Namun, Jokowi dalam suatu rapat terbatas di kantor presiden mengungkapkan soal kemandirian alat utama sistem persenjataan (alutsista). Strateginya seperti transfer ilmu pengetahuan dari produsen-produsen di luar negeri. Tujuannya agar semua alutsista bisa dikuasai anak negeri.
Selain itu Jokowi juga menekankan tentang perhitungan yang cermat biaya perawatan alutsista. Minimal perhitungan itu selama 20 tahun.
Dalam kecelakaan pesawat TNI AU ini sendiri, ada beberapa hal yang menarik perhatian. Salah satunya tentang Surat Perintah Terbang (SPT) yang dikeluarkan. Dalam SPT tersebut, jelas tertulis penerbangan untuk latihan navigasi. Namun, pada realitanya pesawat juga menganggkut logistik.
”Kalau untuk latihan navigasi kenapa bawa logistik. Ini bukan perkara 12 ton yang dibawa, karena kemampuan Hercules jauh diatas itu. karena kalau memang untuk angkutan logistik, ya SPTnya harus logistik. Saya harap TNI AU ada keterbukaan soal ini,” tutur Pengamat Penerbangan Alvin Lie.
Selain itu, terkuak pula soal jadwal terbang sang pilot Mayor Marlon Kawer yang terlampau padat. Bahkan, kata dia, bisa disebut seperti kerja rodi. Karena, dalam satu hari ia bisa bertugas sampai 5-9 penerbangan. Dan itu dilakukan secara berturut-turut dalam beberapa hari terakhir.
Sehari sebelum kecelakaan terjadi misalnya. Dari data yang diterimanya, disebutkan bahwa Mayor Marlon harus melakukan kurang lebih 5 kali penerbangan yang dimulai dari Bandara Abdurrahman Saleh, Malang, Jawa Timur hingga Timika, Papua.
Kemudian, esoknya (18/12) sang pilot harus kembali melakukan penerbangan pagi buta. Ia dijadwalkan melakukan 9 kali penerbangan dalam satu hari itu. ”Sempat muncul pertanyaan ada apa? karena dalam rombongan isinya kan penerbang mayor lalu kapten penerbang. Sudah senior semua. Lalu saya cermati SPTnya, kok padat sekali,” tutur pria yang juga menjabat sebagai anggota Ombudsman RI ini.
Padatnya jadwal terbang ini tentu memunculkan berbagai macam pertanyaan. Terutama soal jadwal istirahat sang pilot. Menurutnya, waktu istirahat ini sangat penting untuk menjaga stamina dan kebugaran sang pilot. ”Pilot komersil saja, sehari maksimal 4 penerbangan. Itupun istirahat minimal 10 jam sebelum terbang lagi. Ini dengan 8 penerbangan sehari, istirahatnya cukup tidak?” ungkapnya.
Di sisi lain, kondisi alat yang tersedia juga menjadi pertanyaan. Pasalnya, saat kejadian kru mengaku belum dapat menjangkau runway 15 karena kabut. Padahal saat itu matahari telah terbit. Pihak ATC pun bisa melihat posisi pesawat. (tyo/jun/mia/jpg/adz)

