30 C
Medan
Monday, July 1, 2024

Disambar Petir, Satu Tewas, Tiga Kritis

MEDAN-Jangan anggap remeh dengan bahaya petir yang kerap muncul akhir-akhir ini. Kemarin saja, Senin (18/4), tiga orang disambar petir di dua tempat berbeda. Dampaknya, maut. Satu orang akhirnya tewas, sementara nyawa tiga orang lainnya masih dapat diselamatkan meski sempat dalam kondisi kritis.

Korban tewas adalah Tri Suno (50), pegawai PT Garuda Indonesia yang baru pulang dari tugas luar kota di Padang. Dia dan Merlin Ramayana (35) serta Darwin (22) disambar petir saat berteduh dari hujan di bawah pohon di Jalan Adi Sucipto, pukul 16.00 WIB. Merlin dan Darwin akhirya diperbolehkan pulang setelah mendapat perawatan di UGD Rumah Sakit TNI AU, Polonia.

Sementara kejadian lainnya terjadi di terminal bus Lubuk Pakam pukul 13.00 WIB. Nyawa Evan Tampubolon (23) dan Rio Sihombing (31) terselamatkan setelah keduanya dikubur di lumpur di sawah warga..

Peristiwa di sekitar Bandara Polonia terjadi saat hujan mengguyur wilayah itu sekitar pukul 16.00 WIB. Lima pengendara sepeda motor berteduh di bawah pohon di Jalan Adi Sucipto, Kecamatan Medan Polonia, tepatnya di depan Mess Cendrawasih Pangkalan TNI AU Lanud Medan. Suasana tiba-tiba mencekam saat suara guntur diikuti kilatan menyambar tiga orang di lokasi. Terdengar jeritan histeris. Ketiga orang tersebut, satu diantaranya tewas dilokasi dan dua lainnya kritis.

Ketiga Warga yang tersambar petir, Tri Suno (50) Warga Komplek Perumahan Johor Indah Permai I, Blok IV, Kelurahan Gedung Johor, Kecamatan Medan Johor meninggal ditempat. Sedangkan, seorang wanita bernama Merlin Ramayana (35) Warga Jalan Sei Mencirim, Kampung Lalang dan Darwin (22) Warga Jalan Makhamah, Gang Keluarga, dalam keadaan kritis.

Jeritan minta tolong tersebut didengar petugas TNI AU, Letkol Jonathan. Dengan sigap, Jonathan mendatangi asal suara jeritan meminta tolong. “Ketiga korban langsung diboyongnya satu persatu ke RS naik mobilnya,” ujar perawat piket yang namanya tidak mau disebutkan di ruang UGD Rumah Sakit TNI AU, Polonia.

Setelah mendapat mendapat tindakan pertama, Merlin yang mengalami keram dari perut sampai kaki meminta dirujuk ke RS Advent di Jalan Gatot Subroto. “Merlin tidak mengalami luka bakar. Dia cuma syok,” kata dr Dwi Rahayu yang sempat merawat para korban.

Sementara, Darwin yang mengalami luka bakar di leher sebelah kiri, dada sebelah kanan, punggung sebelah kanan dan paha sebelah kiri sudah diizinkan pulang usai mendapat perawatan medis. “Sudah kita izinkan pulang karena, pasien yang meminta,” ucap dr Dwi lagi.

Tri Suno yang merupakan pegawai PT Garuda Indonesia tewas dilokasi mengalami luka bakar di leher dan dada hingga merah kehitaman. “Nyawa sudah tidak bisa ditolong, dia tewas di TKP. Jasadnya sudah kita antar ke rumah duka,” katanya lagi.

Pantauan wartawan koran ini di rumah duka, keluarga korban terus berdatangan untuk melayat. Menurut Agung (17), anak sulung Tri Suno, ayahnya baru saja pulang tugas luar dari Padang. Dia yang menjemput ayahnya naik sepeda motor. Di tengah jalan, mereka berteduh di bawah pohon karena hujan.

“Ada lima orang yang berteduh, tiba-tiba petir menyambar. Rasanya seperti tersengat listrik saat petir menyambar. Saya lihat 1 cewek dan 1 cowok jatuh ke tanah (tersambar petir). Saya langsung menjerit minta tolong melihat ayah saya juga jatuh dan nyawanya tidak bisa ditolong lagi,” beber Agung sedih.

Sementara sambara petir di terminal Lubuk Pakam terjadi saat tenaga kerja sukarela (TKS) Dinas Perhubungan Pemkab Deli Serdang, Evan Tampubolon (23) bersama Rio Sihombing (31) mandor KPUM duduk bertolak belakang di gapura pintu masuk terminal, pukul 13.00 WIB.

Diperkirakan petir menyambar gapura, dan mengenai keduanya. Akibatnya kedua korban pingsan ditempat dengan luka bakar di tubuh.

Untuk memberikan pertolongan pertama, warga setempat merendam keduanya ke Lumpur di sawah milik warga di belakang terminal. Setelah beberapa jam direndam, keduanya diboyong ke RSU Sarimutiara Lubuk Pakam, untuk mendapat perawatan lebih lanjut.

Menurut Rio warga Dusun IV Desa Pagar Jati Kecamatan Lubuk Pakam itu, saat kejadian dirinya sedang menunggu angkutan koperasi pengangkutan umum Medan (KPUM) yang melintas, sebari menghitung uang setoran.

“Saya tidak sadar kena sambar petir. Tiba-tiba badan bergetar seperti kena setrum dan kaki sebelah kiri langsung lemas,” bebernya saat ditemui kolam milik warga. Sementara di dekatnya, Evan Tampubolon, warga jalan Wage Rudolf Supratman, Kecamatan Lubuk Pakam, terlihat dalam kondisi lemah.

Mendung, Segera Berlindung

Kepala Bidang Data dan Informasi (Kabid Datin) Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah 1 Sumut Hendra Suwarta mengimbau warga mengenali tanda-tanda alam sebelum petir menyambar. Bila sudah mengetahuinya, warga diimbau mencari jalan aman.

Diterangkannya, petir yang menyambar saat mengiringi turunnya hujan biasanya terjadi di ruang terbuka. Karenanya, sebaiknya warga menjauhi ruang terbuka saat hujan turun.

“Petir suka menghantam lokasi-lokasi yang luas. Contohnya di lapangan bola dan sebagainya. Maka dari itu, ketika hujan turun dengan ditandai awan gelap, potensi petir sangat tinggi, sebaiknya cepat mencari tempat berlindung,” terangnya.

Petir terjadi umumnya saat datangnya hujan yang dibawa awan Comulunimbus (Cb). Jenis awan ini adalah awan yang gelap. Ketika tumpukan-tumpukan awan bermuatan listrik itu saling berbenturan, akan menimbulkan percikan-percikan api dan itulah yang dinamakan petir.

Sayangnya, sampai saat ini petir tersebut tidak bisa tertangkap dengan teknologi secanggih apapun. Andai petir dari awan Cb tersebut bisa dimanfaatkan menjadi energi listrik, maka tidak akan terjadi lagi defisit listrik.

“Itulah kedahsyatan petir dari awan Cb ini. Kalau bisa dimanfaatkan, maka bisa mengatasi defisit listrik yang terjadi. Maka dari itu, ketika petir ini muncul dan mengenai manusia, maka tidak mustahil manusia atau orang tersebut akan gosong dan meninggal. Kata kasarnya, kena cipratan petir saja kita bisa gosong,” terangnya.

Menyangkut curah hujan, Hendra megungkapkan, potensi hujan ekstrim dengan diawali kemunculan awan Cb diprediksi akan terjadi hingga awal Juni mendatang. “Curah hujan memang tinggi dan ekstrim. Ini kemungkinan akan berlangsung hingga awal Juni mendatang,” katanya. Khusus untuk minggu-minggu ini, Hendra menyatakan, peluang hujan akan terjadi sejak sore hingga malam hari.(adl/btr/ari)

MEDAN-Jangan anggap remeh dengan bahaya petir yang kerap muncul akhir-akhir ini. Kemarin saja, Senin (18/4), tiga orang disambar petir di dua tempat berbeda. Dampaknya, maut. Satu orang akhirnya tewas, sementara nyawa tiga orang lainnya masih dapat diselamatkan meski sempat dalam kondisi kritis.

Korban tewas adalah Tri Suno (50), pegawai PT Garuda Indonesia yang baru pulang dari tugas luar kota di Padang. Dia dan Merlin Ramayana (35) serta Darwin (22) disambar petir saat berteduh dari hujan di bawah pohon di Jalan Adi Sucipto, pukul 16.00 WIB. Merlin dan Darwin akhirya diperbolehkan pulang setelah mendapat perawatan di UGD Rumah Sakit TNI AU, Polonia.

Sementara kejadian lainnya terjadi di terminal bus Lubuk Pakam pukul 13.00 WIB. Nyawa Evan Tampubolon (23) dan Rio Sihombing (31) terselamatkan setelah keduanya dikubur di lumpur di sawah warga..

Peristiwa di sekitar Bandara Polonia terjadi saat hujan mengguyur wilayah itu sekitar pukul 16.00 WIB. Lima pengendara sepeda motor berteduh di bawah pohon di Jalan Adi Sucipto, Kecamatan Medan Polonia, tepatnya di depan Mess Cendrawasih Pangkalan TNI AU Lanud Medan. Suasana tiba-tiba mencekam saat suara guntur diikuti kilatan menyambar tiga orang di lokasi. Terdengar jeritan histeris. Ketiga orang tersebut, satu diantaranya tewas dilokasi dan dua lainnya kritis.

Ketiga Warga yang tersambar petir, Tri Suno (50) Warga Komplek Perumahan Johor Indah Permai I, Blok IV, Kelurahan Gedung Johor, Kecamatan Medan Johor meninggal ditempat. Sedangkan, seorang wanita bernama Merlin Ramayana (35) Warga Jalan Sei Mencirim, Kampung Lalang dan Darwin (22) Warga Jalan Makhamah, Gang Keluarga, dalam keadaan kritis.

Jeritan minta tolong tersebut didengar petugas TNI AU, Letkol Jonathan. Dengan sigap, Jonathan mendatangi asal suara jeritan meminta tolong. “Ketiga korban langsung diboyongnya satu persatu ke RS naik mobilnya,” ujar perawat piket yang namanya tidak mau disebutkan di ruang UGD Rumah Sakit TNI AU, Polonia.

Setelah mendapat mendapat tindakan pertama, Merlin yang mengalami keram dari perut sampai kaki meminta dirujuk ke RS Advent di Jalan Gatot Subroto. “Merlin tidak mengalami luka bakar. Dia cuma syok,” kata dr Dwi Rahayu yang sempat merawat para korban.

Sementara, Darwin yang mengalami luka bakar di leher sebelah kiri, dada sebelah kanan, punggung sebelah kanan dan paha sebelah kiri sudah diizinkan pulang usai mendapat perawatan medis. “Sudah kita izinkan pulang karena, pasien yang meminta,” ucap dr Dwi lagi.

Tri Suno yang merupakan pegawai PT Garuda Indonesia tewas dilokasi mengalami luka bakar di leher dan dada hingga merah kehitaman. “Nyawa sudah tidak bisa ditolong, dia tewas di TKP. Jasadnya sudah kita antar ke rumah duka,” katanya lagi.

Pantauan wartawan koran ini di rumah duka, keluarga korban terus berdatangan untuk melayat. Menurut Agung (17), anak sulung Tri Suno, ayahnya baru saja pulang tugas luar dari Padang. Dia yang menjemput ayahnya naik sepeda motor. Di tengah jalan, mereka berteduh di bawah pohon karena hujan.

“Ada lima orang yang berteduh, tiba-tiba petir menyambar. Rasanya seperti tersengat listrik saat petir menyambar. Saya lihat 1 cewek dan 1 cowok jatuh ke tanah (tersambar petir). Saya langsung menjerit minta tolong melihat ayah saya juga jatuh dan nyawanya tidak bisa ditolong lagi,” beber Agung sedih.

Sementara sambara petir di terminal Lubuk Pakam terjadi saat tenaga kerja sukarela (TKS) Dinas Perhubungan Pemkab Deli Serdang, Evan Tampubolon (23) bersama Rio Sihombing (31) mandor KPUM duduk bertolak belakang di gapura pintu masuk terminal, pukul 13.00 WIB.

Diperkirakan petir menyambar gapura, dan mengenai keduanya. Akibatnya kedua korban pingsan ditempat dengan luka bakar di tubuh.

Untuk memberikan pertolongan pertama, warga setempat merendam keduanya ke Lumpur di sawah milik warga di belakang terminal. Setelah beberapa jam direndam, keduanya diboyong ke RSU Sarimutiara Lubuk Pakam, untuk mendapat perawatan lebih lanjut.

Menurut Rio warga Dusun IV Desa Pagar Jati Kecamatan Lubuk Pakam itu, saat kejadian dirinya sedang menunggu angkutan koperasi pengangkutan umum Medan (KPUM) yang melintas, sebari menghitung uang setoran.

“Saya tidak sadar kena sambar petir. Tiba-tiba badan bergetar seperti kena setrum dan kaki sebelah kiri langsung lemas,” bebernya saat ditemui kolam milik warga. Sementara di dekatnya, Evan Tampubolon, warga jalan Wage Rudolf Supratman, Kecamatan Lubuk Pakam, terlihat dalam kondisi lemah.

Mendung, Segera Berlindung

Kepala Bidang Data dan Informasi (Kabid Datin) Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah 1 Sumut Hendra Suwarta mengimbau warga mengenali tanda-tanda alam sebelum petir menyambar. Bila sudah mengetahuinya, warga diimbau mencari jalan aman.

Diterangkannya, petir yang menyambar saat mengiringi turunnya hujan biasanya terjadi di ruang terbuka. Karenanya, sebaiknya warga menjauhi ruang terbuka saat hujan turun.

“Petir suka menghantam lokasi-lokasi yang luas. Contohnya di lapangan bola dan sebagainya. Maka dari itu, ketika hujan turun dengan ditandai awan gelap, potensi petir sangat tinggi, sebaiknya cepat mencari tempat berlindung,” terangnya.

Petir terjadi umumnya saat datangnya hujan yang dibawa awan Comulunimbus (Cb). Jenis awan ini adalah awan yang gelap. Ketika tumpukan-tumpukan awan bermuatan listrik itu saling berbenturan, akan menimbulkan percikan-percikan api dan itulah yang dinamakan petir.

Sayangnya, sampai saat ini petir tersebut tidak bisa tertangkap dengan teknologi secanggih apapun. Andai petir dari awan Cb tersebut bisa dimanfaatkan menjadi energi listrik, maka tidak akan terjadi lagi defisit listrik.

“Itulah kedahsyatan petir dari awan Cb ini. Kalau bisa dimanfaatkan, maka bisa mengatasi defisit listrik yang terjadi. Maka dari itu, ketika petir ini muncul dan mengenai manusia, maka tidak mustahil manusia atau orang tersebut akan gosong dan meninggal. Kata kasarnya, kena cipratan petir saja kita bisa gosong,” terangnya.

Menyangkut curah hujan, Hendra megungkapkan, potensi hujan ekstrim dengan diawali kemunculan awan Cb diprediksi akan terjadi hingga awal Juni mendatang. “Curah hujan memang tinggi dan ekstrim. Ini kemungkinan akan berlangsung hingga awal Juni mendatang,” katanya. Khusus untuk minggu-minggu ini, Hendra menyatakan, peluang hujan akan terjadi sejak sore hingga malam hari.(adl/btr/ari)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/