25 C
Medan
Friday, June 28, 2024

Dahlan Iskan Ajak Mahasiswa jadi Pengusaha

Ketika Memotivasi Mahasiswa di Medan

Sejak sembuh dari penyakit kanker hati, Meneg BUMN Dahlan Iskan bertekad kerja tidak untuk uang. Kekayaan yang lebih dari cukup membuat dirinya ingin fokus sebagai guru jurnalistik, penulis buku, dan mengurus pesantren keluarga. Sabtu (17/11) pagi itu Dahlan memberikan kuliah dengan jaket putih bertuliskan ‘Kerja, Kerja, Kerja Demi Indonesia’ yang membalut tubuhnya.

SALAM: Ratusan mahasiswa Polmed menyalami Meneg BUMN Dahlan Iskan, tadi ma lam (17/11).//TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
SALAM: Ratusan mahasiswa Polmed menyalami Meneg BUMN Dahlan Iskan, tadi ma lam (17/11).//TRIADI WIBOWO/SUMUT POS

“SAYA merasa ambisi saya sudah cukup. Karir saya sudah selesai, dan keinginan saya tercapai. Saya perlu waktu untuk saya, dan dengan mengundurkan diri dari perusahaan, saya bisa melakukan segala yang tak bisa saya lakukann
Saya punya jabatan, salah satunya mengurus pesantren keluarga,” ujarnya dalam kuliah umum ‘Membangun Etika Pejabat Bersih dari Korupsi’ di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), kemarin (17/11).
Dijelaskannya, dengan prinsip ini dirinya membuktikan, tanpa jabatan dan wewenang, hidup masih bisa tenang. “Kalau saya bisa, saya tidak ingin memiliki jabatan, tapi saya bisa memberhentikan siapa saja dan kapan saja,” ujarnya tergelak, yang langsung disambut tawa peserta yang umumnya mahasiswa pascasarjana UMSU.

Permintaan presiden SBY agar dirinya bersedia menjadi menteri BUMN awalnya bukan pekerjaan menarik baginya. Dia mengenang janji yang dibatinkannya pada diri sendiri setelah sembuh dari penyakit kanker hati. Lagi pula latar belakang pendidikan  lebih cocok menjadi menteri agama. “Saya ini lulusan Al-Wasliyah. Sebentar di IAIN. Saya betul-betul buta tentang PLN, apalagi BUMN,” ungkapnya. Akan tetapi tekad mengembalikan kejayaan BUMN membuatnya harus menerima jabatan menteri. “Saat itu pak SBY berharap pemerintah memiliki dua tangan tangan. Tangan kanan APBN dan tangan kiri BUMN. Saat APBN tak mampu menutupi, ada BUMN yang menjadi cadangan anggaran,” ujarnya.

Bukan perkara mudah mengelola BUMN yang kini punya aset Rp3.000 triliun. Upaya menekan juga tak akan membuat berbagai perusahaan negara itu berkembang secara positif. Sebab itu langkah yang ingin dilakukannya adalah mengembalikan sistem yang telanjur rusak. “Saya tak peduli dengan uang yang hilang, tapi saya ingin menata kembali perusahaan di bawah payung BUMN menjadi perusahaan yang baru, termasuk menghilangkan korupsi sistemik di dalamnya. Ini harus dikerjakan secepat mungkin. Analoginya ini keluarga saya, maka perlu  saya urus,” tukasnya.

Menurut Dahlan, kerusakan sistemik di tubuh BUMN bukan hanya korupsi, melainkan manajemen sumber daya manusia yang sangat lemah dan buruk. Kekompakan antar direktur nyaris tak ada. Tiap direktur juga masuk lantaran punya backing. “Misalkan seorang atasan punya backing polisi, anak buah juga berpikir untuk punya backing polisi. Apa yang dilakukan si bos, itu pula yang dikerjakan si anak buah,” katanya  menganalogikan.
Dahlan mengaku pernah ditanyai kenapa memberikan wewenang kepada direktur utama untuk memilih direkturnya. Jawaban saya simpel: untuk membangun usaha dibutuhkan satu kata yang sama. Dan, seorang direktur utama pasti tahu siapa saja yang bisa diajak kerjasama.

Soal selisih paham dengan DPR RI, para mahasiswa pascasarjana UMSU mendukung langkah Dahlan melapor ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Seketika, pria yang biasa mengenakan kemeja putih, celana hitam, dan sepatu kets itu buru-buru menjawab, “Saya belum melaporkan ke KPK. Bukan tidak akan melaporkan.”

Harapan pemilik Jawa Pos group yang lahir dari keluarga petani miskin ini ingin para pimpinan BUMN meninggalkan kemewahan. “Ingat, jabatan dan kemewahan tak menjadi alasan agar kinerja lebih baik,” tambahnya.
Harapan ini disambut Abdul Hakim Siagian, praktisi hukum di Medan, yang mengaku begitu menarik mengikuti kulian umum Dahlan Iskan.

“Pak Dahlan memberikan contoh dan tauladan sehingga semua pejabat BUMN dan di bawahnya tak ada lagi yang bermewah-mewah. Tak ada lagi lobi golf, fasilitas ‘wah’ yang memboroskan anggaran negara. Ada baiknya semua itu dituangkan dalam Kode Etik Aparatur BUMN,” tukasnya.

Seakan tak kenal lelah, Dahlan melanjutkan kuliah umum dalam seminar nasional ‘USU dan Expo Technopreneurship’ dengan tema “Be Technopreneur! To Get Your Future”  di Politeknik Negeri. Sebelum memulai ceramah, dia lebih dulu shalat magrib berjamaah di mushola kampus Politeknik USU bersama staf pengajar dan mahasiswa.

Antusiasme peserta amat tinggi.  Kapasitas aula 800 orang dipenuhi  peserta seminar yang mencapai 2.000 orang. Para mahasiswa berharap mendengarkan langsung paparan Dahlan dalam membangun bisnis medianya. Ada adegan menarik saat Dahlan merasa kagum pada seorang mahasiswi yang mampu mengembangkan bisnis dengan membaca pasar.
“Saya berikan Rp10 juta, semoga bisa bermanfaat,” ujarnya.

Mahasiswi yang tengah menjajaki karir sebagai entrepreneur itu adalah Rika Puspitasari Rangkuti (19). Saat ditanyai Dahlan mau dijadikan apa uang hasil pemberiannya, Riak spontan menjawab, sebagai modal tambahan memproduksi baju, aksesoris, dan lainnya. “Saya ingin buka butik,” katanya.

Selepas menjadi pembicara, perjalanan Dahlan Iskan dilanjutkan ke Pondok Pesantren Babussalam di Desa Besilam Tanjung Pura, Langkat, Sumut. (*)

Ketika Memotivasi Mahasiswa di Medan

Sejak sembuh dari penyakit kanker hati, Meneg BUMN Dahlan Iskan bertekad kerja tidak untuk uang. Kekayaan yang lebih dari cukup membuat dirinya ingin fokus sebagai guru jurnalistik, penulis buku, dan mengurus pesantren keluarga. Sabtu (17/11) pagi itu Dahlan memberikan kuliah dengan jaket putih bertuliskan ‘Kerja, Kerja, Kerja Demi Indonesia’ yang membalut tubuhnya.

SALAM: Ratusan mahasiswa Polmed menyalami Meneg BUMN Dahlan Iskan, tadi ma lam (17/11).//TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
SALAM: Ratusan mahasiswa Polmed menyalami Meneg BUMN Dahlan Iskan, tadi ma lam (17/11).//TRIADI WIBOWO/SUMUT POS

“SAYA merasa ambisi saya sudah cukup. Karir saya sudah selesai, dan keinginan saya tercapai. Saya perlu waktu untuk saya, dan dengan mengundurkan diri dari perusahaan, saya bisa melakukan segala yang tak bisa saya lakukann
Saya punya jabatan, salah satunya mengurus pesantren keluarga,” ujarnya dalam kuliah umum ‘Membangun Etika Pejabat Bersih dari Korupsi’ di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), kemarin (17/11).
Dijelaskannya, dengan prinsip ini dirinya membuktikan, tanpa jabatan dan wewenang, hidup masih bisa tenang. “Kalau saya bisa, saya tidak ingin memiliki jabatan, tapi saya bisa memberhentikan siapa saja dan kapan saja,” ujarnya tergelak, yang langsung disambut tawa peserta yang umumnya mahasiswa pascasarjana UMSU.

Permintaan presiden SBY agar dirinya bersedia menjadi menteri BUMN awalnya bukan pekerjaan menarik baginya. Dia mengenang janji yang dibatinkannya pada diri sendiri setelah sembuh dari penyakit kanker hati. Lagi pula latar belakang pendidikan  lebih cocok menjadi menteri agama. “Saya ini lulusan Al-Wasliyah. Sebentar di IAIN. Saya betul-betul buta tentang PLN, apalagi BUMN,” ungkapnya. Akan tetapi tekad mengembalikan kejayaan BUMN membuatnya harus menerima jabatan menteri. “Saat itu pak SBY berharap pemerintah memiliki dua tangan tangan. Tangan kanan APBN dan tangan kiri BUMN. Saat APBN tak mampu menutupi, ada BUMN yang menjadi cadangan anggaran,” ujarnya.

Bukan perkara mudah mengelola BUMN yang kini punya aset Rp3.000 triliun. Upaya menekan juga tak akan membuat berbagai perusahaan negara itu berkembang secara positif. Sebab itu langkah yang ingin dilakukannya adalah mengembalikan sistem yang telanjur rusak. “Saya tak peduli dengan uang yang hilang, tapi saya ingin menata kembali perusahaan di bawah payung BUMN menjadi perusahaan yang baru, termasuk menghilangkan korupsi sistemik di dalamnya. Ini harus dikerjakan secepat mungkin. Analoginya ini keluarga saya, maka perlu  saya urus,” tukasnya.

Menurut Dahlan, kerusakan sistemik di tubuh BUMN bukan hanya korupsi, melainkan manajemen sumber daya manusia yang sangat lemah dan buruk. Kekompakan antar direktur nyaris tak ada. Tiap direktur juga masuk lantaran punya backing. “Misalkan seorang atasan punya backing polisi, anak buah juga berpikir untuk punya backing polisi. Apa yang dilakukan si bos, itu pula yang dikerjakan si anak buah,” katanya  menganalogikan.
Dahlan mengaku pernah ditanyai kenapa memberikan wewenang kepada direktur utama untuk memilih direkturnya. Jawaban saya simpel: untuk membangun usaha dibutuhkan satu kata yang sama. Dan, seorang direktur utama pasti tahu siapa saja yang bisa diajak kerjasama.

Soal selisih paham dengan DPR RI, para mahasiswa pascasarjana UMSU mendukung langkah Dahlan melapor ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Seketika, pria yang biasa mengenakan kemeja putih, celana hitam, dan sepatu kets itu buru-buru menjawab, “Saya belum melaporkan ke KPK. Bukan tidak akan melaporkan.”

Harapan pemilik Jawa Pos group yang lahir dari keluarga petani miskin ini ingin para pimpinan BUMN meninggalkan kemewahan. “Ingat, jabatan dan kemewahan tak menjadi alasan agar kinerja lebih baik,” tambahnya.
Harapan ini disambut Abdul Hakim Siagian, praktisi hukum di Medan, yang mengaku begitu menarik mengikuti kulian umum Dahlan Iskan.

“Pak Dahlan memberikan contoh dan tauladan sehingga semua pejabat BUMN dan di bawahnya tak ada lagi yang bermewah-mewah. Tak ada lagi lobi golf, fasilitas ‘wah’ yang memboroskan anggaran negara. Ada baiknya semua itu dituangkan dalam Kode Etik Aparatur BUMN,” tukasnya.

Seakan tak kenal lelah, Dahlan melanjutkan kuliah umum dalam seminar nasional ‘USU dan Expo Technopreneurship’ dengan tema “Be Technopreneur! To Get Your Future”  di Politeknik Negeri. Sebelum memulai ceramah, dia lebih dulu shalat magrib berjamaah di mushola kampus Politeknik USU bersama staf pengajar dan mahasiswa.

Antusiasme peserta amat tinggi.  Kapasitas aula 800 orang dipenuhi  peserta seminar yang mencapai 2.000 orang. Para mahasiswa berharap mendengarkan langsung paparan Dahlan dalam membangun bisnis medianya. Ada adegan menarik saat Dahlan merasa kagum pada seorang mahasiswi yang mampu mengembangkan bisnis dengan membaca pasar.
“Saya berikan Rp10 juta, semoga bisa bermanfaat,” ujarnya.

Mahasiswi yang tengah menjajaki karir sebagai entrepreneur itu adalah Rika Puspitasari Rangkuti (19). Saat ditanyai Dahlan mau dijadikan apa uang hasil pemberiannya, Riak spontan menjawab, sebagai modal tambahan memproduksi baju, aksesoris, dan lainnya. “Saya ingin buka butik,” katanya.

Selepas menjadi pembicara, perjalanan Dahlan Iskan dilanjutkan ke Pondok Pesantren Babussalam di Desa Besilam Tanjung Pura, Langkat, Sumut. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/