Untuk kali kesekian, Benni menyutradarai film yang ceritanya diadaptasi dari buku. Sebelumnya, ada Laskar Pelangi 2: Edensor, Madre, Sepatu Dahlan, serta Love and Faith. Sebagian besar filmnya bergenre drama keluarga. ’’Di film ini juga kekeluargaan karena ada konflik antara bapak dan anak. Tapi, saya beri sedikit bumbu-bumbu ledakan,’’ ujar sutradara yang akrab disapa Om Ben itu di sela-sela gala premiere di XXI Djakarta Theater, Jakarta Pusat, Kamis (16/4) lalu.
Film itu dimainkan Mathias Muchus (Tebe), Vino G. Bastian (Ronggur), dan Marsha Timothy (Andini). Cerita film tersebut berpusat pada Sersan Tebe yang berjuang membesarkan anaknya, Ronggur. Untuk mendukung film itu, Om Ben melibatkan 150 tentara Angkatan Darat Batalyon Kavaleri 9 Cobra sebagai pemain figuran. ’’Meminjam senjata dan helikopter TNI juga,’’ ucap dia.
Penulis novel itu, yang juga menteri negara pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi pada era Presiden SBY, dilibatkan sebagai salah seorang pemain. ’’Tapi, yang perlu ditegaskan, novel maupun filmnya bukan tentang biografi TB Silalahi. Meski ada sebagian kisah hidupnya yang mirip, ini murni fiksi,” tutur Om Ben.
Proses syuting film itu berlangsung selama 45 hari di dua lokasi, yakni Jakarta dan Danau Toba. Tantangan paling seru dirasakan ketika Om Ben dan kru lainnya membuat bangunan terapung di tengah Danau Toba. Bangunan tersebut digunakan sebagai tempat kamera untuk mengambil gambar dari tengah danau.
’’Waktu ambil gambar, kamera kita goyang-goyang. Danaunya dalam sekali dan saat itu rasanya seperti bergelombang,’’ ujarnya. Pengalaman seru juga dirasakan Vino dan Marsha. Suami istri tersebut kembali dipertemukan dalam satu judul. Sebelumnya, Vino tidak mengetahui bahwa istrinya akan menjadi lawan main karena beda manajemen. ’’Sepertinya, saya yang terakhir ditawari untuk jadi cast film ini,’’ ujar Marsha membenarkan pernyataan suaminya itu.
Bagi Marsha, tantangan dalam film tersebut adalah pembagian emosi. ”Karena di film ini ketika menjadi Andini, mulai berpacaran sampai menikah, ada konfliknya,” ujar Marsha yang mengenakan songket pink khas Batak. Lalu, saat syuting di luar kota, mereka terpaksa membawa buah hati yang berusia 21 bulan. ’’Saya yang harus pintar bagi waktu. Dia butuh saya. Saya pun masih butuh dia,’’ terang Marsha. (dod/glo/c6/jan/jpnn/rbb)