28 C
Medan
Tuesday, July 2, 2024

Dibujuk Ulama Madina agar Membuka PTM, Gubsu Tegas Menolak

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi menolak dituding memarahi ulama asal Kabupaten Mandailing Natal (Madina) yakni Syekh Abdul Bais Nasution dan Ustadz Mahyuddin, ketika mereka bertemu di Masjid Agung pada Selasa (11/1) pekan lalu.

Menjawab wartawan soal kejadian dimaksud, Edy justru menanyakan kembali kapan dirinya marah dalam pertemuan singkat itu.

“Coba tanyakan yang marah-marah itu siapa?” ucapnya di Rumah Dinas Gubsu Jalan Jenderal Sudirman Medan, Senin (18/1).

Gubsu membenarkan bahwa dirinya didatangi sejumlah orang yang bermohon agar pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolah kembali dibuka, terkhusus di Kabupaten Madina. Namun ia tegas menolaknya.

Namun ia sampaikan saat itu, bahwa untuk menerapkan PTM di sekolah membutuhkan pembahasan dengan sejumlah pihak yang berkompeten, yakni dokter anak, psikolog anak serta tokoh-tokoh masyarakat yang berwenang. Bahkan demi membumihanguskan Covid-19, pemerintah rutin menggalakkan penerapan protokol kesehatan dan terakhir melakukan vaksinasi.

“Jadi siapapun yang dijelaskan oleh gubernur selaku kasatgas untuk suatu daerah agar bisa membuka pendidikan tatap muka itu perlu pengkajian evaluasi secara komprehensif. Pasti kalian semua wartawan sudah monitor, kondisi Covid-19 di Sumut ini butuh perhatian khusus sampai-sampai pemerintah menggelontorkan vaksin untuk berikan vaksinasi kepada tenaga kesehatan kita, ini sedang berjalan,” urai dia.

Kepada ulama itu, Edy menegaskan bahwa pihaknya tidak ingin bila sekolah dibuka saat ini maka dikhawatirkan justru akan menimbulkan klaster baru. Sebab, guru dinilai tidak akan mampu mengawasi gerak gerik siswanya saat berada di sekolah. “Kalau dia sekolah terus terpaparlah anak kita itu, pulang ke rumah, tularkan kepada orangtua, nenek-neneknya, dan handai taulan menjadi terkena itu, semua terpapar, makin tak selesai Covid ini nanti,” ujarnya.

Usai memberikan penjelasan itu, sejumlah orang yang bertemu dengannya tetap ngotot. Sehingga Edy mengaku bersikap tegas dengan tidak menuruti permohonan itu. “Itulah saya jelaskan tapi masih tidak terima. Kalau tidak terima pulang, ini adalah wewenang saya,” ujarnya.

Sebelumnya berdasarkan informasi yang beredar bahwa kedatangan ulama bersama Sekretaris Daerah Madina Gozali Pulungan beserta beberapa pejabat Pemkab Madina sembari membawa surat bupati Madina bernomor 420/0039/Disdik/2021 tertanggal 2021 yang ditujukan kepada gubernur, sebagai upaya terlaksananya sekolah tatap muka di Kabupaten Madina.

Di Masjid Agung, usai memberikan penjelasan alasan mereka memohon pembukaan sekolah, Syekh Abdul Bais disebut mendapat perlakuan kasar berupa kata-kata bentakkan dari Gubernur Edy.

Diketahui sampai saat ini Pemprov Sumut belum mengizinkan pembukaan sekolah untuk kegiatan belajar mengajar tatap muka. Rencananya pada Maret 2021, gubernur bersama Satgas Covid-19 Sumut dan sejumlah tokoh akan mengevaluasi kebijakan tersebut sembari memerhatikan kondisi pandemi di Sumut. (prn/ila)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi menolak dituding memarahi ulama asal Kabupaten Mandailing Natal (Madina) yakni Syekh Abdul Bais Nasution dan Ustadz Mahyuddin, ketika mereka bertemu di Masjid Agung pada Selasa (11/1) pekan lalu.

Menjawab wartawan soal kejadian dimaksud, Edy justru menanyakan kembali kapan dirinya marah dalam pertemuan singkat itu.

“Coba tanyakan yang marah-marah itu siapa?” ucapnya di Rumah Dinas Gubsu Jalan Jenderal Sudirman Medan, Senin (18/1).

Gubsu membenarkan bahwa dirinya didatangi sejumlah orang yang bermohon agar pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolah kembali dibuka, terkhusus di Kabupaten Madina. Namun ia tegas menolaknya.

Namun ia sampaikan saat itu, bahwa untuk menerapkan PTM di sekolah membutuhkan pembahasan dengan sejumlah pihak yang berkompeten, yakni dokter anak, psikolog anak serta tokoh-tokoh masyarakat yang berwenang. Bahkan demi membumihanguskan Covid-19, pemerintah rutin menggalakkan penerapan protokol kesehatan dan terakhir melakukan vaksinasi.

“Jadi siapapun yang dijelaskan oleh gubernur selaku kasatgas untuk suatu daerah agar bisa membuka pendidikan tatap muka itu perlu pengkajian evaluasi secara komprehensif. Pasti kalian semua wartawan sudah monitor, kondisi Covid-19 di Sumut ini butuh perhatian khusus sampai-sampai pemerintah menggelontorkan vaksin untuk berikan vaksinasi kepada tenaga kesehatan kita, ini sedang berjalan,” urai dia.

Kepada ulama itu, Edy menegaskan bahwa pihaknya tidak ingin bila sekolah dibuka saat ini maka dikhawatirkan justru akan menimbulkan klaster baru. Sebab, guru dinilai tidak akan mampu mengawasi gerak gerik siswanya saat berada di sekolah. “Kalau dia sekolah terus terpaparlah anak kita itu, pulang ke rumah, tularkan kepada orangtua, nenek-neneknya, dan handai taulan menjadi terkena itu, semua terpapar, makin tak selesai Covid ini nanti,” ujarnya.

Usai memberikan penjelasan itu, sejumlah orang yang bertemu dengannya tetap ngotot. Sehingga Edy mengaku bersikap tegas dengan tidak menuruti permohonan itu. “Itulah saya jelaskan tapi masih tidak terima. Kalau tidak terima pulang, ini adalah wewenang saya,” ujarnya.

Sebelumnya berdasarkan informasi yang beredar bahwa kedatangan ulama bersama Sekretaris Daerah Madina Gozali Pulungan beserta beberapa pejabat Pemkab Madina sembari membawa surat bupati Madina bernomor 420/0039/Disdik/2021 tertanggal 2021 yang ditujukan kepada gubernur, sebagai upaya terlaksananya sekolah tatap muka di Kabupaten Madina.

Di Masjid Agung, usai memberikan penjelasan alasan mereka memohon pembukaan sekolah, Syekh Abdul Bais disebut mendapat perlakuan kasar berupa kata-kata bentakkan dari Gubernur Edy.

Diketahui sampai saat ini Pemprov Sumut belum mengizinkan pembukaan sekolah untuk kegiatan belajar mengajar tatap muka. Rencananya pada Maret 2021, gubernur bersama Satgas Covid-19 Sumut dan sejumlah tokoh akan mengevaluasi kebijakan tersebut sembari memerhatikan kondisi pandemi di Sumut. (prn/ila)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/