27 C
Medan
Monday, June 24, 2024

Kreatif Lewat Aksesori Rock n Roll Band Metal

Usia tidak bisa menjadi patokan dari kesungguhan seseorang dalam meraih impian. Itulah yang ditunjukkan Hedi Rusdian. Di usia yang baru 21 tahun, dia sudah menjadi presiden direktur dari brand aksesori rock n roll “Fourspeed” yang mendunia.

MENDUNIA: Hedi Rusdian (tengah) bersama band metal Sepultura. Perusahaan Hedi menjalin kerja sama dengan band asal Brasil itu.
MENDUNIA: Hedi Rusdian (tengah) bersama band metal Sepultura. Perusahaan Hedi menjalin kerja sama dengan band asal Brasil itu.//HEDI FOR JAWA POS/jpnn

TAK pernah terbayang dalam pikiran laki-laki kelahiran Bandung ini sebelumnya bahwa hasil karya perusahaannya akan digunakan grup band Sepultura dalam penampilannya. Apalagi kemudian menjalin kerja sama dengan band bergenre thrash metal itu sebagai produsen official merchandise.

“Dulu mah cuma angan-angan saja karya saya bisa dipakai Sepultura. E…ternyata jadi kenyataan,” ujar Hedi dengan logat Sunda kentalnya saat dijumpai di Jakarta Rabu lalu (8/1).

Impiannya terwujud saat November 2012 band asal Brasil itu menandatangani naskah MoU (memorandum of understanding) dengan Fourspeed milik Hedi. Dalam kerja sama itu, pihak Hedi diminta untuk membuatkan aksesori dalam jumlah terbatas berupa kepala ikat pinggang (gesper) dan cincin bercorak tengkorak seperti yang diinginkan. Terakhir, Hedi sedang menyiapkan untuk launching cincin tengkorak dengan desain terbaru Sepultura.

Terwujudnya impian Hedi tidak serta-merta terjadi. Hedi dan timnya mati-matian berusaha untuk meraih peluang emas tersebut. Meski harus jungkir balik, mereka tidak pernah patah semangat demi brand produknya bisa dikenal di kancah internasional.

Sebelum sukses seperti saat ini, pengorbanan yang dilakukan Hedi sungguh tidak sia-sia. Bahkan, sejak kelas VIII SMP, dia harus mencari uang sendiri untuk menambah uang jajan. “Saat itu uang jajan 3 ribu perak bisa dibelikan apa. Dari situ saya mulai mikir, harus punya uang tambahan. Akhirnya saya mulai usaha jualan baju lewat situs Kaskus,” ungkapnya.

Melihat kesungguhan dan ketekunan Hedi menjalankan usaha, Hilton Kurniawan, sepupunya, mengajak bergabung untuk menjalankan usaha Fourspeed Metalwerks miliknya. Selama ini Fourspeed dikenal karena menjual aksesori rock n roll mulai cincin tengkorak, gesper, hingga kalung-kalung cadas. Hedi yang saat itu masih mengenakan seragam putih-biru jelas tidak memiliki kemampuan apa pun di bidang tersebut. Karena itu, dia bekerja serabutan, mengikuti instruksi sepupunya tersebut.

Tapi, kemudian Hedi mau belajar mengenai aksesori logam itu sedikit demi sedikit. Dia mulai mengenal secara detail desain-desain yang digunakan, belajar membuat, dan memproduksinya. Kecintaannya terhadap musik-musik aliran keras membuat dia semakin menyukai yang dikerjakannya saat itu.

Ketika memasuki SMA, pemikirannya pun berubah. Dia tak hanya mencari uang untuk tambahan uang jajan. Lulusan SMAN 8 Bandung itu mulai mengetahui passion-nya dan menjadikan salah satu tujuan hidupnya yang harus dicapai. Sayang, pada 2007″2008 usaha yang ditekuni bersama sang sepupu mengalami kesulitan. Sulitnya menyerap pasar dalam negeri membuat penjualannya seret.

Dia menilai, apresiasi masyarakat Indonesia terhadap seni masih kurang. Terlebih untuk brand yang masih belum dikenal. Dia kemudian memutar otak agar cita-citanya tidak ikut mandek. Sampai suatu ketika keinginannya agar band favoritnya (Sepultura) menggunakan hasil karya perusahaannya kembali muncul. Dari situ tercetuslah ide untuk menggarap pasar internasional.

“Saya minta izin sepupu saya untuk mengembangkan usaha ini. Saya ceritakan maksud dan ide-ide gila saya. Akhirnya dia menyerahkan pengelolaan Fourspeed sepenuhnya kepada saya,” ujarnya.

Begitu izin dikantongi, Hedi langsung bergerak cepat. Langkah pertama, dia membenahi Fourspeed mulai strategi pemasaran hingga pembenahan website. Pemuda berkacamata itu kemudian menghubungi manajer-manajer band metal di luar negeri. Sampel-sampel produk handmade Fourspeed dia kirimkan kepada mereka.

“Saya ganti bahasanya pakai bahasa Inggris, kan sasaran kita ke luar negeri. Padahal, terus terang bahasa Inggris saya di sekolah jelek,” katanya, kemudian tertawa.

Usahanya berbuah manis, pada 2010 vokalis House of  Pain Danny Boy tertarik dengan karya Fourspeed. Bahkan, Danny Boy sendiri yang kemudian menghubungi Hedi untuk mengajak bekerja sama. Sejak itu dia semakin percaya diri menawarkan hasil karyanya kepada band-band lain.

“Kami kebantu banget promosi dari mulut ke mulut. Meskipun, dari seratus band yang kami deketin, cuma tiga yang follow up, termasuk Sepultura. Tapi, saya yakin, dari tiga itu bisa jadi 3 ribu kalau kami total mengerjakannya,” tandas dia.

Sejauh ini sudah ada beberapa nama band terkenal yang menggunakan brand-nya. Di antaranya, Death Angel, House of Pain, Sepultura, dan Madball. Tak hanya dari kalangan anak band, beberapa artis dan international skaters pun menggunakan produknya.

Tak hanya menyasar band-band terkenal, Fourspeed juga menjaring masyarakat luar yang menyukai barang-barang seni. Hasilnya positif, pasar menerimanya. Karena itu, Fourspeed lalu berani membuka kantor cabang di Los Angeles, AS, dan Jerman. Perusahaan yang berdiri pada 2005 itu kini memiliki pasar di Kanada, Amerika Serikat, Australia, dan beberapa negara Eropa.

“Mereka respek sama produk seni, nggak peduli itu bikinan mana, brand-nya apa. Yang penting, mereka suka desain dan detail karya kami. Detail ini yang membedakan produk kami dengan yang lain. Kalau yang lain hanya asal bikin mata tengkorak, kami keluarkan detailnya sampai benar-benar seperti tengkorak,” jelasnya.

Kini Hedi mengincar pasar Jepang yang terkenal dengan Harajuku-nya. Selain itu, dia mendekati band metal legendaris asal Los Angeles, Metallica. Keinginan tersebut pun diwujudkan Hedi dengan mengikuti pameran seni internasional di Jepang yang diikuti seniman dari 500 negara pada Desember 2013.

Hedi juga bekerja sama dengan istri basis grup band yang terkenal dengan lagu Master of Puppets itu, Chloe Trujillo. Kerja sama tak hanya dalam bentuk formal, Hedi juga sering diminta Chloe untuk memberikan ide-ide baru untuk karya-karyanya. Dengan senang hati Hedi membantu Chloe atas dasar pertemanan, bukan bisnis.

“Memang (kerja sama dengan Metallica) belum resmi dan formal. Sejauh ini masih sebatas pertemanan. Mereka kan band besar, jadi perencanaannya untuk beberapa tahun ke depan. Jadi, kami harus sabar menunggu saatnya tiba. Sejauh ini sih kita udah kerja sama dengan istri basisnya, Robert Trujillo,” jelasnya.

Setelah sukses menembus pasar internasional, lajang yang mengaku gagal tes penerimaan mahasiswa baru di Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung (FSRD ITB) itu membawa kembali produknya ke tanah air. Ternyata respons masyarakat Indonesia berbeda bila dibandingkan pada 2007. Berubah 180 derajat. Itu terjadi setelah masyarakat mengetahui bahwa karya Fourspeed telah mendunia dan lekat dengan band-band ternama.

“Aneh, sekarang banyak yang beli. Padahal, harganya jauh lebih mahal. Kalau dulu cincin tengkorak cuma Rp 50 ribu kini jadi Rp 1 juta”Rp 1,5 juta. Meski begitu, pasar kami paling banyak masih di luar negeri, sekitar 80 persen. Kami nggak masalah dengan hal itu, kami tetap bangga jadi warga Indonesia,” ungkap Hedi.

Kini Hedi mulai diperhitungkan di kalangan pebisnis muda. Dia mulai ikut diundang dalam acara-acara seminar entrepreneur. Dalam waktu dekat dia akan bergabung dengan CEO Kaskus Kendean bersama penulis Raditya Dika dan Wahyu Aditya, pendiri Hellomotion Korpora, tampil dalam acara talk show Mandiri Creativepreneur Corner 2014 pada 18 Januari. (*/c10/ari)

Usia tidak bisa menjadi patokan dari kesungguhan seseorang dalam meraih impian. Itulah yang ditunjukkan Hedi Rusdian. Di usia yang baru 21 tahun, dia sudah menjadi presiden direktur dari brand aksesori rock n roll “Fourspeed” yang mendunia.

MENDUNIA: Hedi Rusdian (tengah) bersama band metal Sepultura. Perusahaan Hedi menjalin kerja sama dengan band asal Brasil itu.
MENDUNIA: Hedi Rusdian (tengah) bersama band metal Sepultura. Perusahaan Hedi menjalin kerja sama dengan band asal Brasil itu.//HEDI FOR JAWA POS/jpnn

TAK pernah terbayang dalam pikiran laki-laki kelahiran Bandung ini sebelumnya bahwa hasil karya perusahaannya akan digunakan grup band Sepultura dalam penampilannya. Apalagi kemudian menjalin kerja sama dengan band bergenre thrash metal itu sebagai produsen official merchandise.

“Dulu mah cuma angan-angan saja karya saya bisa dipakai Sepultura. E…ternyata jadi kenyataan,” ujar Hedi dengan logat Sunda kentalnya saat dijumpai di Jakarta Rabu lalu (8/1).

Impiannya terwujud saat November 2012 band asal Brasil itu menandatangani naskah MoU (memorandum of understanding) dengan Fourspeed milik Hedi. Dalam kerja sama itu, pihak Hedi diminta untuk membuatkan aksesori dalam jumlah terbatas berupa kepala ikat pinggang (gesper) dan cincin bercorak tengkorak seperti yang diinginkan. Terakhir, Hedi sedang menyiapkan untuk launching cincin tengkorak dengan desain terbaru Sepultura.

Terwujudnya impian Hedi tidak serta-merta terjadi. Hedi dan timnya mati-matian berusaha untuk meraih peluang emas tersebut. Meski harus jungkir balik, mereka tidak pernah patah semangat demi brand produknya bisa dikenal di kancah internasional.

Sebelum sukses seperti saat ini, pengorbanan yang dilakukan Hedi sungguh tidak sia-sia. Bahkan, sejak kelas VIII SMP, dia harus mencari uang sendiri untuk menambah uang jajan. “Saat itu uang jajan 3 ribu perak bisa dibelikan apa. Dari situ saya mulai mikir, harus punya uang tambahan. Akhirnya saya mulai usaha jualan baju lewat situs Kaskus,” ungkapnya.

Melihat kesungguhan dan ketekunan Hedi menjalankan usaha, Hilton Kurniawan, sepupunya, mengajak bergabung untuk menjalankan usaha Fourspeed Metalwerks miliknya. Selama ini Fourspeed dikenal karena menjual aksesori rock n roll mulai cincin tengkorak, gesper, hingga kalung-kalung cadas. Hedi yang saat itu masih mengenakan seragam putih-biru jelas tidak memiliki kemampuan apa pun di bidang tersebut. Karena itu, dia bekerja serabutan, mengikuti instruksi sepupunya tersebut.

Tapi, kemudian Hedi mau belajar mengenai aksesori logam itu sedikit demi sedikit. Dia mulai mengenal secara detail desain-desain yang digunakan, belajar membuat, dan memproduksinya. Kecintaannya terhadap musik-musik aliran keras membuat dia semakin menyukai yang dikerjakannya saat itu.

Ketika memasuki SMA, pemikirannya pun berubah. Dia tak hanya mencari uang untuk tambahan uang jajan. Lulusan SMAN 8 Bandung itu mulai mengetahui passion-nya dan menjadikan salah satu tujuan hidupnya yang harus dicapai. Sayang, pada 2007″2008 usaha yang ditekuni bersama sang sepupu mengalami kesulitan. Sulitnya menyerap pasar dalam negeri membuat penjualannya seret.

Dia menilai, apresiasi masyarakat Indonesia terhadap seni masih kurang. Terlebih untuk brand yang masih belum dikenal. Dia kemudian memutar otak agar cita-citanya tidak ikut mandek. Sampai suatu ketika keinginannya agar band favoritnya (Sepultura) menggunakan hasil karya perusahaannya kembali muncul. Dari situ tercetuslah ide untuk menggarap pasar internasional.

“Saya minta izin sepupu saya untuk mengembangkan usaha ini. Saya ceritakan maksud dan ide-ide gila saya. Akhirnya dia menyerahkan pengelolaan Fourspeed sepenuhnya kepada saya,” ujarnya.

Begitu izin dikantongi, Hedi langsung bergerak cepat. Langkah pertama, dia membenahi Fourspeed mulai strategi pemasaran hingga pembenahan website. Pemuda berkacamata itu kemudian menghubungi manajer-manajer band metal di luar negeri. Sampel-sampel produk handmade Fourspeed dia kirimkan kepada mereka.

“Saya ganti bahasanya pakai bahasa Inggris, kan sasaran kita ke luar negeri. Padahal, terus terang bahasa Inggris saya di sekolah jelek,” katanya, kemudian tertawa.

Usahanya berbuah manis, pada 2010 vokalis House of  Pain Danny Boy tertarik dengan karya Fourspeed. Bahkan, Danny Boy sendiri yang kemudian menghubungi Hedi untuk mengajak bekerja sama. Sejak itu dia semakin percaya diri menawarkan hasil karyanya kepada band-band lain.

“Kami kebantu banget promosi dari mulut ke mulut. Meskipun, dari seratus band yang kami deketin, cuma tiga yang follow up, termasuk Sepultura. Tapi, saya yakin, dari tiga itu bisa jadi 3 ribu kalau kami total mengerjakannya,” tandas dia.

Sejauh ini sudah ada beberapa nama band terkenal yang menggunakan brand-nya. Di antaranya, Death Angel, House of Pain, Sepultura, dan Madball. Tak hanya dari kalangan anak band, beberapa artis dan international skaters pun menggunakan produknya.

Tak hanya menyasar band-band terkenal, Fourspeed juga menjaring masyarakat luar yang menyukai barang-barang seni. Hasilnya positif, pasar menerimanya. Karena itu, Fourspeed lalu berani membuka kantor cabang di Los Angeles, AS, dan Jerman. Perusahaan yang berdiri pada 2005 itu kini memiliki pasar di Kanada, Amerika Serikat, Australia, dan beberapa negara Eropa.

“Mereka respek sama produk seni, nggak peduli itu bikinan mana, brand-nya apa. Yang penting, mereka suka desain dan detail karya kami. Detail ini yang membedakan produk kami dengan yang lain. Kalau yang lain hanya asal bikin mata tengkorak, kami keluarkan detailnya sampai benar-benar seperti tengkorak,” jelasnya.

Kini Hedi mengincar pasar Jepang yang terkenal dengan Harajuku-nya. Selain itu, dia mendekati band metal legendaris asal Los Angeles, Metallica. Keinginan tersebut pun diwujudkan Hedi dengan mengikuti pameran seni internasional di Jepang yang diikuti seniman dari 500 negara pada Desember 2013.

Hedi juga bekerja sama dengan istri basis grup band yang terkenal dengan lagu Master of Puppets itu, Chloe Trujillo. Kerja sama tak hanya dalam bentuk formal, Hedi juga sering diminta Chloe untuk memberikan ide-ide baru untuk karya-karyanya. Dengan senang hati Hedi membantu Chloe atas dasar pertemanan, bukan bisnis.

“Memang (kerja sama dengan Metallica) belum resmi dan formal. Sejauh ini masih sebatas pertemanan. Mereka kan band besar, jadi perencanaannya untuk beberapa tahun ke depan. Jadi, kami harus sabar menunggu saatnya tiba. Sejauh ini sih kita udah kerja sama dengan istri basisnya, Robert Trujillo,” jelasnya.

Setelah sukses menembus pasar internasional, lajang yang mengaku gagal tes penerimaan mahasiswa baru di Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung (FSRD ITB) itu membawa kembali produknya ke tanah air. Ternyata respons masyarakat Indonesia berbeda bila dibandingkan pada 2007. Berubah 180 derajat. Itu terjadi setelah masyarakat mengetahui bahwa karya Fourspeed telah mendunia dan lekat dengan band-band ternama.

“Aneh, sekarang banyak yang beli. Padahal, harganya jauh lebih mahal. Kalau dulu cincin tengkorak cuma Rp 50 ribu kini jadi Rp 1 juta”Rp 1,5 juta. Meski begitu, pasar kami paling banyak masih di luar negeri, sekitar 80 persen. Kami nggak masalah dengan hal itu, kami tetap bangga jadi warga Indonesia,” ungkap Hedi.

Kini Hedi mulai diperhitungkan di kalangan pebisnis muda. Dia mulai ikut diundang dalam acara-acara seminar entrepreneur. Dalam waktu dekat dia akan bergabung dengan CEO Kaskus Kendean bersama penulis Raditya Dika dan Wahyu Aditya, pendiri Hellomotion Korpora, tampil dalam acara talk show Mandiri Creativepreneur Corner 2014 pada 18 Januari. (*/c10/ari)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/