MEDAN, SUMUTPOS.CO -Bayi kembar siam dempet dada asal Kisaran, akhirnya berhasil dipisahkan, Senin (16/10) oleh Tim Dokter Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H Adam Malik. Sekitar 50 dokter Spesialis, seperti Spesialis Bedah Plastik, Bedah Anak, Bedah Saluran Cerna, Bedah Jantung, Anastesi Jantung dan Anastesi Anak, dilibatkan di dalam operasi pemisahan itu.
“Saya tidak hitung jumlah dokter 50-an. Karena terlibat dokter sebelum operasi, saat operasi dan pasca operasi. Semua itu beda dokternya,” ujar Sekretaris Tim Dokter yang menangani, dr Rizky Adriansyah SpA (K).
Dikatakan dr Rizky, operasi dimulai dari tahapan pembiusan pukul 08.30 WIB. Kemudian dilakukan operasi pemisaham pukul 09.00 WIB. Total waktu operasi 4 sampai 5 jam dan hasilnya, kedua bayi berhasi dipisahkan.
Dikatakannya, pemisahan yang dilakukan berada di antaranya bagian tulang dada dan hati kedua bayi.”Alhamdulillah sudah dipisahkan. Tapi operasi masih tetap berlangsung. Tim Dokter yang bekerja masih berada di ruang operasi dan belum keluar, ” ujarv Rizky lagi.
Menurut Rizky, operasi yang dilakukan, yakni menggunakan plan c dari 3 plan yang sebelumnya direncanakan. Pemisahan dilakukan tanpa menunggu tissue expander karena bila memakai tissue expander, menunggu hingga 2 bulan lagi. Dengan waktu 2 bulan itu, tidak dapat dipastikn kondisi bayi Sahira karena mengalami jantung bocor dan gagal jantung.
Ketika dikonfirmasi ulang sekira pukul 19.00 WIB (sampai berita ini diturunkan,Red), operasi sudah sepenuhnya selesai. “Bayi Fahira sudah dipindahkan ke ruang Pediatric Intensiv Care Unit (PICU) untuk observasi. Sementara untuk bayi Sahira, masih berda di ruang operasi. Namun, kondisi kedua bayi masih membaik,” kata dr Rizky.
Dijelaskannya, kondisi kedua bayi itu sebelum operasi, stabil dan optimal dengan berat badan keduanya 9,4 Kg dengan rincian bayi Fahira 5,5 Kg dan bayi Sahira 3,9 Kg.
“Kita lihat dulu kondisinya. Besok (hari ibni,Red) saya baru bisa beri keterangan detailnya ya, ” pungkas dr Rizky mengakhiri.
Ketua Tim Dokter yang menangani bayi kembar siam dempet dada Prof Guslihan Dasa Tjipta SpA (K) sebelumnya mengatakan, ada 3 rencana pemisahan yang disiapkan. Pertama atau Plan A adalah elektif yang artinya dipersiapkan dengan membuat tissue ekspander yang akan dilakukan Dokter Spesialis Bedah, namun harus menunggu 2 bulan. Kedua atau Plan B adalah kalau Sahira mengalami gagal hidup, akan akan dilakukan pemisahan dengan segera yaitu dengan melakukan tindakan emergency diyng.
Sementara untuk Plan C, kedua bayi itu diharapkan hidup, namun bayi Sahira dengan kondisi jelek. Disebut Guslihan, dengan Plan C, diharapkan bayi Sahira mendapat hasil lebih baik karena perawatan dengan kondisi terpisah akan lebih bagus. (ain/ila)