Disinggung soal ketidaksiapan panitia penyelengara dalam hal ini Bappeda Sumut, dirinya mencoba memberikan pembelaan dengan berdalih bahwa kesalahan atas kondisi ini karena pemadaman.
“Artinya mungkin begini, kan peristiwa seperti ini (listrik padam) sudah lama tidak. Kita sudah mulai optimis itu tidak terjadi. Ternyata rupaya terjadi juga,” kilahnya.
Bahkan anggota DPRD Sumut Bustami HS yang hadir dan memberikan sambutan di hadapan khalayak, enggan memberikan komentar lebih jauh. Dirinya justru memberikan pembelaan bahwa genset yang ada digunakan untuk keperluan lain. “Ya maklum lah kita,” katanya.
Diketahui pelaksanaan rapat tersebut tanpa penerangan lampu dan pendingin ruangan sekitar hampir tiga jam. Selama itu, sejumlah peserta terlihat keluar masuk ruangan karena merasa kepanasan di dalam.
Pengamat Hukum dan Pemerintahan dari UMSU Rio Affandi Siregar mengatakan bahwa Bappeda dalam hal ini tidak ada persiapan. Apalagi rapat tersebut dihadiri pejabat dari pemerintahan kabupaten/kota. Sedangkan padamnya listrik, tidak akan bisa diprediksi terutama jika ada kejadian tidak terduga.
“Ini kan bukan acara tingkat keluarahan, tetapi ini rapat tingkat provinsi. Harusnya hal sepele seperti itu sudah tidak jadi masalah lagi untuk lembaga sekelas Bappeda Sumut ini,” sebutnya.
Dirinya menyayangkan sikap diam Bappeda dan membiarkan kondisi tersebut terjadi tanpa ada upaya mencari solusi. Sebab alasan yang disampaikan baik Sekda maupun anggota dewan, memperjelas bahwa instansi yang menyelenggarakan rapat tidak punya persiapan. Sehingga muncul kesan bahwa Pemprov Sumut dalam hal ini tidak menghargai kedatangan pejabat dari kabupaten/kota.
“Jangan waktu Presiden datang, semua disiapkan sempurna. Tetapi karena orang daerah yang datang, dibiarkan begitu saja. Kalau begitu, tidak profesional namanya,” ujarnya. (bal/ije)