31 C
Medan
Sunday, June 30, 2024

Pasien Rabies Melolong, Kabur dari RS, Mengamuk… Pingsan

Foto: Metro Siantar/SMG
Sudiman Saragih Garingging , pasien yang positif menderita penyakit rabies, pingsan setelah sempat mengamuk dan kabur dari RS Tuan Rondahaim Saragih, Kamis (16/3) sekitar 10.30 WIB.

SIANTAR, SUMUTPOS.CO – Kepanikan terjadi RS Tuan Rondahaim Saragih. Sudiman Saragih Garingging (70), pasien yang positif penyakit rabies, meronta-ronta dan sempat berhasil kabur. Ia juga melukai dirinya dengan cara memecahkan jendela kamar ruang perawatan.

Melihat aksi Sudiman, pasien lain berikut perawat yang bertugas di rumah sakit milik Pemkab Simalungun itu, ketakutan. Sebab ketika tiba di rumah sakit, Kamis (16/3) sekitar 10.30 WIB, Sudiman terus meronta-ronta dan berulang-ulang melolong.

Sehari sebelumnya, Sudiman juga melolong dan mengamuk karena terjangkit rabies stadium akhir, dibawa tim dari Dinas Kesehatan Simalungun ke RS Tuan Rondahaim.

Sebelumnya, ia telah diisolasi keluarga dan warga Dusun Rambung, Kelurahan Sondi Raya, Kecamatan Raya, Simalungun. Mengetahui itu, petugas Dinkes mendatangi kediaman Sudiman. Namun pihak keluarga sempat melarang petugas membawa pria yang belum menikah itu. Alasannya, keluarga takut terbeban biaya perobatan.

Namun Kepala Seksi Pencegahan Penanganan Penyakit Menular, Gimrood Sinaga, menerangkan tidak ada pungutan biaya. Setelah mendapat penjelasan, keluarga pun memperbolehkan Sudiman dibawa ke rumah sakit.

Sementara korban yang mengetahui kedatangan tim medis, menolak untuk dibawa. Meski sudah dibujuk berulangkali, Sudiman tetap saja enggan bergerak dari dalam rumah. Terakhir, petugas yang sudah meminta izin keluarga melakukan upaya paksa.

Petugas yang menggunakan masker dan sarung tangan mendekati korban. Terlihat dengan sangat hati-hati petugas langsung menutupkan selimut ke tubuh korban yang saat itu sedang duduk di tikar. Sudiman meronta-ronta dan berusaha keluar dari selimut yang sudah menutup badannya.

“Biarkan aku mati di sini,” teriak korban dengan suara serak dan tubuh yang tampak melemah.

Berulangkali diminta untuk tenang, korban tetap meronta-ronta dan menidurkan badannya di lantai. Tak lama ia kembali berusaha keluar dari dalam selimut. Namun dengan cekatan petugas kembali memegangi selimut yang menutupi korban.

“Jangan bawa aku! Inang… Inang… Mase sonon au inang, borit ni on do Inang (Ibu… Ibu… Kenapa begini aku ibu, sakit sekali ini ibu, red),” teriaknya lagi.

Tak lama kemudian, tangan dan kaki korban pun berhasil ditangkap oleh petugas dan diangkat ke mobil ambulan. Selanjutnya setelah diikat menggunakan tali yang berada di mobil ambulan, pasien diikat agar tidak melakukan perlawanan.

“Ahhh… Gak mau aku dibawa.”

Raminta br Saragih, saudari korban yang berada di lokasi tampak berusaha membujuk korban. “Gak apa-apa botou, biar sehat,” pinta Raminta sambil menangis.

Kemudian petugas kesehatan menutup kepala korban agar tidak terkena cahaya. Setelah itu, Sudiman terdiam.

Foto: Metro Siantar/SMG
Sudiman Saragih Garingging , pasien yang positif menderita penyakit rabies, pingsan setelah sempat mengamuk dan kabur dari RS Tuan Rondahaim Saragih, Kamis (16/3) sekitar 10.30 WIB.

SIANTAR, SUMUTPOS.CO – Kepanikan terjadi RS Tuan Rondahaim Saragih. Sudiman Saragih Garingging (70), pasien yang positif penyakit rabies, meronta-ronta dan sempat berhasil kabur. Ia juga melukai dirinya dengan cara memecahkan jendela kamar ruang perawatan.

Melihat aksi Sudiman, pasien lain berikut perawat yang bertugas di rumah sakit milik Pemkab Simalungun itu, ketakutan. Sebab ketika tiba di rumah sakit, Kamis (16/3) sekitar 10.30 WIB, Sudiman terus meronta-ronta dan berulang-ulang melolong.

Sehari sebelumnya, Sudiman juga melolong dan mengamuk karena terjangkit rabies stadium akhir, dibawa tim dari Dinas Kesehatan Simalungun ke RS Tuan Rondahaim.

Sebelumnya, ia telah diisolasi keluarga dan warga Dusun Rambung, Kelurahan Sondi Raya, Kecamatan Raya, Simalungun. Mengetahui itu, petugas Dinkes mendatangi kediaman Sudiman. Namun pihak keluarga sempat melarang petugas membawa pria yang belum menikah itu. Alasannya, keluarga takut terbeban biaya perobatan.

Namun Kepala Seksi Pencegahan Penanganan Penyakit Menular, Gimrood Sinaga, menerangkan tidak ada pungutan biaya. Setelah mendapat penjelasan, keluarga pun memperbolehkan Sudiman dibawa ke rumah sakit.

Sementara korban yang mengetahui kedatangan tim medis, menolak untuk dibawa. Meski sudah dibujuk berulangkali, Sudiman tetap saja enggan bergerak dari dalam rumah. Terakhir, petugas yang sudah meminta izin keluarga melakukan upaya paksa.

Petugas yang menggunakan masker dan sarung tangan mendekati korban. Terlihat dengan sangat hati-hati petugas langsung menutupkan selimut ke tubuh korban yang saat itu sedang duduk di tikar. Sudiman meronta-ronta dan berusaha keluar dari selimut yang sudah menutup badannya.

“Biarkan aku mati di sini,” teriak korban dengan suara serak dan tubuh yang tampak melemah.

Berulangkali diminta untuk tenang, korban tetap meronta-ronta dan menidurkan badannya di lantai. Tak lama ia kembali berusaha keluar dari dalam selimut. Namun dengan cekatan petugas kembali memegangi selimut yang menutupi korban.

“Jangan bawa aku! Inang… Inang… Mase sonon au inang, borit ni on do Inang (Ibu… Ibu… Kenapa begini aku ibu, sakit sekali ini ibu, red),” teriaknya lagi.

Tak lama kemudian, tangan dan kaki korban pun berhasil ditangkap oleh petugas dan diangkat ke mobil ambulan. Selanjutnya setelah diikat menggunakan tali yang berada di mobil ambulan, pasien diikat agar tidak melakukan perlawanan.

“Ahhh… Gak mau aku dibawa.”

Raminta br Saragih, saudari korban yang berada di lokasi tampak berusaha membujuk korban. “Gak apa-apa botou, biar sehat,” pinta Raminta sambil menangis.

Kemudian petugas kesehatan menutup kepala korban agar tidak terkena cahaya. Setelah itu, Sudiman terdiam.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/