30 C
Medan
Monday, July 1, 2024

Gubsu Edy Siap Pertama Divaksin

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) Edy Rahmayadi siap menjadi orang pertama di provinsi ini yang akan divaksin Covid-19. Hal itu demi memberikan kepercayaan dan keyakinan kepada masyarakat Sumatera Utara bahwa vaksin Covid-19 aman digunakan.

“Kalau presiden yang pertama, kedua ya gubernur,” ucapnya menjawab wartawan di Pendopo Rumah Dinas Gubsu, Jalan Jenderal Sudirman Medan, Kamis (17/12).

Disinggung mengenai kuota vaksin yang akan didapat Sumatera Utara, Edy mengaku masih menunggu arahan dari pemerintah pusat. “Kuota belum. Masih dikonsultasikan, dari pusat nanti yang akan memberitahukan,” katanyan

Menurut mantan Pangkostrad itu, Pemprov Sumut hanya mempersiapkan lokasi tempat penyimpanan vaksin Covid-19 dan juga melatih tenaga medis yang akan menyuntikkan vaksin ke tubuh manusia. “Kita sudah menyiapkan semuanya, di mana untuk penempatannya dan orang-orang yang akan menyuntikkan vaksin,” ungkapnya.

Diketahui, sebanyak 1,2 juta vaksin Covid-19 buatan Sinovac, telah sampai di Indonesia melalui Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten pada Minggu (6/12). Vaksin itu didatangkan langsung dari Beijing, Tiongkok dan diangkut menggunakan pesawat charter maskapai Garuda Indonesia.

Kepala Dinas Kesehatan Sumut, Alwi Mujahit Hasibuan mengatakan, pihaknya menyambut baik kebijakan Presiden Joko Widodo yang menggratiskan vaksin Covid-19 untuk seluruh kalangan masyarakat Indonesia.

Namun disebut Alwi, dengan 1,2 juta dosis vaksin buatan Sinovac yang bakal didistribusikan tersebut, maka dipastikan hanya sebagian kecil warga yang akan mendapat vaksin gratis. “Alhamdulillah, berarti kita tidak perlu menganggarkan lagi. Tapi kita kan belum tau jatah kuota kita. Yang datang kan 1,2 juta, kalau dibagi rata 34 provinsi berarti satu daerah hanya dapat 30 ribuan vaksin. Kalau sekarang belum tau, karena keputusan presiden kan baru tadi,” ujarnya saat dikonfirmasi wartawan via seluler, Rabu (16/12) sore.

Alwi mengungkapkan, pihaknya sejak awal menargetkan seluruh warga Sumut yang telah berusia 18-59 tahun bisa disuntik vaksin Covid-19 tersebut. Begitupun berdasarkan informasi yang pihaknya dapatkan, akan ada daerah prioritas yang mendapat kuota vaksin Covid-19 lebih banyak dari daerah lainnya.

“Tapi infonya kan ada daerah prioritas. Dan kita berharap masuk dalam daerah prioritas itu. Jadi nantinya vaksin itu bakal disuntik ke warga kita yang berusia 18-59 tahun, kecuali bagi yang pengorbit, punya riwayat penyakit ginjal, paru-paru, jantung, diabetes, obesitas dan lainnya,” ungkap mantan kepala Dinkes Labuhan Batu tersebut. “Termasuk juga mereka yang pernah terpapar covid, tidak masuk dalam sasaran vaksin ini,” sambungnya.

Aspek Keamanan Vaksin Sudah Baik

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan ( BPOM) Penny Lukito mengklaim, aspek keamanan vaksin Covid-19 sudah baik. Menurutnya, vaksin tersebut sudah memenuhi syarat di sejumlah aspek yang BPOM tetapkan. “Kalau di aspek mutu itu sudah memenuhi aspek cara produksi obat yang baik. Alhamdulillah, hingga saat ini tidak ada efek samping yang kritikal. Dari aspek keamanan, vaksin Covid-19 sudah baik,” kata Penny dalam keterangan rilis di Jakarta, Kamis (17/12).

Ia melanjutkan, kini BPOM tengah menunggu aspek efektivitas dari vaksin Covid-19. Adapun analisa yang dilakukan yaitu melalui pengambilan sampel darah dan pengujian di laboratorium. Dari situ, kata dia, BPOM akan melihat seberapa besar vaksin tersebut memberikan efektivitas terhadap peningkatan antibodi manusia. “Ada standarnya harus mencapai angka efektivitas tertentu, sehingga bisa dikatakan bahwa vaksin itu efektif dari segi meningkatkan antibodi, terus kemudian juga kemampuannya untuk menetralisir virus yang masuk ke badan kita,” jelasnya.

Penny menekankan, saat ini pihaknya sedang berproses untuk observasi keamanan dan efektivitas vaksin. Ia berujar, observasi tersebut membutuhkan periode 1, 3, dan 6 bulan. Hasil evaluasi itu nantinya menjadi dasar BPOM menentukan Emergency Use Authorization (EUA). “Kalau untuk EUA, kita bisa lihat dalam waktu 3 bulan. Tapi bisa jadi juga kalau pandeminya sudah tidak terlalu intensif seperti di Cina, itu biasanya akan lebih lama lagi periode evaluasinya”, ujar Penny.

Ia melanjutkan, izin penggunaan darurat di masa pandemi bukan pertama kali dilakukan. Selama krisis pandemi, kata dia, sudah ada beberapa obat yang pihaknya telah berikan izin penggunaan darurat. “Misalnya antigen yaitu Favipiravir dan Remdesivir. Di mana antigen atau Favipiravir untuk kondisi pasien yang ringan sampai sedang dan Remdesivir itu untuk pasien yang berat,” tambah dia.

Penny juga meyakinkan masyarakat agar mau menerima vaksin Covid-19, apabila izin penggunaan sudah diterbitkan. Dirinya mengaku yakin dengan komitmen pemerintah yang hanya memberikan vaksin aman, berkhasiat, dan bermutu. “Dengan demikian, kita memang harus menunggu dulu sehingga bisa mendapatkan data yang cukup dan BPOM hanya akan memberikan EUA apabila memang data yang dikaitkan dengan keamanan, mutu, dan khasiat itu sudah cukup lengkap. Dan kami tentunya akan menganalisanya bersama para ahli,” pungkasnya.

Kasus Positif Tembus 17.000

Penambahan kasus konfirmasi Covid-19 di Provinsi Sumatera Utara masih juga belum terhenti. Bahkan, saat ini kasus penyebarannya sudah menginfeksi lebih dari 17.000 orang. Untuk itu, diimbau kepada warga Sumut khususnya, agar tetap menerapkan protokol kesehatan (Prokes) pencegahan Covid-19.

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Provinsi Sumut, dr Aris Yudhariansyah mengatakan, jumlah tersebut terjadi lantaran diperoleh penambahan 84 kasus baru dari 16 kabupaten/kota di Sumut, domisili luar Sumut dan juga domisili yang belum diketahui. “Akumulasi kasus positif sudah menjadi 17.006 orang, setelah bertambah 84 kasus baru,” ujar Aris, Kamis (17/12).

Disebutkan Aris, penambahan 84 kasus baru positif tersebut terbanyak berasal dari Kota Medan 43 orang. Kemudian diikuti Pematang Siantar dan Deliserdang 6 orang, Asahan 5 orang, Binjai 3 orang, Tebing Tinggi, Dairi, Toba dan Serdang Bedagai masing-masing 2 orang.  ”Berikutnya masing-masing satu 1 dari Sibolga, Langkat, Karo, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah dan Samosir. Lalu lima dari luar Sumut dan satu tidak diketahui domisilinya,” sebutnya.

Terkait angka kesembuhan, lanjut Aris, terjadi penambahan 80 orang, sehingga akumulasinya kini menjadi 14.279 orang. Penambahan terbanyak diperoleh dari Asahan dengan 35 orang, Medan 16 orang, Tanjung Balai 11 orang, Deliserdang 6 orang, Karo, Labuhanbatu dan Toba 3 orang, serta masing-masing 1 orang dari Langkat dan Simalungun. “Untuk pasien meninggal didapatkan 1 orang dari Pematang Siantar, sehingga akumulasinya menjadi 646. Untuk kasus aktif (penderita) saat ini tercatat ada sebanyak 2.081 orang,” bebernya.

Lebih lanjut dia mengatakan, perkembangan Covid-19 Sumut tetap harus disadari bahwa masih berada pada masa pandemi. Dengan masih adanya ditemukan penderita positif yang baru setiap harinya, maka tetap dibutuhkan kewaspadaan dan konsistensi untuk melaksanakan protokol kesehatan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. “Ayo tetap terapkan protokol kesehatan secara ketat untuk memutus rantai penularan Covid-19. Paling tidak, dengan menjalankan 3M yakni menggunakan masker, menjaga jarak dan hindari kerumunan, serta mencuci tangan dengan sabun,” imbuhnya. (prn/ris)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) Edy Rahmayadi siap menjadi orang pertama di provinsi ini yang akan divaksin Covid-19. Hal itu demi memberikan kepercayaan dan keyakinan kepada masyarakat Sumatera Utara bahwa vaksin Covid-19 aman digunakan.

“Kalau presiden yang pertama, kedua ya gubernur,” ucapnya menjawab wartawan di Pendopo Rumah Dinas Gubsu, Jalan Jenderal Sudirman Medan, Kamis (17/12).

Disinggung mengenai kuota vaksin yang akan didapat Sumatera Utara, Edy mengaku masih menunggu arahan dari pemerintah pusat. “Kuota belum. Masih dikonsultasikan, dari pusat nanti yang akan memberitahukan,” katanyan

Menurut mantan Pangkostrad itu, Pemprov Sumut hanya mempersiapkan lokasi tempat penyimpanan vaksin Covid-19 dan juga melatih tenaga medis yang akan menyuntikkan vaksin ke tubuh manusia. “Kita sudah menyiapkan semuanya, di mana untuk penempatannya dan orang-orang yang akan menyuntikkan vaksin,” ungkapnya.

Diketahui, sebanyak 1,2 juta vaksin Covid-19 buatan Sinovac, telah sampai di Indonesia melalui Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten pada Minggu (6/12). Vaksin itu didatangkan langsung dari Beijing, Tiongkok dan diangkut menggunakan pesawat charter maskapai Garuda Indonesia.

Kepala Dinas Kesehatan Sumut, Alwi Mujahit Hasibuan mengatakan, pihaknya menyambut baik kebijakan Presiden Joko Widodo yang menggratiskan vaksin Covid-19 untuk seluruh kalangan masyarakat Indonesia.

Namun disebut Alwi, dengan 1,2 juta dosis vaksin buatan Sinovac yang bakal didistribusikan tersebut, maka dipastikan hanya sebagian kecil warga yang akan mendapat vaksin gratis. “Alhamdulillah, berarti kita tidak perlu menganggarkan lagi. Tapi kita kan belum tau jatah kuota kita. Yang datang kan 1,2 juta, kalau dibagi rata 34 provinsi berarti satu daerah hanya dapat 30 ribuan vaksin. Kalau sekarang belum tau, karena keputusan presiden kan baru tadi,” ujarnya saat dikonfirmasi wartawan via seluler, Rabu (16/12) sore.

Alwi mengungkapkan, pihaknya sejak awal menargetkan seluruh warga Sumut yang telah berusia 18-59 tahun bisa disuntik vaksin Covid-19 tersebut. Begitupun berdasarkan informasi yang pihaknya dapatkan, akan ada daerah prioritas yang mendapat kuota vaksin Covid-19 lebih banyak dari daerah lainnya.

“Tapi infonya kan ada daerah prioritas. Dan kita berharap masuk dalam daerah prioritas itu. Jadi nantinya vaksin itu bakal disuntik ke warga kita yang berusia 18-59 tahun, kecuali bagi yang pengorbit, punya riwayat penyakit ginjal, paru-paru, jantung, diabetes, obesitas dan lainnya,” ungkap mantan kepala Dinkes Labuhan Batu tersebut. “Termasuk juga mereka yang pernah terpapar covid, tidak masuk dalam sasaran vaksin ini,” sambungnya.

Aspek Keamanan Vaksin Sudah Baik

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan ( BPOM) Penny Lukito mengklaim, aspek keamanan vaksin Covid-19 sudah baik. Menurutnya, vaksin tersebut sudah memenuhi syarat di sejumlah aspek yang BPOM tetapkan. “Kalau di aspek mutu itu sudah memenuhi aspek cara produksi obat yang baik. Alhamdulillah, hingga saat ini tidak ada efek samping yang kritikal. Dari aspek keamanan, vaksin Covid-19 sudah baik,” kata Penny dalam keterangan rilis di Jakarta, Kamis (17/12).

Ia melanjutkan, kini BPOM tengah menunggu aspek efektivitas dari vaksin Covid-19. Adapun analisa yang dilakukan yaitu melalui pengambilan sampel darah dan pengujian di laboratorium. Dari situ, kata dia, BPOM akan melihat seberapa besar vaksin tersebut memberikan efektivitas terhadap peningkatan antibodi manusia. “Ada standarnya harus mencapai angka efektivitas tertentu, sehingga bisa dikatakan bahwa vaksin itu efektif dari segi meningkatkan antibodi, terus kemudian juga kemampuannya untuk menetralisir virus yang masuk ke badan kita,” jelasnya.

Penny menekankan, saat ini pihaknya sedang berproses untuk observasi keamanan dan efektivitas vaksin. Ia berujar, observasi tersebut membutuhkan periode 1, 3, dan 6 bulan. Hasil evaluasi itu nantinya menjadi dasar BPOM menentukan Emergency Use Authorization (EUA). “Kalau untuk EUA, kita bisa lihat dalam waktu 3 bulan. Tapi bisa jadi juga kalau pandeminya sudah tidak terlalu intensif seperti di Cina, itu biasanya akan lebih lama lagi periode evaluasinya”, ujar Penny.

Ia melanjutkan, izin penggunaan darurat di masa pandemi bukan pertama kali dilakukan. Selama krisis pandemi, kata dia, sudah ada beberapa obat yang pihaknya telah berikan izin penggunaan darurat. “Misalnya antigen yaitu Favipiravir dan Remdesivir. Di mana antigen atau Favipiravir untuk kondisi pasien yang ringan sampai sedang dan Remdesivir itu untuk pasien yang berat,” tambah dia.

Penny juga meyakinkan masyarakat agar mau menerima vaksin Covid-19, apabila izin penggunaan sudah diterbitkan. Dirinya mengaku yakin dengan komitmen pemerintah yang hanya memberikan vaksin aman, berkhasiat, dan bermutu. “Dengan demikian, kita memang harus menunggu dulu sehingga bisa mendapatkan data yang cukup dan BPOM hanya akan memberikan EUA apabila memang data yang dikaitkan dengan keamanan, mutu, dan khasiat itu sudah cukup lengkap. Dan kami tentunya akan menganalisanya bersama para ahli,” pungkasnya.

Kasus Positif Tembus 17.000

Penambahan kasus konfirmasi Covid-19 di Provinsi Sumatera Utara masih juga belum terhenti. Bahkan, saat ini kasus penyebarannya sudah menginfeksi lebih dari 17.000 orang. Untuk itu, diimbau kepada warga Sumut khususnya, agar tetap menerapkan protokol kesehatan (Prokes) pencegahan Covid-19.

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Provinsi Sumut, dr Aris Yudhariansyah mengatakan, jumlah tersebut terjadi lantaran diperoleh penambahan 84 kasus baru dari 16 kabupaten/kota di Sumut, domisili luar Sumut dan juga domisili yang belum diketahui. “Akumulasi kasus positif sudah menjadi 17.006 orang, setelah bertambah 84 kasus baru,” ujar Aris, Kamis (17/12).

Disebutkan Aris, penambahan 84 kasus baru positif tersebut terbanyak berasal dari Kota Medan 43 orang. Kemudian diikuti Pematang Siantar dan Deliserdang 6 orang, Asahan 5 orang, Binjai 3 orang, Tebing Tinggi, Dairi, Toba dan Serdang Bedagai masing-masing 2 orang.  ”Berikutnya masing-masing satu 1 dari Sibolga, Langkat, Karo, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah dan Samosir. Lalu lima dari luar Sumut dan satu tidak diketahui domisilinya,” sebutnya.

Terkait angka kesembuhan, lanjut Aris, terjadi penambahan 80 orang, sehingga akumulasinya kini menjadi 14.279 orang. Penambahan terbanyak diperoleh dari Asahan dengan 35 orang, Medan 16 orang, Tanjung Balai 11 orang, Deliserdang 6 orang, Karo, Labuhanbatu dan Toba 3 orang, serta masing-masing 1 orang dari Langkat dan Simalungun. “Untuk pasien meninggal didapatkan 1 orang dari Pematang Siantar, sehingga akumulasinya menjadi 646. Untuk kasus aktif (penderita) saat ini tercatat ada sebanyak 2.081 orang,” bebernya.

Lebih lanjut dia mengatakan, perkembangan Covid-19 Sumut tetap harus disadari bahwa masih berada pada masa pandemi. Dengan masih adanya ditemukan penderita positif yang baru setiap harinya, maka tetap dibutuhkan kewaspadaan dan konsistensi untuk melaksanakan protokol kesehatan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. “Ayo tetap terapkan protokol kesehatan secara ketat untuk memutus rantai penularan Covid-19. Paling tidak, dengan menjalankan 3M yakni menggunakan masker, menjaga jarak dan hindari kerumunan, serta mencuci tangan dengan sabun,” imbuhnya. (prn/ris)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/