MEDAN, SUMUTPOS.CO- DPD PDI Perjuangan Sumut dan Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) sepakat membangun sekolah politik bersama. UINSU akan mengirimkan pakar-pakarnya menjadi narasumber di PDI Perjuangan, sebaliknya PDI Perjuangan akan mengirimkan kader-kadernya ke UINSU.
Kesepakatan itu terungkap dalam silaturahim pengurus DPD PDI Perjuangan Sumut dipimpin Rapidin Simbolon ke UIN Sumut yang langsung diterima Rektor UINSU Prof Syahrin Harahap di Biro Rektor, Jalan Wiliam Iskandar Medan, Rabu (15/12/2021). Hadir dalam silaturahim itu Sekretaris DPD PDI Perjuangan Sumut Sutarto, Bendahara Meriahta Sitepu, Wakil Ketua Aswan Jaya, Meinarty Bangun, dan Bima Nusa. Sedangkan mendampingi Rektor UINSU, Warek II Dr Hasnah Nasution, dan Warek III Dr Nispul Khair.
Selain membangun sekolah politik, kedua pihak juga mencapai kesepahaman terkait moderasi agama, implementasi ilmu, dan pembangunan monemen moderasi agama.
“Moderasi agama ini titik temu antara PDI Perjuangan dengan UIN, sebagaimana yang disampaikan Bung Karno, bila Islam maka bukan harus menjadi Arab, Hindu bukan berarti jadi India, Nasrani bukan jadi Eropa. Tetapi apapun agamanya, maka tetaplah jadi bangsa Indonesia,” ujar Prof Syahrin.
Selain itu, dalam hal implementasi ilmu, sebagai mana pernyataan Presiden Jokowi bahwa hanya 20 persen lulusan perguruan tinggi yang masuk lapangan kerja sesuai dengan pembidangan ilmu. Sementara Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri menyatakan bahwa besar harapan perguruan tinggi dapat memberikan sumbangsih untuk bangsa lebih besar dari yang sebelumnya.
“Menyadari itu maka UIN Sumut saat ini terus mengembangkan metode integrasi ilmu antara teori dan implementasi di tengah-tengah masyarakat, bahwa ilmuan dan para ulama kita dulu sudah sangat mendalam terhadap kajian keilmuan dan saat ini bagaimana kita mengimplementasikan ilmu tersebut sehingga berguna bagi masyarakat” tambah Syahrin.
Selain itu, Prof Syahrin menilai, penunjukkan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sudah sangat tepat, walau banyak kritikan tentang keputusan tersebut. “Ini bukan soal banyaknya ilmu dan gelar, tetapi bagaimana cara ilmu tersebut diterapkan untuk menjawab persoalan masyarakat dan Ibu Megawati adalah seorang tokoh yang sudah sangat banyak dan berpengalaman dalam menerapkan ilmu untuk menjawab berbagai persoalan masyarakat,” terang Syahrin.
Sementara, Rapidin Simbolon mengatakan, dunia pendidikan tujuannya mengajar dan melatih untuk membangun karakter anak bangsa. “Dalam membangun karakter anak bangsa ini, memang dunia pendidikan memiliki kelemahan diantaranya implementasi keilmuan dan pengawasan, sistem ini yang lemah, karena itu integrasi ilmu antara teori dan praktek menjadi penting” sambung Rapidin.
Selanjutnya, kedua tokoh Sumut tersebut sepakat, diperlukan pembangunan monumen moderasi agama di Sumut dan dibangun secara gotong royong. Latar belakang ide pendirian monumen adalah bahwa masyarakat Sumut merupakan miniatur keberagaman agama yang sudah sangat lama hidup secara berdampingan dengan penuh toleransi. (adz)