Site icon SumutPos

Apapun Saya Lakukan untuk Anak dan Istri….

Foto: Pran Hasibuan/Sumut Pos Helmud (kiri) bersama rekannya membentangkan spanduk ingin menjual ginjalnya, kala beraksi di depan Kantor Wali Kota Medan, Jl. Raden Saleh Medan, Selasa (17/5) siang.
Foto: Pran Hasibuan/Sumut Pos
Helmud (kiri) bersama rekannya membentangkan spanduk ingin menjual ginjalnya, kala beraksi di depan Kantor Wali Kota Medan, Jl. Raden Saleh Medan, Selasa (17/5) siang.

Apapun akan dilakukan demi keluarga. Bahkan menjual bagian tubuh seperti ginjal kepada orang yang membutuhkan, siap dilakoni asal bisa menghidupi kelangsungan anak dan istri. Jalan terjal ini harus dilalui seorang tenaga honor atau kontrak di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Pirngadi Medan.

 

———————————–
PRAN HASIBUAN, Medan
———————————–

 

Adalah Helmud OP. Sunggu (42). Perawat honorer di rumah sakit familiar di Medan, dengan mengkampanyekan bagian tubuh terpenting untuk dijual kepada masyarakat, selama dua hari (Senin-Selasa) kemarin di jalanan Kota Medan.

“Aksi ini terselenggara karena tidak adanya tata kelola tenaga kerja yang benar dan manusiawi,” tulis Helmud di spanduk bagian belakang yang ia bawa dan rekannya sesama perawat, kala beraksi di Jalan Raden Saleh Medan, persis di depan Kantor Wali Kota Medan, Selasa (17/5).

Dalam spanduk itu Helmud berani menuliskan “Jual Ginjal Untuk Biaya Hidup”. Bagi penderita ginjal permanen yang membutuhkan donor untuk transplant bisa menghubungi nomor kontaknya: 085262178874. Tertulis pula donor ginjal untuk golongan darah B dan rhesus (+).

Helmud mengaku benar-benar serius melakukan hal ini karena merasa sudah putus asa dengan kondisi ekonominya. “Saya sudah punya anak bang. Jadi saya rela melakukan apa saja untuk keluarga saya. Kemudian lagi ditambah belum dibayarkan gaji kami oleh manajemen Pirngadi pada Bulan April, jadi mau makan apa anak dan istri saya,” terang ayah tiga anak ini.

Aksi Helmud ini tak terlepas dari pejuangan tenaga kontrak RSUD Pirngadi, di mana meminta hak normatif mereka kepada pihak manajemen. Dikatakan Helmud perjuangan menuntut hak ini sudah sejak tiga bulan lalu. Mereka tidak akan main-main dalam memperjuangkan hak tersebut, dan sudah menunjuk kuasa hukum untuk mensomasi RSUD Pirngadi Medan. “Tim kuasa hukum sudah bekerja untuk itu. Meski sudah kita layangkan somasi kepada manajemen, sampai hari ini belum ada itikad baik juga,” kata pria sawo matang tersebut.

Disamping itu kata Helmud, pihaknya sudah banyak melakukan audiensi untuk mengadukan nasib mereka ini. Namun apa yang mereka suarakan belum terwujud sampai hari ini. “Kita bahkan sudah rapat dengar pendapat dengan DPRD Medan, tapi belum ada juga realisasinya. Tetapnya kami hidup begini sebagai tenaga kerja kontrak, meski gaji Bulan April belum keluar,” katanya.

Dalam kesempatan itu dia mengatakan, hanya dengan cara seperti ini dirinya bisa bertahan hidup dan menopang ekonomi keluarga. “Keluarga kami dalam ancaman gizi buruk, putus sekolah dan lainnya. Hanya inilah aset yang bisa saya jual (ginjal, Red),” ucapnya serius seraya menambahkan, ini adalah bentuk tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga.

Dengan kondisi gaji yang tak jelas sampai hari ini, Helmud mengaku kelimpungan dalam membiayai kebutuhan keluarga. Menurutnya bila memang tidak ada itikad baik dari manajemen Pirngadi, konsekuensi sampai menjual ginjal tersebut siap ia lakukan.

“Sepuluh tahun bekerja, loyalitas kami tidak dianggap sama sekali. Tapi apa hasil dari pekerjaan kami? Padahal semua itu sudah diatur Undang-undang. Kami hanya menuntut sesuai ketentuan saja,” katanya.

“Jadi ini bentuk perjuangan kami. Karena kalau menjual anak kami melanggar hukum, apalagi menjual istri. Ginjal inilah aset yang saya miliki,” tambahnya.

Bila ada masyarakat yang siap dan membutuhkan ginjalnya, Helmud mengaku siap menjualnya untuk masa depan keluarganya. “Saya serius. Ini keputusasaan kami ketika tidak mendapat buah dari pekerjaan kami. Berobat pun kami di Pirngadi bayar pak, jamsostek tidak didaftarkan, hak cuti pun tidak kami dapat. Baju dinas yang kami pakai ini pun, sampai hari ini baru satu ini saja kami dapat. Kami profesi bukan tenaga kerja biasa,” ungkapnya.

Untuk menarik perhatian masyarakat membeli ginjalnya, Helmud berdiri di pinggir jalan sambil membentangkan spanduk bersama rekan-rekan tenaga kontraknya. Bahkan mereka tampak membagi-bagikan brosur kepada pengguna jalan, guna sosialisasikan donor ginjal Helmud. Di hari sebelumnya, persis di persimpangan Jalan Raden Saleh/lampu merah Merdeka Walk, Helmud dan sejumlah rekannya melakukan aksi serupa. Aksi mereka sempat jadi perhatian masyarakat pengguna jalan yang melintasi jalan tersebut. (*)

Exit mobile version