26 C
Medan
Saturday, September 28, 2024

Murid SD Hamil 6 Bulan

Tiga pekan lagi Ujian Nasional (UN) Sekolah Dasar akan digelar. Namun seorang murid SDN 050756 Tanjungpura, Langkat, harus menahan diri. Dia telah hamil 6 bulan meski umurnya masih 12 tahun.

Bunga (12) sebut saja begitu nama murid yang dimaksud. Dia tinggal di sebuah rumah yang berada di Lorong Tebing Desa Baja Kuning Kecamatan Tanjungpura. Kehamilan Bunga buah dari cinta monyet sekaligus asmara terlarang dengan Naz (15) warga Desa Pulaubanyak. Naz sudah putus sekolahn
Bunga ketika ditemui, Kamis (18/4), tampak nyata tidak siap dengan kehamilan di usia sangat dini. Mentalnya terpukul sehingga lebih memilih diam, mengisyaratkan tidak mau merawat bayi yang dikandungnya jika nanti lahir. Namun, sikap kekanakan Bunga muncul ketika disinggung UN dan bertekad mengikutinya. “Maulah sekolah, tapi kalau merawat anak enggaklah,” katanya.

Dibesarkan dengan keprihatinan, pascaberpisahnya orangtua membuat Bunga dan seorang adiknya dibesarkan nenek. Armiyah (35) ibu Bunga terpaksa bekerja di Medan sedangkan ayahnya Kaharuddin menetap di Aceh, sehingga kedua anaknya disinyalir tidak mendapatkan perhatian selayaknya.

Seiring berjalannya waktu, Bunga pun terlepas dari pantauan sang nenek sehingga diduga kuat bebas bergaul dengan Naz sampai menyebabkan kondisinya berbadan dua. Keadaan sulungnya tersebut membuat Armiyah memilih pulang kampung dan setelah diperiksakan ke bidan diketahui usia kehamilan sudah enam bulan per 1 April.

Ernis Safrin mantan Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Langkat, meminta Bunga untuk tetap sekolah terutama UN sekaligus berharap keluarga atau siapapun tidak menghakimi Bunga. Pasalnya, diperkirakan secara psikologis korban tidak memahami apa dan akibat perbuatan terlarang itu dilakukan.

“Pantas kita prihatin dengan keadaan ini. Hendaknya semua pihak peduli sekaligus memberikan perhatian, agar si korban tidak semakin tenggelam serta larut dalam kepedihan,” katanya.

Jelang UN SMP, Pelajar Tewas ‘Dipukul’ Guru

Di Simalungun, kisah menyedihkan juga terjadi jelang UN. Adalah pelajar SMP Negeri 1 Dolok Pardamean bernama Guslan Silalahi (17) yang duduk bangku di kelas tiga meninggal dunia pada Rabu (17/4) lalu. Kematiannya diduga akibat pemukulan yang dilakukan seorang guru di kantin sekolah.
Informasi yang dihimpun, sebelum berangkat ke sekolah, kondisinya kurang sehat. Sesampainya di sekolah, dia langsung pergi ke kantin untuk membeli obat sakit kepala supaya kondisi tetap terjaga. Guslan yang hendak mengikuti try out UN, mendatangi kantin untuk membeli obat sakit kepala. Kemudian salah seorang guru pria berinisial AS memanggilnya untuk mengambilkan teh manis dan mengantarkan teh manis itu kepadanya.

Sewaktu mengantarkan teh tersebut ke meja gurunya, teh manis tersebut tumpah karena kondisinya yang kurang sehat. AS kemudian menyuruhnya lagi untuk mengambilkan teh manis tersebut. Kali keduanya teh manis yang diantarkan juga terjatuh sebelum tiba di meja guru tersebut. Ulahnya itu justru memancing amarah guru tersebut dan langsung melayangkan pukulan ke bagian belakang kepalanya.

Pemukulan itu bahkan disaksikan beberapa siswa yang masih berada di kantin sekolah. Ironinya, setelah dipukul Guslan disuruh duduk di depannya dan kemudian menasihatinya meskipun korban mengakui sudah merasakan sakit kepala sebelum mengikuti tryout.

Seminggu setelah kejadian, Selasa (17/4), Guslan jatuh sakit parah dan langsung dibawa ke Rumah Sakit Harapan karena dokter tidak bisa menangani penyakit yang dideritanya. Dokter yang bekerja di rumah sakit tersebut menyarankan mereka untuk membawa ke rumah sakit yang ada di Medan. Mereka pun langsung membawa Guslan ke Rumah Sakit Martha Priska Medan untuk mendapatkan perawatan. Bahkan pihak keluarga langsung memberitahukan kepada pihak sekolah bahwa Guslan sedang berada di rumah sakit dan tidak bisa mengikuti ujian. Begitu mendengar kabar tersebut dari pihak sekolah, AS langsung mendatangi korban ke rumah sakit yang ada di Medan.

Selama korban berada di rumah sakit, AS merawat dia di rumah sakit mengingat kejadian yang terjadi sewaktu di kantin sekolah. Bahkan, dia menjelaskan kepada pihak keluarga penyebab Guslan mengalami sakit parah. Dan akan menanggung semua biaya perawatan rumah sakit. Selama berada di Rumah Sakit Martha Priska Medan, keadaan korban tidak sadarkan diri. Hingga sampai pukul 01.00 WIB, korban yang dirawat di rumah sakit meninggal dunia.
Ketika ditemui METRO di rumah duka, abangnya (Guslan) Desman Silalahi (26) tidak mau angkat bicara mengenai kejadian yang menimpa anaknya. Bahkan, pihak keluarga bersikeras untuk tidak menceritakan semua kejadian atas kematian anaknya.

Saat disinggung mengenai penyakitnya, dia mengatakan bahwa tidak ada sama sekali penyakit yang dideritanya. “Sehat-sehat sajanya dia lae. Tidak ada penyakitnya yang lain, tidak usah lae ekspose yah,” katanya. (jie/mag-6/smg)

Tiga pekan lagi Ujian Nasional (UN) Sekolah Dasar akan digelar. Namun seorang murid SDN 050756 Tanjungpura, Langkat, harus menahan diri. Dia telah hamil 6 bulan meski umurnya masih 12 tahun.

Bunga (12) sebut saja begitu nama murid yang dimaksud. Dia tinggal di sebuah rumah yang berada di Lorong Tebing Desa Baja Kuning Kecamatan Tanjungpura. Kehamilan Bunga buah dari cinta monyet sekaligus asmara terlarang dengan Naz (15) warga Desa Pulaubanyak. Naz sudah putus sekolahn
Bunga ketika ditemui, Kamis (18/4), tampak nyata tidak siap dengan kehamilan di usia sangat dini. Mentalnya terpukul sehingga lebih memilih diam, mengisyaratkan tidak mau merawat bayi yang dikandungnya jika nanti lahir. Namun, sikap kekanakan Bunga muncul ketika disinggung UN dan bertekad mengikutinya. “Maulah sekolah, tapi kalau merawat anak enggaklah,” katanya.

Dibesarkan dengan keprihatinan, pascaberpisahnya orangtua membuat Bunga dan seorang adiknya dibesarkan nenek. Armiyah (35) ibu Bunga terpaksa bekerja di Medan sedangkan ayahnya Kaharuddin menetap di Aceh, sehingga kedua anaknya disinyalir tidak mendapatkan perhatian selayaknya.

Seiring berjalannya waktu, Bunga pun terlepas dari pantauan sang nenek sehingga diduga kuat bebas bergaul dengan Naz sampai menyebabkan kondisinya berbadan dua. Keadaan sulungnya tersebut membuat Armiyah memilih pulang kampung dan setelah diperiksakan ke bidan diketahui usia kehamilan sudah enam bulan per 1 April.

Ernis Safrin mantan Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Langkat, meminta Bunga untuk tetap sekolah terutama UN sekaligus berharap keluarga atau siapapun tidak menghakimi Bunga. Pasalnya, diperkirakan secara psikologis korban tidak memahami apa dan akibat perbuatan terlarang itu dilakukan.

“Pantas kita prihatin dengan keadaan ini. Hendaknya semua pihak peduli sekaligus memberikan perhatian, agar si korban tidak semakin tenggelam serta larut dalam kepedihan,” katanya.

Jelang UN SMP, Pelajar Tewas ‘Dipukul’ Guru

Di Simalungun, kisah menyedihkan juga terjadi jelang UN. Adalah pelajar SMP Negeri 1 Dolok Pardamean bernama Guslan Silalahi (17) yang duduk bangku di kelas tiga meninggal dunia pada Rabu (17/4) lalu. Kematiannya diduga akibat pemukulan yang dilakukan seorang guru di kantin sekolah.
Informasi yang dihimpun, sebelum berangkat ke sekolah, kondisinya kurang sehat. Sesampainya di sekolah, dia langsung pergi ke kantin untuk membeli obat sakit kepala supaya kondisi tetap terjaga. Guslan yang hendak mengikuti try out UN, mendatangi kantin untuk membeli obat sakit kepala. Kemudian salah seorang guru pria berinisial AS memanggilnya untuk mengambilkan teh manis dan mengantarkan teh manis itu kepadanya.

Sewaktu mengantarkan teh tersebut ke meja gurunya, teh manis tersebut tumpah karena kondisinya yang kurang sehat. AS kemudian menyuruhnya lagi untuk mengambilkan teh manis tersebut. Kali keduanya teh manis yang diantarkan juga terjatuh sebelum tiba di meja guru tersebut. Ulahnya itu justru memancing amarah guru tersebut dan langsung melayangkan pukulan ke bagian belakang kepalanya.

Pemukulan itu bahkan disaksikan beberapa siswa yang masih berada di kantin sekolah. Ironinya, setelah dipukul Guslan disuruh duduk di depannya dan kemudian menasihatinya meskipun korban mengakui sudah merasakan sakit kepala sebelum mengikuti tryout.

Seminggu setelah kejadian, Selasa (17/4), Guslan jatuh sakit parah dan langsung dibawa ke Rumah Sakit Harapan karena dokter tidak bisa menangani penyakit yang dideritanya. Dokter yang bekerja di rumah sakit tersebut menyarankan mereka untuk membawa ke rumah sakit yang ada di Medan. Mereka pun langsung membawa Guslan ke Rumah Sakit Martha Priska Medan untuk mendapatkan perawatan. Bahkan pihak keluarga langsung memberitahukan kepada pihak sekolah bahwa Guslan sedang berada di rumah sakit dan tidak bisa mengikuti ujian. Begitu mendengar kabar tersebut dari pihak sekolah, AS langsung mendatangi korban ke rumah sakit yang ada di Medan.

Selama korban berada di rumah sakit, AS merawat dia di rumah sakit mengingat kejadian yang terjadi sewaktu di kantin sekolah. Bahkan, dia menjelaskan kepada pihak keluarga penyebab Guslan mengalami sakit parah. Dan akan menanggung semua biaya perawatan rumah sakit. Selama berada di Rumah Sakit Martha Priska Medan, keadaan korban tidak sadarkan diri. Hingga sampai pukul 01.00 WIB, korban yang dirawat di rumah sakit meninggal dunia.
Ketika ditemui METRO di rumah duka, abangnya (Guslan) Desman Silalahi (26) tidak mau angkat bicara mengenai kejadian yang menimpa anaknya. Bahkan, pihak keluarga bersikeras untuk tidak menceritakan semua kejadian atas kematian anaknya.

Saat disinggung mengenai penyakitnya, dia mengatakan bahwa tidak ada sama sekali penyakit yang dideritanya. “Sehat-sehat sajanya dia lae. Tidak ada penyakitnya yang lain, tidak usah lae ekspose yah,” katanya. (jie/mag-6/smg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/