MEDAN, SUMUTPOS.CO – Ratusan mahasiswa farmasi Institut Kesehatan Helvetia (IKH) menggelar aksi di depan kampus mereka di Jalan Kapten Sumarsono, No 107 Medan, Senin (18/3) siang. Mereka menuntut pihak rektorat melakukan pembenahan fasilitas akademik.
“Kami menginginkan transparansi dana berkaitan dengan uang praktikum selama masa perkuliahan Program Studi S1 Farmasi,” ucap Koordinator aksi, Julkardo dalam orasi unjukrasa itu.
Julkardo mengatakan, aksi ini dilakukan setelah seluruh menilai fasiltas perguruan tinggi tersebut tidak memadai untuk menunjang fasilitas perkuliah. Dengan itu seluruh mahasiswa S1 Farmasi yang telah bertanda tangan menyepakati untuk melakukan unjukrasa tersebut.
“Kami mahasiswa S1 Farmasi menginginkan realisasi dari pihak terkait agar melengkapi alat-alat dan bahan-bahan di Laboratorium sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan Tinggi, sebelum kami menjalankan praktikum,” jelasnya.
Unjuk rasa ini, menurutnya menyikapi ketidakpastian pihak Birokrasi Rektorat Institut Kesehatan Helvetia dalam memfasilitasi sarana dan prasarana Laboratorium S1 Farmasi yang diperlukan selama masa perkuliahan Program Studi S1 Farmasi.
“Kami menginginkan untuk setiap kebijakan-kebijakan berkaitan dengan program studi S1 Farmasi yang dikeluarkan oleh pihak kampus, agar dapat dimusyawarahkan terlebih ahulu dengan mahasiswa maupun pihak-pihak yang bersangkutan dalam aturan tersebut,” tutur Julkardo.
Pihak mahasiswa terus mendesak perwakilan kampus untuk menerima mereka. Akibatnya, saling dorong terjadi dengan petugas keamanan. Selanjutnya, aparat kepolisian berjaga-jaga langsung mengendalikan suasan, agar hal tidak diinginkan terjadi.
“Kita disini hanya satu mahasiswa tidak ada perwakilan mahasiswa. Kita ingin tuntutan dipenuhi,” pungkas Julkardo.
Ersan, mahasiswa lainnya mengatakan, alat praktik di Laboratorium sangat minim dan tidak memadai. Padahal mahasiswa telah membayar cukup mahal biaya uang praktik per mata kuliahnya.
“Untuk setiap mata kuliah praktik, setiap mahasiswa diwajibkan membayar uang praktik sebesar Rp600 ribu, tapi alat praktik yang disediakan jauh dari kata lengkap. Benar-benar tidak memenuhi standar,” kata Ersan.
Tak hanya itu, mereka juga dibebankan untuk membayar uang ujian semester sebesar Rp350 ribu. “Bayangkan saja, setiap semester, mata kuliah praktik bisa mencapai 4 sampai 5 mata kuliah, kalau dikalikan Rp600 ribu, berarti per semester kami harus bayar uang praktik sebesar Rp3 juta, itu belum termasuk uang kuliah per semester Rp3juta. Kami juga harus membayar uang ujian Rp350ribu untuk bisa ikut ujian semester. Total dalam satu semester tiap mahasiswa harus membayar lebih dari Rp6 juta pada pihak kampus. Harusnya biaya yang mahal ini setimpal dengan kualitasnya,” ungkapnya.
Sedangkan perwakilan mahasiswa lainnya, Taffa mengatakan, aksi mereka ini bukanlah aksi pertama, namun sudah beberapa kali tapi belum ditanggapi.
Pantauan Sumut Pos, dalam aksi itu sempat terjadi kericuhan. Sebab, sempat terjadi kontak fisik dengan adanya tindakan saling dorong antara mahasiswa dengan sejumlah aparat kepolisian yang berjaga berikut pihak pengamanan kampus. Namun, tidak ada tindakan kekerasan dan pengerusakan dalam aksi itu. (gus/mag-1/ila)