Seorang mahasiswa, Anwarul Mizan menuturkan, ide tentang pemanfaatan ekstrak kulit bawang merah berangkat dari keprihatinan tentang mahalnya harga obat-obatan dan kurangnya pemanfaatan sumber daya alam berupa tumbuhan yang memiliki kandungan zat untuk pengobatan penyakit. Padahal, Indonesia merupakan salah satu negara dengan kualitas dan kuantitas hasil pertanian yang baik serta memiliki kekayaan hayati yang luar biasa.
Dia menyebutkan, salah satu hasil pertanian yang dikenal sebagai bumbu penyedap masakan, ternyata juga mengandung zat yang berperan untuk meningkatkan kesehatan atau pengobatan yaitu bawang merah. Namun dalam pemanfaatan sehari-hari, bagian dari bawang merah yang digunakan hanya daging buah saja untuk memasak. Sedangkan kulit, daun dan akarnya belum ditemukan pemanfaatan yang sebanding dengan besarnya hasil panen bawang merah.
“Sejauh yang kami ketahui, pemanfaatan kulit bawang merah digunakan sebagai pewarna tekstil. Padahal, kulit bawang merah yang tampak tidak berharga itu, dari berbagai penelitian ternyata memiliki kandungan antioksidan yang tinggi,” sebutnya.
Dijelaskannya, antioksidan sendiri berfungsi untuk mencegah terbentuknya radikal bebas atau senyawa berbahaya yang banyak dihasilkan tubuh. Secara tidak langsung, antioksidan menghambat kerusakan sel, salah satunya sel organ hati.
“Melalui Pekan Kreativitas Mahasiswa 2016 yang diselenggarakan oleh Kemenristekdikti, kami ingin melakukan pengembangan terkait pemanfaatan kulit bawang merah di bidang kesehatan khususnya untuk kesehatan organ hati,” tuturnya.
Ia menambahkan, tim mahasiswa FK UMSU optimis bisa menghasilkan solusi alternatif untuk penyakit organ hati. Karena itu, akan berupaya melakukan penelitian lanjutan sehingga hasil temuan tersebut bisa lebih dikembangkan.
“Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Kemenristekdikti atas kesempatan melakukan penelitian PKM serta pendanaan terhadap penelitian kami. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi orang banyak,” imbuhnya. (ris/ril)