26 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Bagikan Ubi, Jagung dan Kue ke Pengguna Jalan

MEDAN-Ratusan massa dari Masyarakat Ilmuan dan Teknolog Indonesia (MITI) menggelar aksi turun ke jalan di beberapa titik Kota Medan, Minggu (18/5) pagi sekitar pukul 07.30. Dalam aksi itu, massa melakukan kampanye damai dengan longmarch sambil berorasi ‘Go Pangan Lokal’.

KAMPANYE: Ratusan Masyarakat Ilmuan dan Teknologi Indonesia (MITI) menggelar kampanye go pangan lokal di Jalan Balaikota Medan, Minggu (18/5).//AMINOER RASYID/SUMUT POS
KAMPANYE: Ratusan Masyarakat Ilmuan dan Teknologi Indonesia (MITI) menggelar kampanye go pangan lokal di Jalan Balaikota Medan, Minggu (18/5).//AMINOER RASYID/SUMUT POS

Dimulai dari titik kumpul di depan Masjid Raya, Jalan Sisingamangaraja, sekitar 150 orang yang memakai kaos putih berjalan kaki menuju seputaran Lapangan Merdeka Medan. Massa membawa spanduk-spanduk bertuliskan ‘Gerakan Cinta Pangan Lokal Dari, Oleh dan untuk Kita. Selain itu, ‘Peduli Pangan Lokal Untuk Membangun Daya Saing dan Kedaulatan Pangan Indonesia’.

Dalam aksi longmarch yang dikawal beberapa personel polisi, massa membagi-bagikan brosur mengenai ‘Go Pangan Lokal’. Massa juga membagikan sepotong ubi, jagung dan kue yang sudah disiapkan sebelumnya di dalam kantong plastik transparan kepada para pengguna jalan yang melintas. Dibagikannya makanan itu adalah bentuk gerakan cinta pangan lokal.

Min Fadli Darain, salah satu dari pengurus MITI menuturkan, gerakan pangan ini serentak digelar pada 9 kota di Indonesia, Medan, Jambi, Jakarta, Surabaya, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Makasar dan Samarinda.

“Aksi ini dilakukan agar dapat mengembalikan citra pangan lokal untuk masyarakat Indonesia. Karena, selama ini banyak bahan-bahan pangan di Indonesia impor, seperti beras, kedelai dan lainnya. Padahal, bahan pangan tersebut ada di Indonesia tetapi kenapa mesti impor. Seharusnya pemerintah Indonesia bisa mengelola pangannya sendiri dan tidak perlu impor,” sebutnya.

Fadli mengatakan, aksi ini juga dilakukan guna menyikapi kondisi pangan lokal Indonesia dan melihat tantangan global pangan, yang sudah sepatutnya pemerintah dan masyarakat mengambil tindakan tepat dalam pemanfaatan pangan lokal secara optimal.

Menurutnya, upaya mewujudkan kedaulatan dan kemandirian pangan, bukanlah langkah yang instan. Ini dimulai dari kesadaran masyarakat akan pentingnya konsumsi pangan lokal, kesadaran para pelaku usaha di bidang pangan untuk memanfaatkan sumber daya alam lokal, pengembangan teknologi dan kawasan yang kemudian ditunjang oleh regulasi yang tepat oleh pemerintah.

“Kebijakan impor memang merupakan solusi praktis dalam pemenuhan pangan nasional. Namun, kebijakan ini bukanlah solusi yang berdampak sistemik yang mampu memenuhi kebutuhan pangan nasional secara berkelanjutan, tidak hanya di tataran miko tetapi juga makro,” ungkap Fadli.

Hasil survei MITI terhadap konsumen di 4 kota besar Indonesia, Bandung, Surabaya, Jakarta dan Yogyakarta, kata Fadli, terjadi pergeseran selera konsumsi pangan pada masyarakat. Hasil survei itu menunjukkan, pola prilaku konsumsi masyarakat Indonesia lebih memilih makanan asing ketimbang lokal. Kondisi inipun semakin memarakkan kebijakan impor pangan di Indonesia.”Kuantitas impor di Indonesia yang mencapai 20 persen, bahkan lebih untuk komoditas pangan unggulan, menunjukkan bahwa Indonesia belum mencapai kedaulatan dan kemandirian pangan,” ujarnya. (mag-8/ila)

MEDAN-Ratusan massa dari Masyarakat Ilmuan dan Teknolog Indonesia (MITI) menggelar aksi turun ke jalan di beberapa titik Kota Medan, Minggu (18/5) pagi sekitar pukul 07.30. Dalam aksi itu, massa melakukan kampanye damai dengan longmarch sambil berorasi ‘Go Pangan Lokal’.

KAMPANYE: Ratusan Masyarakat Ilmuan dan Teknologi Indonesia (MITI) menggelar kampanye go pangan lokal di Jalan Balaikota Medan, Minggu (18/5).//AMINOER RASYID/SUMUT POS
KAMPANYE: Ratusan Masyarakat Ilmuan dan Teknologi Indonesia (MITI) menggelar kampanye go pangan lokal di Jalan Balaikota Medan, Minggu (18/5).//AMINOER RASYID/SUMUT POS

Dimulai dari titik kumpul di depan Masjid Raya, Jalan Sisingamangaraja, sekitar 150 orang yang memakai kaos putih berjalan kaki menuju seputaran Lapangan Merdeka Medan. Massa membawa spanduk-spanduk bertuliskan ‘Gerakan Cinta Pangan Lokal Dari, Oleh dan untuk Kita. Selain itu, ‘Peduli Pangan Lokal Untuk Membangun Daya Saing dan Kedaulatan Pangan Indonesia’.

Dalam aksi longmarch yang dikawal beberapa personel polisi, massa membagi-bagikan brosur mengenai ‘Go Pangan Lokal’. Massa juga membagikan sepotong ubi, jagung dan kue yang sudah disiapkan sebelumnya di dalam kantong plastik transparan kepada para pengguna jalan yang melintas. Dibagikannya makanan itu adalah bentuk gerakan cinta pangan lokal.

Min Fadli Darain, salah satu dari pengurus MITI menuturkan, gerakan pangan ini serentak digelar pada 9 kota di Indonesia, Medan, Jambi, Jakarta, Surabaya, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Makasar dan Samarinda.

“Aksi ini dilakukan agar dapat mengembalikan citra pangan lokal untuk masyarakat Indonesia. Karena, selama ini banyak bahan-bahan pangan di Indonesia impor, seperti beras, kedelai dan lainnya. Padahal, bahan pangan tersebut ada di Indonesia tetapi kenapa mesti impor. Seharusnya pemerintah Indonesia bisa mengelola pangannya sendiri dan tidak perlu impor,” sebutnya.

Fadli mengatakan, aksi ini juga dilakukan guna menyikapi kondisi pangan lokal Indonesia dan melihat tantangan global pangan, yang sudah sepatutnya pemerintah dan masyarakat mengambil tindakan tepat dalam pemanfaatan pangan lokal secara optimal.

Menurutnya, upaya mewujudkan kedaulatan dan kemandirian pangan, bukanlah langkah yang instan. Ini dimulai dari kesadaran masyarakat akan pentingnya konsumsi pangan lokal, kesadaran para pelaku usaha di bidang pangan untuk memanfaatkan sumber daya alam lokal, pengembangan teknologi dan kawasan yang kemudian ditunjang oleh regulasi yang tepat oleh pemerintah.

“Kebijakan impor memang merupakan solusi praktis dalam pemenuhan pangan nasional. Namun, kebijakan ini bukanlah solusi yang berdampak sistemik yang mampu memenuhi kebutuhan pangan nasional secara berkelanjutan, tidak hanya di tataran miko tetapi juga makro,” ungkap Fadli.

Hasil survei MITI terhadap konsumen di 4 kota besar Indonesia, Bandung, Surabaya, Jakarta dan Yogyakarta, kata Fadli, terjadi pergeseran selera konsumsi pangan pada masyarakat. Hasil survei itu menunjukkan, pola prilaku konsumsi masyarakat Indonesia lebih memilih makanan asing ketimbang lokal. Kondisi inipun semakin memarakkan kebijakan impor pangan di Indonesia.”Kuantitas impor di Indonesia yang mencapai 20 persen, bahkan lebih untuk komoditas pangan unggulan, menunjukkan bahwa Indonesia belum mencapai kedaulatan dan kemandirian pangan,” ujarnya. (mag-8/ila)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/