28.9 C
Medan
Monday, June 17, 2024

Besok TAN Hadirkan Pertunjukan Teater di PRSU, ‘sang PEMIMPIn’ Karya Idris Pasaribu

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Teater Anak Negeri (TAN) akan mementaskan naskah monolog dengan judul ‘sang PEMIMPIn’ yang akan diselenggrakan di Hall A pada Pekan Raya Sumatera Utara (PRSU), Jalan Gatot Subroto Medan, tepatnya pada malam ini, Sabtu (20/2) pukul 20.00 WIB.

SENIMAN: Idris Pasaribu, seorang seniman di Kota Medan. Teater Anak Negeri (TAN) akan mementaskan naskah monolog dengan judul ‘sang PEMIMPIn karya Idris Pasaribu di PRSU, Sabtu (20/2) malam.

Pementasan berdurasi 30 menit yang merupakan karya Idris Pasaribu tersebut memiliki makna yang sudah tampak dari judul naskah monolog yang akan ditampilkan.

“Sudah dapat ditebak, kenapa naskah harus ditulis ‘sang PEMIMPIn’ dengan PEMIMPIn.

huruf kapital dan ditambah dengan huruf ‘n’ kecil, sehingga menjadi kata ‘PEMIMPIn’. Dari dulu saya sudah tahu bang IDP, panggilan yang dikenal untuk bang Idris adalah penuh dengan satire. Sindirannya selalu tajam, menohok sampai ke ulu hati,” ucap Hafis Ta’adi selaku Sutradara sekaligus stage manager dalam pementasan kali ini.

Selain itu, TSI Taura yang merupakan seniman dan penyair ternama, sekaligus mantan petinggi Kejaksaan Agung RI itu mengatakan, jika dirinya memang sangat tertarik dengan naskah-naskah monolog karya Idris Pasaribu.

“Kalau kita mau tahu siapa bang Idris, baca novel-novelnya, selalu menyikut dengan gayanya yang khas. Baca juga cerpen dan puisi-puisinya. Dari sana kita tahu siapa sesungguhnya Idris Pasaribu,” kata Taura.

Seperti dalam monolog kali ini, kata Taura, ada kata-kata seorang tokoh yang berpidato mengatakan, ‘saudara-saudaraku se-desa dan se-dusun, sebangsa tanah dan sebangsa air’, bukannya dengan kata sebangsa dan setanah air seperti lazimnya.

“Apa maksudnya? Menonton pertunjukannya, membuat kepala kita berfikir keras karena tohokannya, lari kemana-mana,” kata Taura.

Dilanjutkan seniman lainnya, Sanggam Situmorang. Bahwa Idris Pasaribu dalam setiap pertunjukannya, seperti dalam pesta Tater tahun 2001 lalu di Taman Budaya Sumatera Utara, mementaskan karya molier yang di adaptasi menjadi ‘SOK’.

“Saat itu kita merasa lucu dan tertawa terpingkal-pingkal. Tetapi sesungguhnya, Idris Pasaribu mengajak kita untuk menertawakan diri kita sendiri atau siapa saja yang menonton pertunjukannya,” tambah Sanggam Situmorang.

Dikatakan Yondik Tanto, seorang sutradara teater yang telah malang-melintang di dunia teater selama puluhan tahun. Selesai pertunjukan malam nanti, akan diadakan diskusi. Hal ini dilakukan agar penonton bebas memberikan kritik dan sarannya.

Sebab, bermain sendiri secara monolog di atas pentas, bukan pekerjaan gampang. Hal itu membutuhkan kemampuan untuk membentuk karakter beberapa tokoh yang diperankan sendiri.

“Karenanya, saya akan menyaksikan pertunjukan ini dan mau melihat kemampuan bang Idris mempermainkan nafasnya yang dalam keseharian saja dia sudah selalu tersengal-sengal” kata Yondik.

Seperti diketahui, selain didukung oleh Taman Budaya Sumatera Utara, pementasan ini juga didukung oleh Prabu21 yang merupakan penerbit novel-novel terbaru karya Idris Pasaribu, seperti ‘Membunuh dengan Senyum’, ‘Menyusur Hari’ dan novel-novel terbaru karya Idris Pasaribu lainnya. (map/ila)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Teater Anak Negeri (TAN) akan mementaskan naskah monolog dengan judul ‘sang PEMIMPIn’ yang akan diselenggrakan di Hall A pada Pekan Raya Sumatera Utara (PRSU), Jalan Gatot Subroto Medan, tepatnya pada malam ini, Sabtu (20/2) pukul 20.00 WIB.

SENIMAN: Idris Pasaribu, seorang seniman di Kota Medan. Teater Anak Negeri (TAN) akan mementaskan naskah monolog dengan judul ‘sang PEMIMPIn karya Idris Pasaribu di PRSU, Sabtu (20/2) malam.

Pementasan berdurasi 30 menit yang merupakan karya Idris Pasaribu tersebut memiliki makna yang sudah tampak dari judul naskah monolog yang akan ditampilkan.

“Sudah dapat ditebak, kenapa naskah harus ditulis ‘sang PEMIMPIn’ dengan PEMIMPIn.

huruf kapital dan ditambah dengan huruf ‘n’ kecil, sehingga menjadi kata ‘PEMIMPIn’. Dari dulu saya sudah tahu bang IDP, panggilan yang dikenal untuk bang Idris adalah penuh dengan satire. Sindirannya selalu tajam, menohok sampai ke ulu hati,” ucap Hafis Ta’adi selaku Sutradara sekaligus stage manager dalam pementasan kali ini.

Selain itu, TSI Taura yang merupakan seniman dan penyair ternama, sekaligus mantan petinggi Kejaksaan Agung RI itu mengatakan, jika dirinya memang sangat tertarik dengan naskah-naskah monolog karya Idris Pasaribu.

“Kalau kita mau tahu siapa bang Idris, baca novel-novelnya, selalu menyikut dengan gayanya yang khas. Baca juga cerpen dan puisi-puisinya. Dari sana kita tahu siapa sesungguhnya Idris Pasaribu,” kata Taura.

Seperti dalam monolog kali ini, kata Taura, ada kata-kata seorang tokoh yang berpidato mengatakan, ‘saudara-saudaraku se-desa dan se-dusun, sebangsa tanah dan sebangsa air’, bukannya dengan kata sebangsa dan setanah air seperti lazimnya.

“Apa maksudnya? Menonton pertunjukannya, membuat kepala kita berfikir keras karena tohokannya, lari kemana-mana,” kata Taura.

Dilanjutkan seniman lainnya, Sanggam Situmorang. Bahwa Idris Pasaribu dalam setiap pertunjukannya, seperti dalam pesta Tater tahun 2001 lalu di Taman Budaya Sumatera Utara, mementaskan karya molier yang di adaptasi menjadi ‘SOK’.

“Saat itu kita merasa lucu dan tertawa terpingkal-pingkal. Tetapi sesungguhnya, Idris Pasaribu mengajak kita untuk menertawakan diri kita sendiri atau siapa saja yang menonton pertunjukannya,” tambah Sanggam Situmorang.

Dikatakan Yondik Tanto, seorang sutradara teater yang telah malang-melintang di dunia teater selama puluhan tahun. Selesai pertunjukan malam nanti, akan diadakan diskusi. Hal ini dilakukan agar penonton bebas memberikan kritik dan sarannya.

Sebab, bermain sendiri secara monolog di atas pentas, bukan pekerjaan gampang. Hal itu membutuhkan kemampuan untuk membentuk karakter beberapa tokoh yang diperankan sendiri.

“Karenanya, saya akan menyaksikan pertunjukan ini dan mau melihat kemampuan bang Idris mempermainkan nafasnya yang dalam keseharian saja dia sudah selalu tersengal-sengal” kata Yondik.

Seperti diketahui, selain didukung oleh Taman Budaya Sumatera Utara, pementasan ini juga didukung oleh Prabu21 yang merupakan penerbit novel-novel terbaru karya Idris Pasaribu, seperti ‘Membunuh dengan Senyum’, ‘Menyusur Hari’ dan novel-novel terbaru karya Idris Pasaribu lainnya. (map/ila)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/