28.9 C
Medan
Tuesday, May 7, 2024

Nobar Film G30S/PKI Disuguhi Jagung, Pisang, dan Kacang Rebus

Foto: SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
Ratusan warga nonton bareng film G30 S-PKI yang diadakan oleh Kodim 02/01 BS dan pemko Medan di Lapangan benteng Medan, Jumat (29/9). Nonton bareng tersebut dalam rangka menyambut peringatan hari bersejarah G30 S-PKI.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Ribuan warga Medan mengadiri Nonton Bareng (Nobar) Film G30S/PKI di Lapangan Benteng Medan, Jumat (29/9) malam. Masyarakat yang tergabung dari Oganisasi Masyarakat, Ormas Islam, Organisasi Pemuda, Perorangan dan lainnya, terlihat serius menonton film tersebut. Terlebih, mereka mendapatkan snack berupa jagung rebus, pisang rebus dan kacang rebus yang dibungkus dengan plastik kresek yang dibagi-bagikan prajurit TNI-AD.

Acara dimulai dengan doa, dipimpin Buya Amirudin MS. Selanjutnya, Ketua MUI Kota Medan, M Hatta memberi kata sambutan. Setelah itu, MC menyatakan film akan diputar yang disambut tepuk tangan ribuan orang yang hadir. Kemudian, lampu dimatikan, disusul menyalanya layar besar menampilkan film G30S/PKI. “Film ini menggambarkan tentang sejarah kelam yang pernah terjadi di Negara kita pada 52 tahun silam,” ujar Hatta dalam sambutannya.

Lebih lanjut, disebut Hatta, salah satu fungsi film adalah memberi informasi. Termasuk film G30S/PKI, dikatakannya untuk memberikan informasi kepada masyarakat seluas-luasnya, bahwa di Indonesia pernah terjadi kenistaan yang dilakukan oleh PKI. Disebutnya, kejadian itu tidak hanya membuat gugurnya anak Bangsa yang terbaik, namun juga turut menghancurkan budaya masyarakat di Infonesia yang sangat dijunjung tinggi di dalam mencintai NKRI. “PKI menanamkan yel-yel di tengah masyarakat, untuk anti kepada Tuhan. Kalimat yel-yel agama adalah racun sering digembar-gemborkan Pemuda Rakyat dan Gerwani di mana-mana, ” sambung Hatta.

Kemudian dikatakan Hatta yang dilakukan PKI adalah adu domba di tengah-tengah masyarakat, sehingga masyarakat merasa tidak memiliki pemimpin di tengah-tengah kehidupan. Selanjutnya, disebut Hatta jika Ummat beragama, di mana-mana dihina serta Al-Quran diinjak-injak dan dicincang oleh PKI. Dikatakan Hatta, pada tahun 1948 di Madiun, Ulama dan Tokoh Masyarakat yang dianggap anti terhadap Komunis, dibunuhi.

Foto: SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
Ratusan warga nonton bareng film G30 S-PKI yang diadakan oleh Kodim 02/01 BS dan pemko Medan di Lapangan benteng Medan, Jumat (29/9). Nonton bareng tersebut dalam rangka menyambut peringatan hari bersejarah G30 S-PKI.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Ribuan warga Medan mengadiri Nonton Bareng (Nobar) Film G30S/PKI di Lapangan Benteng Medan, Jumat (29/9) malam. Masyarakat yang tergabung dari Oganisasi Masyarakat, Ormas Islam, Organisasi Pemuda, Perorangan dan lainnya, terlihat serius menonton film tersebut. Terlebih, mereka mendapatkan snack berupa jagung rebus, pisang rebus dan kacang rebus yang dibungkus dengan plastik kresek yang dibagi-bagikan prajurit TNI-AD.

Acara dimulai dengan doa, dipimpin Buya Amirudin MS. Selanjutnya, Ketua MUI Kota Medan, M Hatta memberi kata sambutan. Setelah itu, MC menyatakan film akan diputar yang disambut tepuk tangan ribuan orang yang hadir. Kemudian, lampu dimatikan, disusul menyalanya layar besar menampilkan film G30S/PKI. “Film ini menggambarkan tentang sejarah kelam yang pernah terjadi di Negara kita pada 52 tahun silam,” ujar Hatta dalam sambutannya.

Lebih lanjut, disebut Hatta, salah satu fungsi film adalah memberi informasi. Termasuk film G30S/PKI, dikatakannya untuk memberikan informasi kepada masyarakat seluas-luasnya, bahwa di Indonesia pernah terjadi kenistaan yang dilakukan oleh PKI. Disebutnya, kejadian itu tidak hanya membuat gugurnya anak Bangsa yang terbaik, namun juga turut menghancurkan budaya masyarakat di Infonesia yang sangat dijunjung tinggi di dalam mencintai NKRI. “PKI menanamkan yel-yel di tengah masyarakat, untuk anti kepada Tuhan. Kalimat yel-yel agama adalah racun sering digembar-gemborkan Pemuda Rakyat dan Gerwani di mana-mana, ” sambung Hatta.

Kemudian dikatakan Hatta yang dilakukan PKI adalah adu domba di tengah-tengah masyarakat, sehingga masyarakat merasa tidak memiliki pemimpin di tengah-tengah kehidupan. Selanjutnya, disebut Hatta jika Ummat beragama, di mana-mana dihina serta Al-Quran diinjak-injak dan dicincang oleh PKI. Dikatakan Hatta, pada tahun 1948 di Madiun, Ulama dan Tokoh Masyarakat yang dianggap anti terhadap Komunis, dibunuhi.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/