31.7 C
Medan
Thursday, May 2, 2024

Peternak Tak Punya Lahan untuk Mengubur

SEMPROT: Petugas menyemprotkan disinfektan di kandang babi milik warga Kabupaten Serdangbedagai, belum lama ini.

SUMUTPOS.CO – MARAKNYA aksi buang bangkai babi ke sungai dan tepi jalan di Kota Medan, sudah cukup meresahkan masyarakat. Namun begitu, para peternak tidak bisa disalahkan begitu saja. Pasalnya, mereka terpaksa membuang bangkai ternaknya ke sungai dan lokasi lainnya, karena tidak memiliki lahan yang cukup untuk menguburnya.

Anggota DPRD Medan dari Fraksi PDIP, Hendri Duin mengatakan, membuang bangkai babi ke sungai ataupun ke jalanan, bisa jadi merupakan bentuk keputus-asaan para peternak yang melihat hewan ternaknya banyak yang mati akibat virus hog cholera. “Menurut nalar saya, mereka pasti putus asa melihat ternak babinya habis bermatian karena virus ini. Khusus mereka peternak kecil dengan modal yang sangat minim, tentu kerugian yang mereka alami sangat terasa. Di sisi lain, peternak justru merasakan perhatian dari pemerintah untuk mereka sangat minim,” kata Hendri Duin yang juga Ketua Asosiasi Peternak Babi (Asperba) Sumut kepada Sumut Pos, Jumat (15/11).

Pemerintah provinsi yang memiliki wewenang dalam hal ini, dan pemerintah kota yang bertugas melakukan pengawasan, pun disebut Hendri seperti tidak memperhatikan nasib para peternak. “Tahu tidak mereka (pemerintah) apa yang menjadi kendala para peternak kecil itu, hingga membuang bangkai babinya ke Sungai.

Kebanyakan dari peternak kecil itu menyewa lahan, bukan lahan mereka sendiri. Di saat ternaknya banyak yang mati dan mengalami kerugian, justru di saat itulah mereka harus mencari lahan untuk menanam bangkai babinya. Tentu itu sulit, bisa saja akhirnya itu hang membuat mereka berfikir pendek dan memilih membuangnya ke sungai,” ujar Hendri.

Disebutkan Hendri, belum lagi kondisi cara menanam bangkai yang harus sesuai standar, khususnya kedalaman lubang. “Dalamnya lubang itu sekitar 1,5 hingga 2 meter. Dari mana lahannya, kalau ternyata ada babinya yang mati sampai belasan ekor? Repotnya menanam bangkai karena tidak tersedianya lahan, ditambah lagi kalutnya pikiran sehingga mereka mengambil jalan pintas,” sebutnya.

Itu sebabnya, ia mendesak agar pemerintah kota maupun provinsi untuk menanggulangi langsung masalah ini. Bukan hanya sekadar membangun posko, tapi lebih kepada memberi perhatian langsung kepada para peternak. “Datangi para peternak itu, lihat ada yang sakit atau tidak hewan ternaknya.

Bila ada hewan ternaknya yang mati, siapkan petugas yang bisa di telepon kapan saja untuk datang dan mengambil serta menguburkan bangkai babinya. Jadi pemerintah jangan terus menyalahkan peternak, tapi rangkul para peternak itu, beri sosialisasi dan bantu mereka untuk membereskan hewan ternaknya,” pintanya.

Selain itu, lanjut Hendri, pemerintah juga harus memberikan sosialisasi kepada masyarakat sebagai konsumen daging babi untuk tidak takut mengkonsumsi daging babi, karena tidak semua daging babi terjangkit virus hog cholera. “Apalagi kita ketahui bersama, virus hog cholera tidak berdampak ke manusia,” tegasnya.

Polisi Cari Pembuang Bangkai Babi di Gedung Arca

Sementara, terkait temuan bangkai babi di tepi Jalan Gedung Arca, Medan Area, pihak Kepolisian dari Satreskrim Polrestabes Medan dan Polsek Medan Area masih melakukan penyelidikan. Kasatreskim Polrestabes Medan Kompol Eko Hartanto mengatakan, pihaknya bersama Polsek terkait telah menurunkan tim untuk menyelidiki pelaku yang diduga kuat sengaja membuang bangkai babi tersebut di pinggir jalan. “Masih kita lidik (selidiki) pelakunya, tapi belum dapat. Selain tim kita (Satreskrim), ada juga dari Polsek (Medan Kota),” ujar Eko yang dikonfirmasi, Jumat (15/11).

Kata Eko, tim gabungan masih terus bekerja menyelidiki siapa pelakunya. Ia mengaku, sejauh ini belum teridentifikasi. “Belum (teridentifikasi), masih kita lidik,” ucapnya.

Mantan Kapolsek Medan Sunggal ini mengimbau, kepada masyarakat diminta ikut berperan memberikan informasi, apabila menemui pelaku pembuang bangkai babi. “Masyarakat juga harus berperan memberikan informasi dan pastinya akan kita tindak lanjuti. Selain itu, informasikan juga jika melihat orang dengan sengaja membuang bangkai babi ke pinggir jalan maupun ke sungai,” tukasnya.

Di sisi lain, pengamat hukum, Andi Lumban Gaol mengatakan, pembuangan bangkai babi ke sungai sudah sepantasnya diusut pemerintah dan aparat Kepolisian hingga tuntas. Diharapkan, petugas segera menangkap pelaku dan dalangnya.

Namun, selain mempermasalahkan efek dari pembuangan bangkai babi ke sungai, bahkan ada yang membuang ke jalan, ada yang lebih penting lagi yaitu menelusuri permasalahan penyakit yang menyebabkan kematian banyak ternak ini. “Penting mencari pelaku dan mengantisipasi akibatnya. Namun lebih penting lagi menyelesaikan akar permasalahannya, sehingga peristiwa yang sama tidak terulang lagi,” ucap mantan Anggota DPRD Medan periode 2014-2019 itu.

Disebutnya, pemerintah khususnya OPD terkait baik Medan maupun Sumut hendaknya mencari tahu penyebab matinya ternak babi itu. Setelah tahu penyebabnya, diharapkan juga segera mencari solusinya agar masyarakat khususnya peternak merasa terbantu. Apalagi dalam situasi sekarang ini, kemungkinan para peternak kebingungan dengan hewan ternaknya yang banyak mati dalam skala besar akibat penyakit atau lainnya.

“Jadi dinas terkait diharapkan bisa memberi solusi agar bisa juga mengurangi beban para peternak ini. Saat ini saja, para peternak banyak merugi karena harga pakan tetap, namun penjualan sangat menurun drastis,” tutupnya. (map/ris)

SEMPROT: Petugas menyemprotkan disinfektan di kandang babi milik warga Kabupaten Serdangbedagai, belum lama ini.

SUMUTPOS.CO – MARAKNYA aksi buang bangkai babi ke sungai dan tepi jalan di Kota Medan, sudah cukup meresahkan masyarakat. Namun begitu, para peternak tidak bisa disalahkan begitu saja. Pasalnya, mereka terpaksa membuang bangkai ternaknya ke sungai dan lokasi lainnya, karena tidak memiliki lahan yang cukup untuk menguburnya.

Anggota DPRD Medan dari Fraksi PDIP, Hendri Duin mengatakan, membuang bangkai babi ke sungai ataupun ke jalanan, bisa jadi merupakan bentuk keputus-asaan para peternak yang melihat hewan ternaknya banyak yang mati akibat virus hog cholera. “Menurut nalar saya, mereka pasti putus asa melihat ternak babinya habis bermatian karena virus ini. Khusus mereka peternak kecil dengan modal yang sangat minim, tentu kerugian yang mereka alami sangat terasa. Di sisi lain, peternak justru merasakan perhatian dari pemerintah untuk mereka sangat minim,” kata Hendri Duin yang juga Ketua Asosiasi Peternak Babi (Asperba) Sumut kepada Sumut Pos, Jumat (15/11).

Pemerintah provinsi yang memiliki wewenang dalam hal ini, dan pemerintah kota yang bertugas melakukan pengawasan, pun disebut Hendri seperti tidak memperhatikan nasib para peternak. “Tahu tidak mereka (pemerintah) apa yang menjadi kendala para peternak kecil itu, hingga membuang bangkai babinya ke Sungai.

Kebanyakan dari peternak kecil itu menyewa lahan, bukan lahan mereka sendiri. Di saat ternaknya banyak yang mati dan mengalami kerugian, justru di saat itulah mereka harus mencari lahan untuk menanam bangkai babinya. Tentu itu sulit, bisa saja akhirnya itu hang membuat mereka berfikir pendek dan memilih membuangnya ke sungai,” ujar Hendri.

Disebutkan Hendri, belum lagi kondisi cara menanam bangkai yang harus sesuai standar, khususnya kedalaman lubang. “Dalamnya lubang itu sekitar 1,5 hingga 2 meter. Dari mana lahannya, kalau ternyata ada babinya yang mati sampai belasan ekor? Repotnya menanam bangkai karena tidak tersedianya lahan, ditambah lagi kalutnya pikiran sehingga mereka mengambil jalan pintas,” sebutnya.

Itu sebabnya, ia mendesak agar pemerintah kota maupun provinsi untuk menanggulangi langsung masalah ini. Bukan hanya sekadar membangun posko, tapi lebih kepada memberi perhatian langsung kepada para peternak. “Datangi para peternak itu, lihat ada yang sakit atau tidak hewan ternaknya.

Bila ada hewan ternaknya yang mati, siapkan petugas yang bisa di telepon kapan saja untuk datang dan mengambil serta menguburkan bangkai babinya. Jadi pemerintah jangan terus menyalahkan peternak, tapi rangkul para peternak itu, beri sosialisasi dan bantu mereka untuk membereskan hewan ternaknya,” pintanya.

Selain itu, lanjut Hendri, pemerintah juga harus memberikan sosialisasi kepada masyarakat sebagai konsumen daging babi untuk tidak takut mengkonsumsi daging babi, karena tidak semua daging babi terjangkit virus hog cholera. “Apalagi kita ketahui bersama, virus hog cholera tidak berdampak ke manusia,” tegasnya.

Polisi Cari Pembuang Bangkai Babi di Gedung Arca

Sementara, terkait temuan bangkai babi di tepi Jalan Gedung Arca, Medan Area, pihak Kepolisian dari Satreskrim Polrestabes Medan dan Polsek Medan Area masih melakukan penyelidikan. Kasatreskim Polrestabes Medan Kompol Eko Hartanto mengatakan, pihaknya bersama Polsek terkait telah menurunkan tim untuk menyelidiki pelaku yang diduga kuat sengaja membuang bangkai babi tersebut di pinggir jalan. “Masih kita lidik (selidiki) pelakunya, tapi belum dapat. Selain tim kita (Satreskrim), ada juga dari Polsek (Medan Kota),” ujar Eko yang dikonfirmasi, Jumat (15/11).

Kata Eko, tim gabungan masih terus bekerja menyelidiki siapa pelakunya. Ia mengaku, sejauh ini belum teridentifikasi. “Belum (teridentifikasi), masih kita lidik,” ucapnya.

Mantan Kapolsek Medan Sunggal ini mengimbau, kepada masyarakat diminta ikut berperan memberikan informasi, apabila menemui pelaku pembuang bangkai babi. “Masyarakat juga harus berperan memberikan informasi dan pastinya akan kita tindak lanjuti. Selain itu, informasikan juga jika melihat orang dengan sengaja membuang bangkai babi ke pinggir jalan maupun ke sungai,” tukasnya.

Di sisi lain, pengamat hukum, Andi Lumban Gaol mengatakan, pembuangan bangkai babi ke sungai sudah sepantasnya diusut pemerintah dan aparat Kepolisian hingga tuntas. Diharapkan, petugas segera menangkap pelaku dan dalangnya.

Namun, selain mempermasalahkan efek dari pembuangan bangkai babi ke sungai, bahkan ada yang membuang ke jalan, ada yang lebih penting lagi yaitu menelusuri permasalahan penyakit yang menyebabkan kematian banyak ternak ini. “Penting mencari pelaku dan mengantisipasi akibatnya. Namun lebih penting lagi menyelesaikan akar permasalahannya, sehingga peristiwa yang sama tidak terulang lagi,” ucap mantan Anggota DPRD Medan periode 2014-2019 itu.

Disebutnya, pemerintah khususnya OPD terkait baik Medan maupun Sumut hendaknya mencari tahu penyebab matinya ternak babi itu. Setelah tahu penyebabnya, diharapkan juga segera mencari solusinya agar masyarakat khususnya peternak merasa terbantu. Apalagi dalam situasi sekarang ini, kemungkinan para peternak kebingungan dengan hewan ternaknya yang banyak mati dalam skala besar akibat penyakit atau lainnya.

“Jadi dinas terkait diharapkan bisa memberi solusi agar bisa juga mengurangi beban para peternak ini. Saat ini saja, para peternak banyak merugi karena harga pakan tetap, namun penjualan sangat menurun drastis,” tutupnya. (map/ris)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/