31 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

AKSIS 2017 Perkuat Keanekaragaman Hayati

Samedi mengungkapkan, sejak dimulai pada tahun 2010 hingga kini, program TFCA Sumatera telah mengintervensi 12 lansekap konservasi prioritas mulai dari Aceh hingga Lampung. Tidak kurang dari 54 konsorsium mitra yang terdiri dari hampir 100 lembaga anggota (LSM / Perguruan Tinggi) telah terlibat di dalamnya. Selama itu, ada beragam inisiatif, inovasi, maupun produk yang dihasilkan mitra dan penerima manfaat (masyarakat).

Untuk capaian tersebut, lanjut Samedi, dapat diperkenalkan kepada khalayak luas, membangun inspirasi satu sama lain, promosi produk dan jasa kepada pasar, membangun jejaring pasar baik konvensional maupun daring, sekaligus terbangunnya komunikasi yang lebih baik dengan pemerintah pusat dan daerah. “Kegiatan expo Aksi Konservasi Hutan Tropis Sumatera ini kami selenggarakan sebagai show-window dari aksi nyata TFCA Sumatera-KEHATI di lapangan,” kata Samedi yang didampingi Fasilitator TFCA-Sumatera Wilayah Utara, Hamdan.

Selain pameran produk-produk, sambung Samedi, expo ini juga diisi dengan beragam acara menarik dan bermanfaat. Di antaranya, dialog nasional yang menghadirkan Menteri LHK sebagai pembicara utama, Menteri Pariwisata yang akan memberikan arahan mengenai pariwisata berkelanjutan, talkshow, seminar, temu bisnis, peluncuran buku, penanaman pohon serentak di dua provinsi di Sumatera.

Kemudian, pelatihan kewirausahaan dan pengelolaan jasa lingkungan, ngopi bersama, menggalang 10.000 tanda tangan untuk dukungan gerakan konservasi hutan, lomba foto booth, lomba foto jurnalistik lingkungan dan pameran foto, serta lomba menggambar dan mewarnai.

“Expo ini menjadi penting karena dapat dimanfaatkan untuk berbagi informasi baik kegagalan maupun keberhasilan program, berfungsi sebagai wadah untuk mewujudkan sinergi di antara para pelaku konservasi kehutanan di Indonesia, khususnya di Sumatera, serta mempertemukan pelaku bisnis dengan masyarakat,” ujar Samedi.

Menurut Samedi, keterampilan masyarakat di dalam dan sekitar hutan harus ditingkatkan untuk menjadi masyarakat mandiri dan sejahtera. Sehingga, dapat hidup berdampingan dengan kelestarian hutan.

Hal tersebut selaras dengan makna holistik konservasi hutan, yang sesungguhnya tak hanya mencakup kegiatan pengawetan, perlindungan, pemulihan dan peningkatan kualitas alam, tetapi juga pemanfaatannya secara berkelanjutan. (ris/ila)

 

 

Samedi mengungkapkan, sejak dimulai pada tahun 2010 hingga kini, program TFCA Sumatera telah mengintervensi 12 lansekap konservasi prioritas mulai dari Aceh hingga Lampung. Tidak kurang dari 54 konsorsium mitra yang terdiri dari hampir 100 lembaga anggota (LSM / Perguruan Tinggi) telah terlibat di dalamnya. Selama itu, ada beragam inisiatif, inovasi, maupun produk yang dihasilkan mitra dan penerima manfaat (masyarakat).

Untuk capaian tersebut, lanjut Samedi, dapat diperkenalkan kepada khalayak luas, membangun inspirasi satu sama lain, promosi produk dan jasa kepada pasar, membangun jejaring pasar baik konvensional maupun daring, sekaligus terbangunnya komunikasi yang lebih baik dengan pemerintah pusat dan daerah. “Kegiatan expo Aksi Konservasi Hutan Tropis Sumatera ini kami selenggarakan sebagai show-window dari aksi nyata TFCA Sumatera-KEHATI di lapangan,” kata Samedi yang didampingi Fasilitator TFCA-Sumatera Wilayah Utara, Hamdan.

Selain pameran produk-produk, sambung Samedi, expo ini juga diisi dengan beragam acara menarik dan bermanfaat. Di antaranya, dialog nasional yang menghadirkan Menteri LHK sebagai pembicara utama, Menteri Pariwisata yang akan memberikan arahan mengenai pariwisata berkelanjutan, talkshow, seminar, temu bisnis, peluncuran buku, penanaman pohon serentak di dua provinsi di Sumatera.

Kemudian, pelatihan kewirausahaan dan pengelolaan jasa lingkungan, ngopi bersama, menggalang 10.000 tanda tangan untuk dukungan gerakan konservasi hutan, lomba foto booth, lomba foto jurnalistik lingkungan dan pameran foto, serta lomba menggambar dan mewarnai.

“Expo ini menjadi penting karena dapat dimanfaatkan untuk berbagi informasi baik kegagalan maupun keberhasilan program, berfungsi sebagai wadah untuk mewujudkan sinergi di antara para pelaku konservasi kehutanan di Indonesia, khususnya di Sumatera, serta mempertemukan pelaku bisnis dengan masyarakat,” ujar Samedi.

Menurut Samedi, keterampilan masyarakat di dalam dan sekitar hutan harus ditingkatkan untuk menjadi masyarakat mandiri dan sejahtera. Sehingga, dapat hidup berdampingan dengan kelestarian hutan.

Hal tersebut selaras dengan makna holistik konservasi hutan, yang sesungguhnya tak hanya mencakup kegiatan pengawetan, perlindungan, pemulihan dan peningkatan kualitas alam, tetapi juga pemanfaatannya secara berkelanjutan. (ris/ila)

 

 

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/