“Kami sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menstabilkan kondisi Salwa. Kenapa belum keluar surat rujukannya, karena dia tidak bisa diterbangkan apabila kondisinya belum normal,” ujar Mashadat, Minggu (18/2).
Cerita perjuangan Salwa bermula sejak Januari 2018. Anak bungsu dari lima bersaudara ini sempat dirawat ke RS Tanjunggading, Batubara. Selanjutnya, oleh pihak rumahsakit kemudian merujuknya ke RSUD Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi.
Dari sana, segala upaya dilakukan untuk kesembuhan Salwa. Namun, keterbatasan biaya sempat mengganjal, pasalnya butuh biaya besar untuk membiaya perobatan sementara Salwa belum terdaftar di BPJS Kesehatan.
Akhirnya, perjuangan Irwan, ayahnya membuahkan hasil, mereka mendapat bantuan dari kerabat di sana supaya Salwa dibawa ke Rumahsakit Bunda Thamrin di Medan.
Sejak masuk ke RS Bunda Thamrin 19 Januari 2018 kondisi Salwa membaik. Kala itu pihak rumahsakit menyatakan ada penyempitan di jantung mungil Salwa.
Keluarganya pun terus berjuang, namun lagi-lagi biaya perobatan sempat menjadi masalah. Pihak rumahsakit menyatakan perlu Rp300 juta untuk biaya perawatan Salwa.
Mulai dari sini, cerita pilu keluarga asal Batubara ini memperjuangkan anaknya tersiar. Mereka pun mendapat donatur dan sejumlah bantuan kemudahan pendaftaran Salwa hingga akhirnya dirujuk ke Rumahsakit Adam Malik, Senin (12/2) malam. (dvs/ila)