31.7 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

Katanya Pergi Sebentar Malah Pergi Selama-lamanya

Tujuh Jenazah Diserahkan Untuk Dimakamkan

Isak tangis mengiringi penyerahan jenazah korban kapal patroli Bea dan Cukai yang meledak di halaman kantor Bea dan Cukai Polonia Medan, Sabtu (16/7) siang. Sejumlah keluarga korban tak kuasa menahan tangis ketika peti jenazah tiba. Dirjen Bea dan Cukai, Agung Kuswandono memimpin langsung acara serah terima jenazah kepada keluarga.

Suasana semakin mengharukan ketika bendera Merah Putih yang menutupi peti jenazah diserah terimakan kepada pihak keluarga beserta empat jenazah korban maing-masing James Sipahutar (53), Iwanoto (52), Sukamto (58) serta Chandra Meksi (47), dengan iiringan lagu Padamu Negerin
Dalam kesempatan tersebut, Dirjen Bea Cukai, Agung Kuswandono mengucapkan duka cita kepada keluarga korban atas musibah yang terjadi.

Singgih Alfino, anak Iwanoto mengaku, tak punya firasat buruk sehingga dia sempat tidak percaya mengenai kabar orangtuanya meninggal dunia saat ditayangkan di televisi. “Kami tidak ada firasat buruk tentang kematian ayah,” cetusnya.

Sementara tiga jenazah lainnya, Ahmad Yani (48), Djonhaidi Purba (53) dan Kurniawan (23) langsung dibawa keluarganya usai diotopsi di instalasi jenazah RSU dr Pirngadi Medan. Isak tangis keluarga ketiga korban pun pecah di rumah sakit milik Pemko Medan itu.

Helmizar (47), keluarga Ahmad Yani mengatakan, pihak Bea dan Cukai memberi kabar kepada keluarganya sekitar pukul 03.00 WIB dini hari. Namun, karena saat itu rumahnya masih tertutup akhirnya Bea dan Cukai datang kembali sekitar pukul 06.00 WIB. Mendengar kabar buruk tersebut, isteri dan keluarga yang lainnya langsung menuju ke Pantai Labu untuk memastikannya.

“Keberangkatan saudara ipar saya itu untuk 10 hari dalam rangka patroli rutin. Sebelum berangkat, Ahmad Yani sempat dilarang oleh isterinya Heni Arnila (46) dan anak semata wayangnya, Farid (24) karena Minggu (17/7) nanti bertepatan hari pernikahan mereka yang ke-25,” ujar Helmizar.

Tapi, katanya, Ahmad Yani tetap mau pergi juga bertugas. “Ahmad Yani tetap mau pergi karena takut dipindahkan lagi ke Palembang. Ahmad Yani pada saat mau berangkat menuturkan dia merupakan komanda tim yang mau berangkat. Jadi nggak mungkin dia nggak pergi. Sebelumnya dia sempat bertugas di Medan 3 tahun, lalu pindah ke Palembang, kemudian pindah lagi ke Medan sampai meninggal. Ahmad sendiri baru 1 tahun bertugas di Medan pasca kepindahannya dari Palembang,” tambah Helmizar.

Sementara, isteri isteri Djonhaidi Purba, Herna br Saragih dan anaknya Bram terus menangis meratapi kepergian Djonhaidi Purba. “Katanya hanya pergi sebentar, ternyata pergi untuk selama-lamanya. Dulu semangat sekali dia tinggal di Medan, ternyata hanya mengantarkan nyawa,” teriak Herna. Almarhum Djonhaidi Purba sendiri baru 6 bulan tinggal di Medan, meninggalkan seorang isteri, Herna br Saragih dan 3 orang anak, Sanggar Purba (26), bekerja di Kejaksaan Palembang, Riko Purba (24), kuliah semester VIII di Unsri dan Bram (18), pelajar kelas 3 SMU Santo Thomas I Medan.

Toni, salah seorang keluarga Djonhaidi Purba mengungkapkan, sebelum berangkat almarhum minta diantar dan sempat melambaikan tangannya kepada keluarganya. “Biasanya tidak pernah seperti itu, tapi waktu mau berangkat dia melambaikan tangannya dan minta diantarkan. Tidak ada pesan kepada keluarga saat almarhum pergi,” ujarnya. Rencananya, jenazah akan dibawa ke kampungnya di Pematang Siantar dan dimakamkan di dekat makam keluarganya.

Sedangkan abang ipar Kurniawan, Marwan (36) menuturkan, Kurniawan sebenarnya berat meninggalkan rumah, karena ada saja yang ketinggalan di rumah sebelum berangkat. “Bahkan, adik ipar saya itu sempat bilang sama ibunya dia nggak jadi berangkat. Tapi tidak tahu entah kenapa saat itu akhirnya dia pergi juga,” ungkapnya.

Isak tangis keluarga juga pecah saat mobil ambulans yang mengantar jenazah James Sipahutar (56) tiba di rumah duka di Jalan Tempirai Blok VI Perumnas Griya Martubung, Sabtu (16/7) sekitar Pukul 11.00 WIB. Sang istri,  Wati (38) yang mengiringi kedatangan almarhum harus dituntun keluarga masuk ke dalam rumah. Almarhum meninggalkan satu anak yang bernama Erwin Sipahutar (15) yang masih duduk dibangku sekolah kelas I SMA dan seorang istri.

Almarhum sendiri,  dimata keluarga sebagai seorang bapak yang mempunyai displin dan bekerja keras serta baik. Bukan itu saja James seorang yang ramah terhadap tetangga dan kerabatnya baik itu di kantor maupun di rumahnya. James Sipahutar baru satu minggu berdinas di Bea dan Cukai Belawan Wilayah I Sumut. Sebelum dia berdinas di Bea dan Cukai Bandara Polonia Medan. Keluarga tidak ada firasat apapun sebelum melakukan patroli runtin.

Almarhum sekitar dua minggu lalu baru saja melakukan operasi mata yakni pengangkatan katrak yang dialaminya. Saat itu almarhum melakukan operasi di Rumkit Medan.

Orliana Sipahutar, kakak kandung James Sipahutar mengatakan James suka membantu keluarga. Menurut Orliana, dia terakhir berjumpa dengan adiknya tiga hari yang lalu usai menjalani operasi katarak. Rencana korban akan dikebumikan Minggu (17/7) sore sekitar pukul 16.00 WIB di Pemakanan Umum Kristen yang diberada di Patumbak. (mag-7/jon/uma/btr/rud)

Tujuh Jenazah Diserahkan Untuk Dimakamkan

Isak tangis mengiringi penyerahan jenazah korban kapal patroli Bea dan Cukai yang meledak di halaman kantor Bea dan Cukai Polonia Medan, Sabtu (16/7) siang. Sejumlah keluarga korban tak kuasa menahan tangis ketika peti jenazah tiba. Dirjen Bea dan Cukai, Agung Kuswandono memimpin langsung acara serah terima jenazah kepada keluarga.

Suasana semakin mengharukan ketika bendera Merah Putih yang menutupi peti jenazah diserah terimakan kepada pihak keluarga beserta empat jenazah korban maing-masing James Sipahutar (53), Iwanoto (52), Sukamto (58) serta Chandra Meksi (47), dengan iiringan lagu Padamu Negerin
Dalam kesempatan tersebut, Dirjen Bea Cukai, Agung Kuswandono mengucapkan duka cita kepada keluarga korban atas musibah yang terjadi.

Singgih Alfino, anak Iwanoto mengaku, tak punya firasat buruk sehingga dia sempat tidak percaya mengenai kabar orangtuanya meninggal dunia saat ditayangkan di televisi. “Kami tidak ada firasat buruk tentang kematian ayah,” cetusnya.

Sementara tiga jenazah lainnya, Ahmad Yani (48), Djonhaidi Purba (53) dan Kurniawan (23) langsung dibawa keluarganya usai diotopsi di instalasi jenazah RSU dr Pirngadi Medan. Isak tangis keluarga ketiga korban pun pecah di rumah sakit milik Pemko Medan itu.

Helmizar (47), keluarga Ahmad Yani mengatakan, pihak Bea dan Cukai memberi kabar kepada keluarganya sekitar pukul 03.00 WIB dini hari. Namun, karena saat itu rumahnya masih tertutup akhirnya Bea dan Cukai datang kembali sekitar pukul 06.00 WIB. Mendengar kabar buruk tersebut, isteri dan keluarga yang lainnya langsung menuju ke Pantai Labu untuk memastikannya.

“Keberangkatan saudara ipar saya itu untuk 10 hari dalam rangka patroli rutin. Sebelum berangkat, Ahmad Yani sempat dilarang oleh isterinya Heni Arnila (46) dan anak semata wayangnya, Farid (24) karena Minggu (17/7) nanti bertepatan hari pernikahan mereka yang ke-25,” ujar Helmizar.

Tapi, katanya, Ahmad Yani tetap mau pergi juga bertugas. “Ahmad Yani tetap mau pergi karena takut dipindahkan lagi ke Palembang. Ahmad Yani pada saat mau berangkat menuturkan dia merupakan komanda tim yang mau berangkat. Jadi nggak mungkin dia nggak pergi. Sebelumnya dia sempat bertugas di Medan 3 tahun, lalu pindah ke Palembang, kemudian pindah lagi ke Medan sampai meninggal. Ahmad sendiri baru 1 tahun bertugas di Medan pasca kepindahannya dari Palembang,” tambah Helmizar.

Sementara, isteri isteri Djonhaidi Purba, Herna br Saragih dan anaknya Bram terus menangis meratapi kepergian Djonhaidi Purba. “Katanya hanya pergi sebentar, ternyata pergi untuk selama-lamanya. Dulu semangat sekali dia tinggal di Medan, ternyata hanya mengantarkan nyawa,” teriak Herna. Almarhum Djonhaidi Purba sendiri baru 6 bulan tinggal di Medan, meninggalkan seorang isteri, Herna br Saragih dan 3 orang anak, Sanggar Purba (26), bekerja di Kejaksaan Palembang, Riko Purba (24), kuliah semester VIII di Unsri dan Bram (18), pelajar kelas 3 SMU Santo Thomas I Medan.

Toni, salah seorang keluarga Djonhaidi Purba mengungkapkan, sebelum berangkat almarhum minta diantar dan sempat melambaikan tangannya kepada keluarganya. “Biasanya tidak pernah seperti itu, tapi waktu mau berangkat dia melambaikan tangannya dan minta diantarkan. Tidak ada pesan kepada keluarga saat almarhum pergi,” ujarnya. Rencananya, jenazah akan dibawa ke kampungnya di Pematang Siantar dan dimakamkan di dekat makam keluarganya.

Sedangkan abang ipar Kurniawan, Marwan (36) menuturkan, Kurniawan sebenarnya berat meninggalkan rumah, karena ada saja yang ketinggalan di rumah sebelum berangkat. “Bahkan, adik ipar saya itu sempat bilang sama ibunya dia nggak jadi berangkat. Tapi tidak tahu entah kenapa saat itu akhirnya dia pergi juga,” ungkapnya.

Isak tangis keluarga juga pecah saat mobil ambulans yang mengantar jenazah James Sipahutar (56) tiba di rumah duka di Jalan Tempirai Blok VI Perumnas Griya Martubung, Sabtu (16/7) sekitar Pukul 11.00 WIB. Sang istri,  Wati (38) yang mengiringi kedatangan almarhum harus dituntun keluarga masuk ke dalam rumah. Almarhum meninggalkan satu anak yang bernama Erwin Sipahutar (15) yang masih duduk dibangku sekolah kelas I SMA dan seorang istri.

Almarhum sendiri,  dimata keluarga sebagai seorang bapak yang mempunyai displin dan bekerja keras serta baik. Bukan itu saja James seorang yang ramah terhadap tetangga dan kerabatnya baik itu di kantor maupun di rumahnya. James Sipahutar baru satu minggu berdinas di Bea dan Cukai Belawan Wilayah I Sumut. Sebelum dia berdinas di Bea dan Cukai Bandara Polonia Medan. Keluarga tidak ada firasat apapun sebelum melakukan patroli runtin.

Almarhum sekitar dua minggu lalu baru saja melakukan operasi mata yakni pengangkatan katrak yang dialaminya. Saat itu almarhum melakukan operasi di Rumkit Medan.

Orliana Sipahutar, kakak kandung James Sipahutar mengatakan James suka membantu keluarga. Menurut Orliana, dia terakhir berjumpa dengan adiknya tiga hari yang lalu usai menjalani operasi katarak. Rencana korban akan dikebumikan Minggu (17/7) sore sekitar pukul 16.00 WIB di Pemakanan Umum Kristen yang diberada di Patumbak. (mag-7/jon/uma/btr/rud)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/