MEDAN-Proses ibadah di Arafah, Musdalifah dan Mina (Armina) telah dilalui, namun jamaah haji yang berusia lanjut dan termasuk dalam golongan resiko tinggi diharapkan untuk menjaga kondisi tubuh. Hal itu dikatakan Humas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Debarkasi Medan, Sazli Nasution, Rabu (16/11).
“Jumlah jamaah haji Indonesia yang dirawat di Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) Mekkah dan RS di Arab Saudi terbanyak berusia lanjut yaitu di atas 60 tahun, itu sudah masuk risiko tinggi. Jadi diharapkan untuk lebih menjaga kesehatannya,” kata Sazli.
Dikatakannya, berdasarkan data yang diperoleh dari Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Kementerian Agama, jumlah jamaah Indonesia yang wafat mencapai 301 orang. Sementara jamaah haji yang tergabung dalam Debarkasi Medan ada 15 orang yang wafat di tanah suci dan 2 jamaah wafat di RS Haji Medan.
“Jamaah Indonesia yang wafat berusia 60 tahun mencapai 216 orang, usia 50-59 tahun 70 orang, usia 40-49 tahun 13 orang dan usia di bawah 40 tahun dua orang. Sedangkan jamaah haji asal Sumut juga demikian, rata-rata usia 40 tahun keatas,” jelasnya.
Ditambahkannya, faktor kelelahan pascapelaksanaan ibadah Armina merupakan penyebab tingginya jamaah yang wafat karena kegiatan tersebut membutuhkan tenaga yang tidak sedikit.
“Selain itu, penyakit bawaan sewaktu ditanah air juga pemicu banyaknya jamaah haji yang wafat di tanah suci,” ucapnya.
Saat ini jamaah haji gelombang II diantaranya kloter 12-13-14 Debarkasi Medan sudah berada di Madinah untuk melaksanakan shalat Arbain dan nantinya akan dilanjutkan ziarah ke makam Nabi Muhammad SAW serta para sahabatnya serta mengunjungi tempat-tempat bersejarah di Tanah Suci.
Sambungnya, kloter 06 Debarkasi Medan berjumlah 455 orang diantaranya asal Padanglawas 345 jamaah, Medan 58 orang, Sibolga 45, penambahan seat 2 orang serta ditambah petugas, dijadwalkan tiba di Bandara Polonia Medan, Rabu (16/11) dinihari sekitar pukul 00.45 WIB.
Soal penyakit, secara umum seluruh jamaah haji asal Indonesia memang mengalami penyakit seperti batuk. “Pengalaman saya menjadi tim haji baik Rombongan Haji Reguler maupun Haji khusus (ONH plus) mendapatkan hampir 80 % jamaah akan mengalami batuk pada waktu di tanah suci. Bahkan batuk tersebut terbawa juga sampai ke tanah air. Bahkan ada joke diantara para jamaah hanya unta yang tidak batuk,” ujar Praktisi Klinis, Ari Fahrial Syam, dalam keterangan persnya di Jakarta, Rabu (16/11).
Mengapa para jamaah tersebut mengalami batuk dan bahkan batuk tersebut terbawa sampai tanah air. Menurut dokter yang dekat dengan kalangan jurnalis itu, batuk dapat terjadi karena adanya rangsangan pada saluran kita. Batuk juga bisa merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan sesuatu yang mengganggu saluran pernafasan kita. Batuk yang terjadi bisa batuk produktif dengan banyak lendir atau dahak. Batuk bisa tanpa dahak atau batuk kering.
“Kita mengetahui bahwa memang ada perbedaan cuaca antara cuaca di Tanah Air dan cuaca di Indonesia. Kelembaban udara di Tanah suci yang rendah dan udara kering dan panas. Hal ini akan mencetuskan terjadinya iritasi pada saluran pernafasan atas. Apalagi saat ini para jamaah kurang minum,” ulasnya.
Selain itu, kata dokter Ari, aktivitas jamaah yang sering melakukan zikir dan berdoa yang kadang-kadang dilafazkan sehingga juga bisa membuat tenggorokan bertambah kering. Selain batuk maka kondisi ini juga bisa membuat peradangan pada pita suara sehingga para jamaah yang mengalami kondisi tersebut suaranya menjadi serak.
Terlebih, lanjutnya, makanan yang tersedia selama di tanah suci pada umumnya adalah memang makanan tinggi lemak dan berminyak sehingga menambah resiko untuk menyebabkan iritasi lambung. Kelelahan memperberat tenggoran yang telah mengalami iritasi tersebut mengalami infeksi. Lemak yang berlebihan yang dikonsumsi di tanah suci juga akan menyebabkan pengosongan lambung menjadi terlambat dan akhirnya akan mencetuskan terjadinya refluks, yakni berbalik arahnya isi dan asam lambung naik keatas sampai ke kerongkongan dan berlanjut sampai ke tenggorokan.
Sebagian besar jamaah masih mengalami batuk sampai saat di tanah air. Kondisi ini akan diperberat karena para jamaah juga biasanya tidak bisa beristirahat dengan baik sesampainya ditanah air. “Sanak keluarga akan menyambangi para jamaah haji tersebut untuk mendengar berbagai cerita dan tentu kadang kala hal ini akan memperburuk batuk yang terjadi,” ulasnya.
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi batuk tersebut adalah: usahakan istirahat yang cukup, banyak minum air putih terutama air hangat, menghindari makanan yang berminyak, terlalu manis dan dingin. (mag-11/sam)