25.3 C
Medan
Saturday, June 22, 2024

Diberi Obat Tetes, Matanya Membesar

Bocah 3 Tahun Derita Tumor Retino Blastoma Stadium Akhir

Dikira bintilan, ternyata tumor Ratino Blastoma. Karena kondisi ekonomi yang sulit, tumor yang diderita Dimas Prayoga, bocah berusia tiga tahun ini semakin membesar dan mencapai stadium akhir. Kini, bocah malang ini mengharapkan bantuan dermawan untuk kesembuhannya.

Jhonson P Siahaan, Medan

Irwansyah Putra (35), didampingi istrinya tercinta Lismawati (34), lebih banyak termenung sambil memandangi anak mereka Dimas Prayoga yang terlelap, saat ditemui wartawan koran ini di rumah salah satu keluarganya di komplek perumahan Lalang Green Land II, Jalan Tanjung Balai, Desa Paya Geli, Kecamatan Sunggal, Deli Serdang, Selasa (18/10) siang. Pasutri asal Kota Pinang, Labuhanbatu Selatan (Labusel) ini tak pernah menyangka kalau nasib anak bungsu mereka bakal seperti ini.

“Awalnya hanya bintilan di kelopak mata. Lalu kami bawa berobat ke klinik dan rumah sakit dekat rumah kami,” kata Irwansyah membuka cerita. Menurutnya, Dimas lahir normal dan tidak ada tanda-tanda kelainan.
“Dimas mengalami benjolan kecil semacam bintilan itu saat dia berumur dua tahun. Dia itu anaknya periang,” terang Irwansyah.

Menurutnya, segala upaya telah mereka lakukan untuk mengobati Dimas, termasuk membawanya berobat ke RSUP H Adam Malik dan sempat dirawat selama 5 minggu. “Kata dokter dan hasil laboratorium, anak kami menderita tumor retino blastoma dan sudah stadium akhir. Semua rumah sakit sudah kami jalani,” ungkapnya.

Sementara Lismawati mengatakan, mereka hanya ingin anak ketiganya itu sembuh. “Saya hanya ingin Dimas bisa kembali seperti dulu, anaknya periang dan suka tertawa. Tidak hanya itu, semua usaha sudah kami lakukan, mulai berobat dari Riau, Tebing Tinggi, Kisaran, Rantau Prapat termasuk di Medan,” tambahnya.

Dijelaskan ibu tiga anak ini, Dimas awalnya sehat walafiat, bisa berjalan, berlari dan mengerti dengan apa yang diucapkan. “Ketika kami bawa ke klinik, Dimas diberikan obat tetes mata dan saat obat tetes tersebut digunakan, bukannya tambah sembuh, malah menjadi besar. Makanya kami bawa berobat ke Medan,” katanya.

Lismawati juga mengungkapkan, mereka sangat mengharapkan uluran dermawan untuk kesembuhan anaknya itu. “Suami saya hanya supir angkutan umum di Labusel. Kami kebingungan untuk mencari biaya perobatan anak kami ini. Besar harapan kami agar anak kami sembuh,” tambahnya.

Tak lama, Irwansyah membawa anaknya masuk ke kamar. Didalam kamar, Irwansyah sempat berbisik kepada anaknya. “Dimas mau sembuh kan sayang?” ucap Irwansyah sambil menunjukkan kepala anaknya kepada wartawan saat anaknya itu terbangun. Dimas saat itu menganggukkan kepala menjawab pertanyaan ayahnya itu.

“Keadaannya semakin memburuk sejak lima bulan terakhir ini. Saat dikemotherapy, keadaannya semakin lemas dan Dimas susah tidur. Kepalanya juga semakin besar,” ucap Irwansyah.

Dengan nada lemas, Irwansyah menuturkan, anaknya sempat dikatakan dokter tidak dapat disembuhkan. “Kami kebingungan, karena kata dokter anak kami, tidak dapat disembuhakan. Kami pun berinisiatif untuk membawa anak kami ke pengobatan alternatif,” tuturnya.

Ditambahkannya, mereka sudah habis banyak untuk mengobat anaknya, Dimas. “Kalau dihitung-hitung, biaya yang sudah kami habiskan Rp80 juta lebih dan kami pun sudah menjual tanah kami yang ada di Kota Pinang untuk berobatnya. Yang kami inginkan, agar ada orang yang mau membantu untuk mengoperasi penyakit yang diderita anak kami ini dan perduli terhadap anak kami ini. Kepala anak kami itu juga sering mengeluarkan darah segar setiap harinya dan kadang-kadang bercampur dengan nanah. Kami ingin anak kami, Dimas, bisa normal kembali,” harapan Irwansyah dengan nada sedih.(*)

Bocah 3 Tahun Derita Tumor Retino Blastoma Stadium Akhir

Dikira bintilan, ternyata tumor Ratino Blastoma. Karena kondisi ekonomi yang sulit, tumor yang diderita Dimas Prayoga, bocah berusia tiga tahun ini semakin membesar dan mencapai stadium akhir. Kini, bocah malang ini mengharapkan bantuan dermawan untuk kesembuhannya.

Jhonson P Siahaan, Medan

Irwansyah Putra (35), didampingi istrinya tercinta Lismawati (34), lebih banyak termenung sambil memandangi anak mereka Dimas Prayoga yang terlelap, saat ditemui wartawan koran ini di rumah salah satu keluarganya di komplek perumahan Lalang Green Land II, Jalan Tanjung Balai, Desa Paya Geli, Kecamatan Sunggal, Deli Serdang, Selasa (18/10) siang. Pasutri asal Kota Pinang, Labuhanbatu Selatan (Labusel) ini tak pernah menyangka kalau nasib anak bungsu mereka bakal seperti ini.

“Awalnya hanya bintilan di kelopak mata. Lalu kami bawa berobat ke klinik dan rumah sakit dekat rumah kami,” kata Irwansyah membuka cerita. Menurutnya, Dimas lahir normal dan tidak ada tanda-tanda kelainan.
“Dimas mengalami benjolan kecil semacam bintilan itu saat dia berumur dua tahun. Dia itu anaknya periang,” terang Irwansyah.

Menurutnya, segala upaya telah mereka lakukan untuk mengobati Dimas, termasuk membawanya berobat ke RSUP H Adam Malik dan sempat dirawat selama 5 minggu. “Kata dokter dan hasil laboratorium, anak kami menderita tumor retino blastoma dan sudah stadium akhir. Semua rumah sakit sudah kami jalani,” ungkapnya.

Sementara Lismawati mengatakan, mereka hanya ingin anak ketiganya itu sembuh. “Saya hanya ingin Dimas bisa kembali seperti dulu, anaknya periang dan suka tertawa. Tidak hanya itu, semua usaha sudah kami lakukan, mulai berobat dari Riau, Tebing Tinggi, Kisaran, Rantau Prapat termasuk di Medan,” tambahnya.

Dijelaskan ibu tiga anak ini, Dimas awalnya sehat walafiat, bisa berjalan, berlari dan mengerti dengan apa yang diucapkan. “Ketika kami bawa ke klinik, Dimas diberikan obat tetes mata dan saat obat tetes tersebut digunakan, bukannya tambah sembuh, malah menjadi besar. Makanya kami bawa berobat ke Medan,” katanya.

Lismawati juga mengungkapkan, mereka sangat mengharapkan uluran dermawan untuk kesembuhan anaknya itu. “Suami saya hanya supir angkutan umum di Labusel. Kami kebingungan untuk mencari biaya perobatan anak kami ini. Besar harapan kami agar anak kami sembuh,” tambahnya.

Tak lama, Irwansyah membawa anaknya masuk ke kamar. Didalam kamar, Irwansyah sempat berbisik kepada anaknya. “Dimas mau sembuh kan sayang?” ucap Irwansyah sambil menunjukkan kepala anaknya kepada wartawan saat anaknya itu terbangun. Dimas saat itu menganggukkan kepala menjawab pertanyaan ayahnya itu.

“Keadaannya semakin memburuk sejak lima bulan terakhir ini. Saat dikemotherapy, keadaannya semakin lemas dan Dimas susah tidur. Kepalanya juga semakin besar,” ucap Irwansyah.

Dengan nada lemas, Irwansyah menuturkan, anaknya sempat dikatakan dokter tidak dapat disembuhkan. “Kami kebingungan, karena kata dokter anak kami, tidak dapat disembuhakan. Kami pun berinisiatif untuk membawa anak kami ke pengobatan alternatif,” tuturnya.

Ditambahkannya, mereka sudah habis banyak untuk mengobat anaknya, Dimas. “Kalau dihitung-hitung, biaya yang sudah kami habiskan Rp80 juta lebih dan kami pun sudah menjual tanah kami yang ada di Kota Pinang untuk berobatnya. Yang kami inginkan, agar ada orang yang mau membantu untuk mengoperasi penyakit yang diderita anak kami ini dan perduli terhadap anak kami ini. Kepala anak kami itu juga sering mengeluarkan darah segar setiap harinya dan kadang-kadang bercampur dengan nanah. Kami ingin anak kami, Dimas, bisa normal kembali,” harapan Irwansyah dengan nada sedih.(*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/