MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu) saat ini tengah fokus membangun e-Government Sumut secara utuh. Sebab, sejauh ini sifatnya masih secara parsial. Ke depan e-Government tersebut mesti sudah terintegrasi antar OPD Pemprovsu, paling lama akhir 2019 ini.
WAKIL Gubernur Sumatera Utara (Wagubsu), Musa Rajekshah mengatakan, membangun Provinsi Sumut yang luas dan berpenduduk sekitar 14 juta jiwa, diperlukan sinergitas dan koordinasi yang kuat. Sesuai visi misi dirinya bersama Gubsu Edy Rahmayadi, menjadikan Sumut bermartabat, sejauh ini antarorganisasi perangkat daerah (OPD) Pemprovsu masih jalan sendiri-sendiri.
“Kami belum banyak tahu. Dan tidak ada juga yang mau kasih tahu. Pada saat pengarahan ke seluruh OPD kemarin, tolong dikasih tahu apa yang harus kami kerjakan. Contohnya saya kasih tahu, inikan bulan puasa mana operasi pasar? Harusnya Gubsu selaku ketua TPID turun bersama Bank Indonesia. Kok gak ada yang kasih tahu? Saya pun baru tahunya pas wartawan yang kasih tahu,” kata pria yang akrab disapa Ijeck, usai sahur bersama Sumut Pos dan jamaah Masjid Al Musannif di Komplek Cemara Asri, Jumat (17/5).
Ijeck menilai, dari kejadian dan contoh kecil tersebut, terkesan OPD baru bekerja ketika ditanya. Semestinya sebelum ditanya OPD sudah berinisiatif memberitahukan hal dimaksud. “Sehingga baru kita bisa jalan sama. Kan saya dan Pak Edy bukan dari basic pemerintahan. Yang ngerti pemerintahan di dalam, kan ASN,” katanya.
Kemudian, ia mengungkapkan, saat ini tengah fokus membangun e-Government Sumut secara utuh paling lama pada akhir 2019. Sebab sejauh ini sifatnya masih secara parsial. Ke depan e-Government tersebut mesti sudah terintegrasi antar OPD Pemprovsu. “Karena untuk memonitor kinerja ini gak bisa dengan perasaan, gak bisa dengan cara manual. Dan juga nanti efisiensi waktu akan berkurang, pengawasan lebih gampang, dan efisiensi biaya pastinya. Baik biaya ATK, kurir mengantar surat dan hal lainnya. Ini yang segera kita bangun utuh dan terintegrasi semua,” katanya.
Ia meminta dengan adanya e-Government nantinya, masing-masing OPD harus pandai berinovasi. Mampu didesain sendiri-sendiri untuk kemudian digabungkan dalam satu aplikasi e-Government. Supaya pengawasan ke depan menjadi lebih mudah dan efektif. “Makanya saya bilang, kalaulah sistem tata kelola pemerintahan masih manual dan tidak berbasis teknologi, akan bisa lebih banyak lobang-lobang untuk bermain,” ungkapnya.
Pemprovsu, sambung Ijeck, juga sependapat untuk membangun satu aplikasi data besar dalam chip e-KTP. Sehingga ke depan untuk masalah data kependudukan menghadapi pemilihan umum, misalnya, sebut dia tidak sesulit seperti sekarang ini. “Dari KPK kemarin ada beberapa nota kesepahaman atau MoU yang sudah kita tanda tangani. Termasuk MoU dengan semua BUMD kita, karena peningkatan PAD kita Salah satu sumbernya dari BUMD. BUMD kita yang bisa menghasilkan itu kan hanya Bank Sumut. Yang lainnya seperti memang disakitkan,” katanya.
Dalam suasana wawancara yang santai itu, Ijeck pun mengungkapkan prioritas pembangunan Sumut hingga lima tahun mendatang. Antara lain infrastruktur, pertanian, agraria, pendidikan, kesehatan dan sistem ketatatenagakerjaan.
“Saya Insya Allah dengan Pak Edy, tidak gampang untuk dilaga-laga. Kalaupun ada orang yang coba-coba melakukan itu, Insya Allah saya yakin secara emosional kami sudah paham satu sama lain. Saya dengan Pak Edy sudah kenal lama. Sekarang inikan suasana kantor yang mesti dirubah. Waktu rakor dengan seluruh OPD, kami sampaikan ke mereka bahwa jangan anggap kami ini tamu,” ujar suami Sri Ayu Mihari ini.
“Kalau diikuti emosi hati, hampir rata (pimpinan OPD) itu kami ganti. Kenapa? Kita tahu kok suasana waktu kampanye waktu itu kayak mana. Kita tahu siapa-siapa aja di dalam itu (yang tidak mendukung). Tapi kita tidak bercerita itu. Harus dipahami bahwa jangan sampai tidak loyal. Kita inikan ibarat satu rumah tangga dengan Pak Edy sebagai pemimpinnya. Tolong kita kompak, saling komunikasi dan koordinasi. Kalaupun dicubit satu, terasa sakit semua,” sambungnya.
Kumpul Keluarga
Kesempatan itu, Ijeck mengaku selalu berupaya menyempatkan waktu berkumpul bersama keluarga. Ini mengingat keterbatasan waktunya sejak menjadi pejabat publik, terlebih dalam suasana bulan suci Ramadan tahun ini. “Persoalan waktu ini memang sangat terasa bagi saya sekarang. Sama keluarga dan anak-anak memang terasa sekali (jarang ketemu).
Jangankan ketemu, ngangkat telepon aja sekarang sudah susah,” katanya sembari tertawa. “Karena kebetulan telepon gak saya pegang. Apalagi kita acara terus, dan banyak rapat-rapat. Kalau pas acara kita angkat telepon kan gak enak, orang melihat kita. Makanya kalau pas anak-anak telepon, gak bisa langsung kadang lewat ajudan. Ketika memang tak ada acara, saya pasti pulang ke rumah dan selalu sempatkan berkumpul bersama keluarga,” katanya.
Selain itu, menurutnya, beban dan tanggung jawab sejak berstatus sebagai Wagubsu, bertambah besar. Ijeck kembali menekankan, meski amanah kekuasaan yang sekarang ini dia jalani adalah jabatan politik, jangan juga dianggap oleh ASN bahwa mereka adalah tamu yang cuma bekerja lima tahun.
“Akhirnya bisa menjadi tidak baik. Ada yang tidak loyal dan tidak setia. Kedua, meski ini jabatan politis, kan banyak juga yang kepingin duduk di jabatan ini. Tapi kan kursinya cuma dua. Begitupun saya tidak pernah sesali. Sebab jabatan ini bukan untuk diri sendiri, karena saya ingin berbuat dan mengabdi buat kampung halaman saya,” katanya.
Amatan Sumut Pos, sebelum santap sahur bersama Wagubsu dan jamaah, pada hari itu sekitar pukul 03.00 WIB, jamaah Masjid Al Musanif juga terlihat melakukan iktikaf dan Salat Tahajud berjamaah. Kegiatan tersebut pertama kalinya terlaksana pada Ramadan tahun ini, dan akan intens dilakukan setiap Jumat. Sehabis santap sahur, kru Sumut Pos bersama para jamaah Salat Subuh berjamaah dan mendengarkan tausiyah seusai Subuh. Sekitar pukul 08.00 WIB, kru Sumut Pos berpamitan pulang kepada Wagubsu dari Masjid Al Musanif. (prn)