26 C
Medan
Friday, September 27, 2024

Sudah Dilarang, Sopir Tetap Juga Ngebut

SUMUTPOS.CO – Muhammad Rizky (17) bersama rekannya Ibnu Sina (17) terlihat terbaring di ruang Rajawali 7 Rumah Sakit Umum (RSU) Sari Mutiara. Kedua korban yang hidup dalam peristiwa tabrakan mobil di Tomangelok Medan itu ditemani keluarganya. Mereka tampak tenang setelah sebelumnya sempat trauma melihat sahabatnya Hakim Sidabutar tewas dalam kecelakaan di Jalan Gatot Subroto, Simpang Tomangelok, Medan Sunggal, Sabtu (14/12) pagi.

Pantauan Sumut Pos, hanya Rizky dan Ibnu yang masih dirawat. Ujung mata Rizky yang berdekatan dengan telinga sebelah kanan terlihat masih diperban karena koyak dan harus dijahit hingga 2 jahitan, memar dan luka ringan di bagian tanggannya juga masih terlihat. Sementara, Ibnu tampak masih lemas dan sesekali susah atau sesak untuk bernafas.

Saat ditemui, hanya Rizky yang mau berbicara. Namun dia mengaku tidak tahu persis seperti apa kejadiannya karena saat itu, dia tertidur dan hanya melihat saat mobil Daihatsu Grand Max yang mengangkut dia dan ke 7 rekannya oleng.

“Aku gak tahu persis kejadiannya kayak mana kak karena ketiduran, tapi pas mobilnya goyang dan oleng aku sempat bangun terus pas mobil hantam tiang listrik aku udah gak tahu lagi gimana, aku gak sadar kalau katanya mau hindarkan becak. Sadarnya pas di atas becak mau dibawa ke rumah sakit,” ujar Rizky.

Rizky dan rekan-rekannya adalah siswa kelas XI Jurusan Automotif SMK Negeri 1 Airputih, Indrapura yang tengah menjalankan praktik kerja lapangan (PKL) di beberapa bengkel resmi di Medan. Di antaranya, Toyota Gatsu, Auto 2000, Capella Gatsu dan Delta Mas. Saat kejadian, mobil tersebut sedang mengantarkan mereka ke bengkel Auto 2000 di Gatsu namun terguling dan menghantam portal komplek tomangelok.

Sebelumnya, Rizky mengaku dia dan rekannya sudah memperingatkan sopir yang juga alumni dan suniornya di SMK N 1 Airputih untuk membawa mobil dengan pelan. Bahkan rekannya yang telah meninggal, Hakim Sidabutar sempat marah karena mobil selalu dibawa terlalu kencang.

“Sopirnya masih muda, atasan kami tapi udah tamat. Dia memang kalau pagi selalu kencang bawa mobilnya kecuali kalau pulang karena suka macet, kami pun udah pernah bilangi tapi bilang gitu aja. Hakim pun sempat bilang gak suka karena kencang kali mobilnya,” ujarnya sembari mengatakan mereka sudah 2 minggu di Medan dan tinggal di Mess Jalan Mustafa.

Rizky pun lanjut menceritakan sosok sahabatnya yang telah mendahuluinya, Hakim. Dikatakannya, dia merasa kehilangan sahabat yang baik dan lucu. Bahkan hingga saat ini, dia masih belum percaya Hakim yang saat kejadian duduk disampingnya telah tiada. Bahkan, Rizky pun selalu terbayang saat dada Hakim ditekan oleh dokter di UGD.

“Dia itu baik kak, diajak seloro enak gak sakit hati. Pas mau naik ke mobil pagi itu dia milih duduk di sampingku, kami paling belakang di sebelah kiri Alex baru di sampingnya Hakim, baru aku dan ujung Rahman. Alex kakinya patah, tapi udah dibawa pulang mungkin mau dibawa ke dukun patah kalau Rahman cuma lecet aja, nah kami juga gak tahu kenapa Hakim bisa sampai meninggal dan kepalanya pecah. Mungkin karena tebanting atau kecepit kali yah,” ujar Rizky sedih.

Rizky mengaku saat ini dia belum memberitahu ke orangtuanya sehingga yang menjaganya adalah tantenya dari Marelan. “Mamak belum tahu karena masih di Karo. Kasihan, nanti kalau udah agak sembuh atau udah dikasih pulang baru bilang sama mamak. Kalau untuk biaya sudah ditanggung pihak sekolah,” ujar anak kedua dari 3 bersaudara ini.

Sementara itu, orangtua Ibnu, Saiful mengatakan sangat terkejut mendengar kabar kecelakaan anaknya dan ia pun langsung datang ke Medan untuk melihat kondisi anaknya. “Saya kaget, apalagi lihat dia sudah terkapar. Ibnu sampai saat ini masih suka sesak nafasnya mungkin karena terjepit-jepit atau terhantam benda di dalam mobil.,” katanya sedih. (put/azw)

SUMUTPOS.CO – Muhammad Rizky (17) bersama rekannya Ibnu Sina (17) terlihat terbaring di ruang Rajawali 7 Rumah Sakit Umum (RSU) Sari Mutiara. Kedua korban yang hidup dalam peristiwa tabrakan mobil di Tomangelok Medan itu ditemani keluarganya. Mereka tampak tenang setelah sebelumnya sempat trauma melihat sahabatnya Hakim Sidabutar tewas dalam kecelakaan di Jalan Gatot Subroto, Simpang Tomangelok, Medan Sunggal, Sabtu (14/12) pagi.

Pantauan Sumut Pos, hanya Rizky dan Ibnu yang masih dirawat. Ujung mata Rizky yang berdekatan dengan telinga sebelah kanan terlihat masih diperban karena koyak dan harus dijahit hingga 2 jahitan, memar dan luka ringan di bagian tanggannya juga masih terlihat. Sementara, Ibnu tampak masih lemas dan sesekali susah atau sesak untuk bernafas.

Saat ditemui, hanya Rizky yang mau berbicara. Namun dia mengaku tidak tahu persis seperti apa kejadiannya karena saat itu, dia tertidur dan hanya melihat saat mobil Daihatsu Grand Max yang mengangkut dia dan ke 7 rekannya oleng.

“Aku gak tahu persis kejadiannya kayak mana kak karena ketiduran, tapi pas mobilnya goyang dan oleng aku sempat bangun terus pas mobil hantam tiang listrik aku udah gak tahu lagi gimana, aku gak sadar kalau katanya mau hindarkan becak. Sadarnya pas di atas becak mau dibawa ke rumah sakit,” ujar Rizky.

Rizky dan rekan-rekannya adalah siswa kelas XI Jurusan Automotif SMK Negeri 1 Airputih, Indrapura yang tengah menjalankan praktik kerja lapangan (PKL) di beberapa bengkel resmi di Medan. Di antaranya, Toyota Gatsu, Auto 2000, Capella Gatsu dan Delta Mas. Saat kejadian, mobil tersebut sedang mengantarkan mereka ke bengkel Auto 2000 di Gatsu namun terguling dan menghantam portal komplek tomangelok.

Sebelumnya, Rizky mengaku dia dan rekannya sudah memperingatkan sopir yang juga alumni dan suniornya di SMK N 1 Airputih untuk membawa mobil dengan pelan. Bahkan rekannya yang telah meninggal, Hakim Sidabutar sempat marah karena mobil selalu dibawa terlalu kencang.

“Sopirnya masih muda, atasan kami tapi udah tamat. Dia memang kalau pagi selalu kencang bawa mobilnya kecuali kalau pulang karena suka macet, kami pun udah pernah bilangi tapi bilang gitu aja. Hakim pun sempat bilang gak suka karena kencang kali mobilnya,” ujarnya sembari mengatakan mereka sudah 2 minggu di Medan dan tinggal di Mess Jalan Mustafa.

Rizky pun lanjut menceritakan sosok sahabatnya yang telah mendahuluinya, Hakim. Dikatakannya, dia merasa kehilangan sahabat yang baik dan lucu. Bahkan hingga saat ini, dia masih belum percaya Hakim yang saat kejadian duduk disampingnya telah tiada. Bahkan, Rizky pun selalu terbayang saat dada Hakim ditekan oleh dokter di UGD.

“Dia itu baik kak, diajak seloro enak gak sakit hati. Pas mau naik ke mobil pagi itu dia milih duduk di sampingku, kami paling belakang di sebelah kiri Alex baru di sampingnya Hakim, baru aku dan ujung Rahman. Alex kakinya patah, tapi udah dibawa pulang mungkin mau dibawa ke dukun patah kalau Rahman cuma lecet aja, nah kami juga gak tahu kenapa Hakim bisa sampai meninggal dan kepalanya pecah. Mungkin karena tebanting atau kecepit kali yah,” ujar Rizky sedih.

Rizky mengaku saat ini dia belum memberitahu ke orangtuanya sehingga yang menjaganya adalah tantenya dari Marelan. “Mamak belum tahu karena masih di Karo. Kasihan, nanti kalau udah agak sembuh atau udah dikasih pulang baru bilang sama mamak. Kalau untuk biaya sudah ditanggung pihak sekolah,” ujar anak kedua dari 3 bersaudara ini.

Sementara itu, orangtua Ibnu, Saiful mengatakan sangat terkejut mendengar kabar kecelakaan anaknya dan ia pun langsung datang ke Medan untuk melihat kondisi anaknya. “Saya kaget, apalagi lihat dia sudah terkapar. Ibnu sampai saat ini masih suka sesak nafasnya mungkin karena terjepit-jepit atau terhantam benda di dalam mobil.,” katanya sedih. (put/azw)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/