MEDAN- Bus PT Pos Indonesia pengangkut barang kiriman dan surat milik masyarakat dari Jambi, di bajak lima kawanan rampok yang mengaku sebagai aparat kepolisian, saat melintas di Jalan SM Raja Medan tak jauh dari pintu tol Tanjungmorawa, Kamis (19/10) dinihari.
Dalam perampokan tersebut dua orang sopir PT Pos Indonesia, Amrullah (43) dan Handa (41) asal Purwakarta, dengan kondisi tangan diikat, wajah ditutup sarung bantal dibuang pelaku di depan pabrik tebu Sei Semayang Sunggal.
Sementara itu, bus PT Pos Indonesia yang sempat dibawa kabur, oleh keempat pelaku ditemukan di Pasar III, Desa Seintis tepatnya di areal PTPN II, Jum’at (19/10) dinihari.
Selain membawa kabur bus pembawa surat milik negara itu, pelaku juga memboyong uang milik sopir sebesar Rp4 juta. Kasus perampokan tersebut, hingga saat ini masih dalam penyelidikan pihak Reskrim Polresta Medan.
Berdasarkan keterangan Amrullah pada POSMETRO (grup Sumut Pos) Jum’at (19/10) sore di Sat Reskrim Polresta Medan mengatakan, bus PT Pos Indonesia bernopol B 9070 TXR, berangkat dari Jambi menuju Medan untuk mengantarkan surat serta dokumen-dokumen penting pada PT Pos Indonesia di Medan. “Pertama kami singgah di Pekanbaru, baru itu ke Dumai,” ucap Amrullah membuka pembicaraan.
Setelah singgah di berbagai kantor Pos Indonesia di Sumut, lanjut warga Kampung Meracang, Purwakarta ini Sekitar pukul 02.30 WIB, ketika melintas di Jalan SM Raja tak jauh dari pintu Tol, Tanjungmorawa tiba-tiba bus mereka di pepet oleh mobil pelaku jenis APV warna hitam menghadang.
Kemudian, salah seorang pelaku turun dari dalam mobil APV dan meminta dirinya untuk turun. “Saya turun, karena mereka mengaku petugas. Mana SIM kau,” ucap Amrullah menirukan perkataan salah seorang pelaku.
Sedangkan, tiga pelaku lainnya standbay didalam mobil APV. Lalu, seorang pelaku yang lainnya turun sembari menanyakan berapa orang didalam mobil Pos Indonesia tersebut. “Lalu saya bilang, berdua pak. Dan dia lagi tidur,” ucap korban.
Kemudian, Amrullah diminta untuk membangunkan Handa yang dari dalam bus. “Lantas saya panggil si Handa, dan saya suruh keluar. Habis itu, kami disuruh masuk kedalam mobil APV itu,” jelasnya.
Di dalam mobil, para pelaku mengikat tangan mereka dengan menggunakan sabuk pengamanan. “Tangan saya diikat, kepalanya saya ditutup pakai sarung bantal. Trus aku dipukuli, disuruh tidur. Bukan itu saja pelaku juga menduduki kepala ku. Aku diletakan pelaku pas paling belakang mobil,” ujar pria yang sudah 20 tahun menjadi sopir ini.
Sementara itu menurut Handa, dirinya juga diikat namun dengan menggunakan tali rumbia. “Kalau aku pakai tali rumbia, kepala ditutup pakai topeng gitu. Kepala ku juga diduduki pelaku,” kata warga Jalan Perintis Kemerdekaan, Purwokerto ini.
Para pelaku, sambung korban apabila bicara mereka tidak pernah menyebutkan nama. ‘’Mereka hanya bicara mau dibawa ke Polsek mana neh enaknya komandan. Mereka ngomongnya pakai komandan gitu,” ucapnya.
Selang beberapa jam, didepan pabrik tebu, Sei Semayang, Sunggal mereka pun diturunkan. “Didepan pabrik tebu kami diturunkan,” kata Handa.
Tak sampai disitu, baju pegawai Damri yang dikenakan Handa turut dirobek-robek oleh pelaku. “Baju aku dirobek-robeknya, lalu disepaknya aku keluar. Untung jatuhnya ke rumput,” kata bapak beranak satu ini.
Setelah diberi baju oleh warga sekitar, mereka pun menuju kantor pos terdekat, lalu pihak Kantor Pos membawa mereka ke Polresta Medan guna membuat laporan atas kasus perampokan tersebut.
Kasat Reskrim Polresta Medan, Kompol Yoris Marzuki saat dikonfirmasi dihalaman Mapolresta Medan mengatakan saat ini mereka sedang melakukan penyelidikan. “Masih kita selidiki barang-barang apa yang hilang dari dalam mobil itu, jadi kita minta data barang-barang yang dibawa orang ini,” ucapnya. (eza/smg)