25 C
Medan
Monday, July 1, 2024

Dua Tahanan Poldasu Kabur

Bermodal Gergaji dan Kain Sarung

MEDAN-Markas Polisi Daerah Sumatera Utara (Mapoldasu) Senin (19/3) geger. Pukul 4.00 WIB, dua orang tahanan diketahui kabur. Dua warga Aceh yang ditahan karena kepemilikan senjata api tanpa izin berhasil kabur hanya dengan bermodalkan gergaji dan kain sarung.

Sejatinya, dua tahanan itu di jebloskan di Sel Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Sumut. Menurut informasi yang didapat Sumut Pos di Mapoldasu, keduanya berhasil kabur setelah merusak jeruji besi penjara. Tahanan yang dimaksud adalah Saiful Amri alias Cekpul (39), warga Dusun Bahagia Desa Meudangara Kecamatan Nurusalam, Aceh Timur. Satu tahanan lainnya bernama Wahyudi alias Tengku Agam (35), warga Dusun Setia Desa Labuhan Kecamatan Sungai Ara, Aceh Timur.

Menurut keterangan Kabid Humas Polda Sumut Kombes Pol Raden Heru Prakoso, kedua tahanan yang berhasil kabur sebelumnya ditangkap di Langkat, tepatnya Januari lalu. “Seharusnya kedua tersangka ini, hari ini (kemarin) dikirim ke jaksa, berkasnya sudah dinyatakan lengkap (P21),” ujar Heru.

Menurut Heru, sekitar pukul 03.00 WIB kemarin, petugas jaga bernama Briptu MH melakukan pengecekan di  5 ruang tahanan yang dihuni 38 tahanan. Pada saat dicek, tahanan masih lengkap.

Namun, selang sejam, sekira pukul 04.00 WIB, Briptu MH yang kembali melakukan pemeriksaan menemukan dua tahanan di sel empat telah raib. Bersamaan dengan itu petugas jaga mendapatkan jerjak jeruji ventilasi yang lebar sekitar semeter lebih dan tinggi sekitar 40 CM telah rusak. Yakin tahanan telah kabur, petugas jaga langsung melapor kepada Perwira Pengawas (Pawas), Ipda RS. Mengetahui tahanan telah kabur, petugas yang berjumlah sekitar belasan orang langsung menyisir areal Polda Sumut. Namun, kedua tahanan tak berhasil juga ditemukan (lihat grafis). “Hasil olah TKP kita, setelah merusak dengan cara menggergaji, pelaku menggunakan kain sarung untuk turun,” ujar Heru.

Atas kaburnya dua tahanan tersebut, Heru mengatakan, Poldasu membentuk dua tim untuk memburu kedua tersangka. “Satu tim beranggotakan 10 orang,” ujar Heru.

Petugas jaga dan perwira pengawas yang saat kejadian sedang bertugas langsung diperiksa Propam Polda Sumut. “Dua petugas sudah diperiksa. Selain itu, petugas juga sudah mengamankan sarung dan gergaji besi sebagai barang bukti,” tambah Heru.

Kasubdit I Kamneg (Keamanan Negara ) Direktorat Kriminal Umum Polda Sumut AKBP Pol Heri Sulismono menambahkan dari pagi kemarin pihaknya telah menyisir berapa wilayah yang banyak dimukimi warga Aceh. “Kita coba menulusuri beberapa wilayah yang ada di Medan yang banyak dimukimi warga Aceh, hal ini kita lakukan karena yang bersangkutan warga Aceh,” terang Heri.

Kabur Sehari Setelah Kedatangan Kapolda Aceh

Terlepas dari itu, kaburnya dua warga Aceh ini makin menimbulkan banyak pertanyaan. Apalagi diketahui mereka kabur sehari setelah kedatangan Kapolda Aceh Irjen Pol Iskandar Hasan dari Sabtu (18/3) hingga Minggu (19/3) di Medan.

Selama ditahan di bawah naungan Direktorat Tahanan Barang Bukti (Dit Tahti), Syaiful Amri dan Wahyudin ditempatkan di ruang 4 sel tahanan yang berisi 12 tahanan. Yang letaknya sekitar 20 meter dari meja piket jaga tahanan.

Semua keterangan di atas dibenarkan Kapolda Sumut, Irjen Pol Wisjnu Amat Sastro. Namun, Wisjnu sempat terlihat berang dan menjawab dengan nada tinggi ketika ditanya, apakah kasus kepemilikan senjata api (Senpi) dua tahanan Polda Sumut yang kabur tersebut adalah jaringan teroris. “Ya betul-betul. Ya betul-betul. Kau kan sudah tahu masalahnya. Kalau lari langsung saya cari,” ungkapnya sembari pergi. (mag-5/ari)

Tamparan untuk Kapolda

Beberapa kalangan menganggap larinya tahanan dari Mapoldasu cukup mencurigakan. Pasalnya, Mapoldasu bukanlah kawasan minim penjagaan. Keamanan pasti menjadi yang utama di tempat itu.

Itulah sebab, muncul pula kecurigaan kalau pelarian itu dibantu oleh orang dalam. “Kalau dia pemasok senjata api, harus dicermati jangan-jangan ada kolusi dengan oknum. Kalau penjahat biasa, tidak mungkin. Sebab ‘kolusi damainya’ pasti terbatas. Selain dana kuat, dia biasanya punya backing,” cetus Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta S Pane, kemarin.

Untuk itu Neta menyarankan Kapolda untuk segera mencopot petugas yang bertanggung jawab terhadap hal tersebut. Demikian juga dengan petugas jaga, benar-benar harus diproses secara intensif. “(Peristiwa) ini tamparan kepada Kapolda. Menunjukkan kalau dalam membina personel (Kapolda) masih kurang maksimal. Sama saja mempermalukan Kapolda. Jadi dia harus segera perintahkan dalam waktu singkat tahanan yang kabur harus segera ditangkap,” jelas Neta.

Dari pantauan IPW selama ini, menurut Neta, sangat banyak kasus dimana oknum kepolisian yang tidak lagi patuh pada atasan. Terutama di Sumut yang dikenal sebagai salah satu daerah yang rawan tindakan pelanggaran hukum. “Contoh kita lihat baru-baru ini ada oknum di Polda yang mengonsumsi narkoba. Jadi dengan peristiwa-peristiwa ini semakin menambah panjang daftar oknum yang tidak patuh atasan. Jadi kita melihat tingkat kepatuhan di jajaran kepolisian terus semakin melemah,” katanya.

Hal ini tidak lain menurut Neta, karena tidak ada kontrol yang maksimal dari atasan. Untuk itu Kapolda disarankan agar semakin giat melakukan langkah-langkah pembinaan terhadap jajaran yang ada dibawahnya. “Jadi biar nggak dipecundangi anak buahnya lagi,” tegas Neta.

Kecurigaan Neta soal ada bantuan orang dalam makin diperkuat dengan keterangan seorang buruh bangunan, Ucok Getar. Dia menarnagkan, scara teknis untuk menggerjaji jeruji besi bukanlah hal gampang. Menurut Ucok untuk memotong besi tergantung gergaji yang digunakan dan lokasi tempat untuk menggergaji.

Ucok menjelaskan, untuk besi belasan milimeter dibutuhkan waktu sangat lama, bahkan bisa sehari. Apalagi kalau menggunakan gergaji tanpa gagang. “Kalau pakai gagang bisa cepat. Kalau gak pakai gagang, mampuslah yang gergaji. Bisa sehari. Soalnya gergaji itu bisa panas. Biasanya, orang yang mau gergaji besi, di lapisnya dulu ujung gergaji dengan kain,” jelas Ucok.

Menanggapi letak lokasi jerjak besi di sel tahanan Polda yang letaknya jauh dari lantai dan tidak menggunakan bantuan tangga untuk mencapai besi, Ucok langsung mengatakan para pelaku pasti sangat lama mengerjakan. Apalagi, kalau pelaku menggunakan topangan tubuh kawannya agar bisa sampai untuk menggergaji. “Saya yakin ada beberapa hari mereka mengerjakannya. Karena bukan gampang gergaji besi sebesar itu,” ujar Ucok.

Saat disinggung apakah ada suara atau bunyi dari gesekan saat menggergaji. Ucok mengatakan pasti ada keluar suara. “Pasti lah, kalau gak tahan yang dengarnya gigi bisa ngilu, tidak ada yang bisa buat tidak bersuara saat menggergaji sepuluh meter, kalau dalam satu ruangan pasti dengar,” kata Ucok. (gir/mag-5)

Bermodal Gergaji dan Kain Sarung

MEDAN-Markas Polisi Daerah Sumatera Utara (Mapoldasu) Senin (19/3) geger. Pukul 4.00 WIB, dua orang tahanan diketahui kabur. Dua warga Aceh yang ditahan karena kepemilikan senjata api tanpa izin berhasil kabur hanya dengan bermodalkan gergaji dan kain sarung.

Sejatinya, dua tahanan itu di jebloskan di Sel Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Sumut. Menurut informasi yang didapat Sumut Pos di Mapoldasu, keduanya berhasil kabur setelah merusak jeruji besi penjara. Tahanan yang dimaksud adalah Saiful Amri alias Cekpul (39), warga Dusun Bahagia Desa Meudangara Kecamatan Nurusalam, Aceh Timur. Satu tahanan lainnya bernama Wahyudi alias Tengku Agam (35), warga Dusun Setia Desa Labuhan Kecamatan Sungai Ara, Aceh Timur.

Menurut keterangan Kabid Humas Polda Sumut Kombes Pol Raden Heru Prakoso, kedua tahanan yang berhasil kabur sebelumnya ditangkap di Langkat, tepatnya Januari lalu. “Seharusnya kedua tersangka ini, hari ini (kemarin) dikirim ke jaksa, berkasnya sudah dinyatakan lengkap (P21),” ujar Heru.

Menurut Heru, sekitar pukul 03.00 WIB kemarin, petugas jaga bernama Briptu MH melakukan pengecekan di  5 ruang tahanan yang dihuni 38 tahanan. Pada saat dicek, tahanan masih lengkap.

Namun, selang sejam, sekira pukul 04.00 WIB, Briptu MH yang kembali melakukan pemeriksaan menemukan dua tahanan di sel empat telah raib. Bersamaan dengan itu petugas jaga mendapatkan jerjak jeruji ventilasi yang lebar sekitar semeter lebih dan tinggi sekitar 40 CM telah rusak. Yakin tahanan telah kabur, petugas jaga langsung melapor kepada Perwira Pengawas (Pawas), Ipda RS. Mengetahui tahanan telah kabur, petugas yang berjumlah sekitar belasan orang langsung menyisir areal Polda Sumut. Namun, kedua tahanan tak berhasil juga ditemukan (lihat grafis). “Hasil olah TKP kita, setelah merusak dengan cara menggergaji, pelaku menggunakan kain sarung untuk turun,” ujar Heru.

Atas kaburnya dua tahanan tersebut, Heru mengatakan, Poldasu membentuk dua tim untuk memburu kedua tersangka. “Satu tim beranggotakan 10 orang,” ujar Heru.

Petugas jaga dan perwira pengawas yang saat kejadian sedang bertugas langsung diperiksa Propam Polda Sumut. “Dua petugas sudah diperiksa. Selain itu, petugas juga sudah mengamankan sarung dan gergaji besi sebagai barang bukti,” tambah Heru.

Kasubdit I Kamneg (Keamanan Negara ) Direktorat Kriminal Umum Polda Sumut AKBP Pol Heri Sulismono menambahkan dari pagi kemarin pihaknya telah menyisir berapa wilayah yang banyak dimukimi warga Aceh. “Kita coba menulusuri beberapa wilayah yang ada di Medan yang banyak dimukimi warga Aceh, hal ini kita lakukan karena yang bersangkutan warga Aceh,” terang Heri.

Kabur Sehari Setelah Kedatangan Kapolda Aceh

Terlepas dari itu, kaburnya dua warga Aceh ini makin menimbulkan banyak pertanyaan. Apalagi diketahui mereka kabur sehari setelah kedatangan Kapolda Aceh Irjen Pol Iskandar Hasan dari Sabtu (18/3) hingga Minggu (19/3) di Medan.

Selama ditahan di bawah naungan Direktorat Tahanan Barang Bukti (Dit Tahti), Syaiful Amri dan Wahyudin ditempatkan di ruang 4 sel tahanan yang berisi 12 tahanan. Yang letaknya sekitar 20 meter dari meja piket jaga tahanan.

Semua keterangan di atas dibenarkan Kapolda Sumut, Irjen Pol Wisjnu Amat Sastro. Namun, Wisjnu sempat terlihat berang dan menjawab dengan nada tinggi ketika ditanya, apakah kasus kepemilikan senjata api (Senpi) dua tahanan Polda Sumut yang kabur tersebut adalah jaringan teroris. “Ya betul-betul. Ya betul-betul. Kau kan sudah tahu masalahnya. Kalau lari langsung saya cari,” ungkapnya sembari pergi. (mag-5/ari)

Tamparan untuk Kapolda

Beberapa kalangan menganggap larinya tahanan dari Mapoldasu cukup mencurigakan. Pasalnya, Mapoldasu bukanlah kawasan minim penjagaan. Keamanan pasti menjadi yang utama di tempat itu.

Itulah sebab, muncul pula kecurigaan kalau pelarian itu dibantu oleh orang dalam. “Kalau dia pemasok senjata api, harus dicermati jangan-jangan ada kolusi dengan oknum. Kalau penjahat biasa, tidak mungkin. Sebab ‘kolusi damainya’ pasti terbatas. Selain dana kuat, dia biasanya punya backing,” cetus Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta S Pane, kemarin.

Untuk itu Neta menyarankan Kapolda untuk segera mencopot petugas yang bertanggung jawab terhadap hal tersebut. Demikian juga dengan petugas jaga, benar-benar harus diproses secara intensif. “(Peristiwa) ini tamparan kepada Kapolda. Menunjukkan kalau dalam membina personel (Kapolda) masih kurang maksimal. Sama saja mempermalukan Kapolda. Jadi dia harus segera perintahkan dalam waktu singkat tahanan yang kabur harus segera ditangkap,” jelas Neta.

Dari pantauan IPW selama ini, menurut Neta, sangat banyak kasus dimana oknum kepolisian yang tidak lagi patuh pada atasan. Terutama di Sumut yang dikenal sebagai salah satu daerah yang rawan tindakan pelanggaran hukum. “Contoh kita lihat baru-baru ini ada oknum di Polda yang mengonsumsi narkoba. Jadi dengan peristiwa-peristiwa ini semakin menambah panjang daftar oknum yang tidak patuh atasan. Jadi kita melihat tingkat kepatuhan di jajaran kepolisian terus semakin melemah,” katanya.

Hal ini tidak lain menurut Neta, karena tidak ada kontrol yang maksimal dari atasan. Untuk itu Kapolda disarankan agar semakin giat melakukan langkah-langkah pembinaan terhadap jajaran yang ada dibawahnya. “Jadi biar nggak dipecundangi anak buahnya lagi,” tegas Neta.

Kecurigaan Neta soal ada bantuan orang dalam makin diperkuat dengan keterangan seorang buruh bangunan, Ucok Getar. Dia menarnagkan, scara teknis untuk menggerjaji jeruji besi bukanlah hal gampang. Menurut Ucok untuk memotong besi tergantung gergaji yang digunakan dan lokasi tempat untuk menggergaji.

Ucok menjelaskan, untuk besi belasan milimeter dibutuhkan waktu sangat lama, bahkan bisa sehari. Apalagi kalau menggunakan gergaji tanpa gagang. “Kalau pakai gagang bisa cepat. Kalau gak pakai gagang, mampuslah yang gergaji. Bisa sehari. Soalnya gergaji itu bisa panas. Biasanya, orang yang mau gergaji besi, di lapisnya dulu ujung gergaji dengan kain,” jelas Ucok.

Menanggapi letak lokasi jerjak besi di sel tahanan Polda yang letaknya jauh dari lantai dan tidak menggunakan bantuan tangga untuk mencapai besi, Ucok langsung mengatakan para pelaku pasti sangat lama mengerjakan. Apalagi, kalau pelaku menggunakan topangan tubuh kawannya agar bisa sampai untuk menggergaji. “Saya yakin ada beberapa hari mereka mengerjakannya. Karena bukan gampang gergaji besi sebesar itu,” ujar Ucok.

Saat disinggung apakah ada suara atau bunyi dari gesekan saat menggergaji. Ucok mengatakan pasti ada keluar suara. “Pasti lah, kalau gak tahan yang dengarnya gigi bisa ngilu, tidak ada yang bisa buat tidak bersuara saat menggergaji sepuluh meter, kalau dalam satu ruangan pasti dengar,” kata Ucok. (gir/mag-5)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/