Arie.
Ia mengakui, selama ini integrasi antara kabupaten berada di sekitar Danau Toba sangat kurang. Sebagai leading sector pariwisata Danau Toba. Namun begitu, Arie menjelaskan akan bekerja keras untuk membengun Danau Toba lebih baik.
Arie juga akan melibatkan konsultan, baik lokal ataupun luar negeri untuk memberikan masukan apa yang harus dilakukan di Danau Toba.”Kita juga selalu melibatkan partisipasi publik. Jadi masyarakat tokoh agama. Dan pemerintah kita mintakan dari mereka,” jelas Arie.
Hal tersebut, menyakinkan Geopark Kaldera Toba (GKT) akan masuk dalam UNESCO Geopark Group (UGG). Penilaian soal GKT akan dilakukan pada Agustus mendatang. Selain itu, Danau Toba menjadi destinasi wisata Internasional dan akan menyodot banyak wisata untuk berkunjung ke Danau Toba.
“Kalau nanti penilaiannya bagus, bisa masuk UNESCO Global Geopark. Dengan itu kita bisa sharing ada sharing Knowledge. Jadi setiap 5 tahun akan di review kembali bagaimana peningkatan setelah mendapat status UNESCO tadi, apakah berkembang atau tidak,” pungkas Arie. (bal/gus)