Medan 9 Jam Lebih Tanpa Listrik
MEDAN-Ketergantungan warga Medan dan sekitar terhadap listrik benar-benar diuji. Kemarin, sejak pukul 11.50 WIB listrik mendadak padam total (black out). Listrik baru kembali menyala setelah beberapa jam kemudian, bahkan di beberapa wilayah Medan ada yang mencapai sembilan jam lebih hidup tanpa listrik.
Akibatnya, aktivitas warga terganggu. Jalanan macet karena traffic light padam. Perkantoran minim aktivitas. Ibu rumah tangga panik karena telah terbiasa memasak nasi dengan rice cooker; lantai dapur pun banjir akibat cairan di dalam kulkas mencair. Tidak itu saja, rumah tangga yang mengandalkan mesin pompa untuk air harus gigit jari. Dan yang paling membuat warga jengkel, telepon seluler mereka habis daya tanpa bisa di-charger. Beruntung bagi mereka yang memiliki genset. Pasalnya, seperti di Medan Amplas, listrik baru menyala pukul sembilan malam atau sembilan jam setelah listrik pada sekira pukul 12 siang.
Ujian hidup tanpa listrik tidak hanya dirasakan di Medan, dari informasi yang didapat, listrik padam juga melanda tujuh kabupaten/kota lainnya. Daerah yang dimaksud adalah Langkat, Binjai, Tebingtinggi, Asahan, Tanjungbalai, Simalungun, dan Pematangsiantar. Tidak itu saja, beberapa wilayah di Aceh, termasuk Banda Aceh juga mengalami hal yang sama.
‘Bencana’ ini belakangan diketahui akibat pembangkit listrik di Sicanang Belawan mati total. Adapun sejumlah pembangkit di Belawan yang mendadak mati total yakni, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) sebanyak 4 unit, satu unit mesin Gas Turbin (GT) 21, satu unit mesin GT 22, satu unit GT 11, pembangkit Steam Turbin 10, Steam Turbin (ST) 12 dan PLTG Lot 3.
Kepala PT PLN Sektor Belawan Rodi Cahyawan yang dikonfirmasi Sumut Pos mengaku kalau semua mesin pembangkit di Belawan mati tolal selama beberapa jam sehingga seluruh aliran listrik di Sumut hingga Aceh padam. “Setelah kita berupaya, akhirnya mesin pembangkit menyala, tapi tidak bisa terkoneksi,” ujarnya.
Sementara itu, Humas PT PLN Pembangkitan Sumbagut (Kitsu), M Jamil yang dikonfirmasi merinci kronologis terjadinya gangguan listrik tersebut (lengkapnya lihat grafis). Dia mengatakan baru pukul 15.15 WIB semua Gardu Induk di Sumbagut kembali bertegangan dan untuk wilayah Aceh baru pukul 15.32 WIB. Namun, bukan berarti pada pukul tersebut seluruh aliran listrik yang padam kembali nyata. Setidaknya, di beberapa wilayah di Medan listrik baru menyala setelah hari telah gelap.
Deputi Hukum dan Komunikasi PLN Sumut Raidir Sigalingging mengakui terjadinya black out. Namun ia tidak mengetahui secara pasti penyebabnya. “Yang jelas kita defisit listrik,” ujar Radir.
Saat perbaikan dilakukan (kemarin), lanjut Raidir, mesin pembangkit menyala, hanya saja tidak bisa terkoneksi ke sistem sehingga terjadi pemadaman listrik hingga malam hari. “Saya mewakili manajer PLN Wilayah Sumut mohon maaf sebesar-besarnya kepada masyarakat Sumut atas black out ini. Kami terus berupaya melakukan perbaikan,” ujar Raidir.
Pengamat Kelistrikan dari Universitas Sumatera Utara (USU), Ir Tarmizi Surya ketika dimintai tanggapannya mengatakan, black out system di pembangkit Sicanang, akibat turbin lepas. “Butuh waktu 10 jam untuk memperbaikinya,” katanya.
Ditambahkan, pemadaman listrik di wilayah Sumatera Utara dan Aceh ini akibat sistem yang kurang baik, sementara kemampuan pembangkit di Sicanang hanya pas-pasan. “Permintaan listrik terus bertambah, sedangkan kekuatan pembangkit di Sicabang pas-pasan. Inilah terjadi,” katanya.
Dikatakan, mesin di Pembangkit Sicanang saat ini hanya satu. Akibatnya, bila tiba-tiba terjadi kerusakan, maka listrik pun padam semua. Selain itu, mesin yang ada di Sicanang tersebut juga dikatakan sudah cukup lama, sehingga kinerjanya kurang maksimal. “Saya kira, ini harus menjadi pemikiran pemerintah, sehingga kita tidak kekurangan listrik lagi,” jelasnya.
Dia juga mengkritisi pengiriman listrik ke Aceh. Menurutnya, pengiriman listrik ke daerah tetangga tersebut harus dihentikan sementara, karena kebutuhan listrik di Sumut juga mengalami krisis. Dikatakan, sekarang pembangkit di Sicanang itu mengirim sekitar 500 megawatt ke Aceh. “Pengiriman ke Aceh harus dihentikan sementara, sebelum PLTU di Pangkalansusu beroperasi. Sebab, kita juga sedang krisis listrik,” ungkapnya.
Begitu juga dengan proyek-proyek besar, Tarmizi juga meminta kepada PLN untuk sementara tidak melayani permintaan listrik besar-besaran. Karena bila tetap dipaksakan, maka pemadaman pun akan terus berlanjut, karena pembangkit di Sicanang kekuatannya pas-pasan.
Sementara itu, Kombes Pol DR H Hery Subiansauri, SH,MH sangat menyesalkan terjadinya padam listrik. Hal itu menyebabkan ruas jalan di Kota Medan menjadi macet akibat lampu jalan ikut padam. Tak hanya itu, juga memicu terganggungnya sistem alat di rumah sakit yang digunakan pasien, khususnya pasien ICU. “PLN Sumut makin buruk, padam listrik membuat kegiatan lumpuh total,” ujarnya kesal.
Hery konsumen listrik PLN sekaligus sebagai masyarakat yang tinggal di Komplek Malibu Indah Alam Raya Polonia Medan, juga mengeluh kalau di Malibu sering terjadi pemadaman listrik. “Saya heran, tempat tinggal saya sering kali mati lampu. Kalau daerah lain mati lampu hanya satu atau dua jam, di tempat saya sampai 12 jam. Mungkin dikira PLN warga di Kompleks Malibu punya genset ya? Jangan pilih tebu kalau mau melakukan pemadaman. Harus ada kejelasan alasan memadamkan listrik,” tegasnya.
Hery juga menyesalkan pihak PLN Sumut yang tak pernah lagi memberikan informasi melalui media massa soal pemadaman listrik atau pemadaman bergilir. “PLN kalau mau padamkan listrik harus dibuat lah di koran atau di radion informasinya, biar masyarakat tahu. Jangan seenaknya saja padamkan listrik. Kalau masyarakat telat bayar langsung diputus listriknya, kalau PLN yang berulah, masyarakat tak bisa berbuat apa-apa,” tegasnya. (ila/mag-7/rul)