27 C
Medan
Sunday, September 29, 2024

Adam Malik Buka Poliklinik Khusus Gagal Jantung

KETERANGAN: Dirut RSUP H Adam Malik dr Bambang Prabowo MKes, didampingi jajaran direksi saat memberikan keterangan pers.
terkait dibukanya layanan Poliklinik Khusus Gagal Jantung, Senin (20/1).  
M IDRIS/sumut pos
KETERANGAN: Dirut RSUP H Adam Malik dr Bambang Prabowo MKes, didampingi jajaran direksi saat memberikan keterangan pers. terkait dibukanya layanan Poliklinik Khusus Gagal Jantung, Senin (20/1).
M IDRIS/sumut pos

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H Adam Malik, Medan, membuka layanan Poliklinik Khusus Gagal Jantung di Pusat Jantung Terpadu (PJT). Poliklinik tersebut menjadi yang pertama di Sumatera Utara dan ke-27 di Indonesia.

Direktur Utama (Dirut) RSUP H Adam Malik dr Bambang Prabowo MKes mengatakan, dibukanya Poliklinik tersebut tak lain untuk masyarakat Sumut dengan harapan agar bagaimana para pasien gagal jantung ini bisa memperpanjang usia hidupnya.

“Gagal jantung memang penyakit berat, akan tetapi bukan dari akhir segalanya sehingga putus harapan hidup. Hal inilah yang menjadi target hadirnya pelayanan baru ini, pasien gagal jantung tidak lagi berulang kali dirawat sehingga angka hospitalisasi semakin berkurang dan pasien bisa memperpanjang usia hidup,” ujar Bambang didampingi Direktur Umum dan Operasional dr Mardianto SpPD KEMD, Direktur SDM dan Pendidikan Dr dr Fajrinur Syarani MKed (Paru) SpP(K), Ketua SMF Kardiologi Prof Dr Harris Hasan SpPD SpJP(K) serta Kepala PJT dr Nizam Zikri Akbar SpJP(K) saat diwawancarai usai meresmikan Poliklinik tersebut, Senin (20/1).

Diutarakan Bambang, layanan gagal jantung sebelumnya masih tergabung di dalam PJT. Namun, dengan adanya layanan khusus ini nantinya apabila ada pasien yang sudah didiagnosa pasti oleh dokter terkena gagal jantung, maka langsung ditangani di Poliklinik tersebut supaya lebih intensif lagi pelayanannya seperti konsultasi, terapi dan lain sebagainya.

“Dalam Poliklinik ini juga nantinya ada tenaga medis ahli gizinya bahkan ahli jiwa, tapi bukan karena gila. Misalnya, penyebab penyakit karena stress banyak utang. Artinya, pelayanan secara spesifik dan komprehensif,” paparnya.

Kata Bambang, gagal jantung seperti penyakit diabetes, hipertensi, tidak bisa disembuhkan. Akan tetapi, bisa dikendalikan untuk memperpanjang usia hidup dengan pola hidup sehat. “Polikilinik ini beroperasi setiap hari Selasa dan Kamis. Setiap pasien yang dirawat akan banyak menerima edukasi yang berfokus agar pasien dapat merawat diri sendiri dengan tepat. Sehingga, pasien bisa hidup aktif dengan perawatan yang komprehensif dan terhindar dari perburukan kondisi jantung tersebut,” ujarnya.

Kepala PJT dr Nizam Zikri Akbar SpJP(K) mengatakan, di Poliklinik Khusus Gagal Jantung ini pasien diajarkan untuk bagaimana merawat dirinya sendiri. “Kalau sebelumnya pasien diberikan resep oleh dokter, sedangkan di Poli ini lebih banyak unsur edukasinya,” kata Nizam.

Menurut Nizam, sumber dana rumah sakit banyak habis karena pasien bolak-balik dirawat. Misalnya, baru pulang tiga hari lalu dirawat lagi. Maka dari itu, pasien diajarkan bagaimana merawat dirinya sendiri.

“Gagal jantung ini kan merupakan hasil akhir dari beberapa penyakit darah tinggi, PGK (Penyakit Ginjal Kronis), katup jantung dan lainnya, karena banyak sekali faktor penyebab penyakit jantung dan semua ini bermuara kepada gagal jantung. Biasanya, pasien gagal jantung ini sering hospitalisasi atau masuk rumah sakit. Namun, padahal sebetulnya hospitalisasi ini bisa dicegah atau dikontrol dengan diberikan edukasi mulai dari makanan seperti kurangi garam. Kalau makan garam apalagi sampai demam, itu yang menyebabkan pencetus dia makin berat,” papar Nizam.

Jadi, sambung dia, dengan diberikan edukasi yang baik maka diharapkan bisa merawat dirinya sendiri. “Sama seperti penderita diabetes juga, pasien harus dikasih edukasi jangan makan yang manis-manis. Dengan begitu, hospitalisasinya menjadi berkurang.

Selain itu, perlu juga psikolog karena terkadang si pasien frustasi dengan penyakitnya. Dengan demikian, masa hidup pasien bisa diperpanjang karena gagal jantung itu tidak disembuhkan lantaran merupakan stage akhir dari seluruh penyakit jantung,” tambahnya.

Ia menyebutkan, hampir 80 persen pasien di PJT merupakan penderita gagal jantung. Dalam sehari, pasien yang datang berjumlah sekitar 70 hingga 80 orang. Dari jumlah ini, selalu ada pasien baru tetapi tidak banyak lantaran rumah sakit ini merupakan rujukan.

“Nah, inilah yang menghabiskan anggaran rumah sakit dan dana pemerintah. Mereka bolak-balik masuk rumah sakit karena tidak mengerti harus bagaimana. Makanya, lewat Poli ini bertujuan juga untuk menekan dari sisi penderita penyakit gagal jantung serta meminimalisir aspek anggaran,” pungkasnya. (ris/ila)

KETERANGAN: Dirut RSUP H Adam Malik dr Bambang Prabowo MKes, didampingi jajaran direksi saat memberikan keterangan pers.
terkait dibukanya layanan Poliklinik Khusus Gagal Jantung, Senin (20/1).  
M IDRIS/sumut pos
KETERANGAN: Dirut RSUP H Adam Malik dr Bambang Prabowo MKes, didampingi jajaran direksi saat memberikan keterangan pers. terkait dibukanya layanan Poliklinik Khusus Gagal Jantung, Senin (20/1).
M IDRIS/sumut pos

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H Adam Malik, Medan, membuka layanan Poliklinik Khusus Gagal Jantung di Pusat Jantung Terpadu (PJT). Poliklinik tersebut menjadi yang pertama di Sumatera Utara dan ke-27 di Indonesia.

Direktur Utama (Dirut) RSUP H Adam Malik dr Bambang Prabowo MKes mengatakan, dibukanya Poliklinik tersebut tak lain untuk masyarakat Sumut dengan harapan agar bagaimana para pasien gagal jantung ini bisa memperpanjang usia hidupnya.

“Gagal jantung memang penyakit berat, akan tetapi bukan dari akhir segalanya sehingga putus harapan hidup. Hal inilah yang menjadi target hadirnya pelayanan baru ini, pasien gagal jantung tidak lagi berulang kali dirawat sehingga angka hospitalisasi semakin berkurang dan pasien bisa memperpanjang usia hidup,” ujar Bambang didampingi Direktur Umum dan Operasional dr Mardianto SpPD KEMD, Direktur SDM dan Pendidikan Dr dr Fajrinur Syarani MKed (Paru) SpP(K), Ketua SMF Kardiologi Prof Dr Harris Hasan SpPD SpJP(K) serta Kepala PJT dr Nizam Zikri Akbar SpJP(K) saat diwawancarai usai meresmikan Poliklinik tersebut, Senin (20/1).

Diutarakan Bambang, layanan gagal jantung sebelumnya masih tergabung di dalam PJT. Namun, dengan adanya layanan khusus ini nantinya apabila ada pasien yang sudah didiagnosa pasti oleh dokter terkena gagal jantung, maka langsung ditangani di Poliklinik tersebut supaya lebih intensif lagi pelayanannya seperti konsultasi, terapi dan lain sebagainya.

“Dalam Poliklinik ini juga nantinya ada tenaga medis ahli gizinya bahkan ahli jiwa, tapi bukan karena gila. Misalnya, penyebab penyakit karena stress banyak utang. Artinya, pelayanan secara spesifik dan komprehensif,” paparnya.

Kata Bambang, gagal jantung seperti penyakit diabetes, hipertensi, tidak bisa disembuhkan. Akan tetapi, bisa dikendalikan untuk memperpanjang usia hidup dengan pola hidup sehat. “Polikilinik ini beroperasi setiap hari Selasa dan Kamis. Setiap pasien yang dirawat akan banyak menerima edukasi yang berfokus agar pasien dapat merawat diri sendiri dengan tepat. Sehingga, pasien bisa hidup aktif dengan perawatan yang komprehensif dan terhindar dari perburukan kondisi jantung tersebut,” ujarnya.

Kepala PJT dr Nizam Zikri Akbar SpJP(K) mengatakan, di Poliklinik Khusus Gagal Jantung ini pasien diajarkan untuk bagaimana merawat dirinya sendiri. “Kalau sebelumnya pasien diberikan resep oleh dokter, sedangkan di Poli ini lebih banyak unsur edukasinya,” kata Nizam.

Menurut Nizam, sumber dana rumah sakit banyak habis karena pasien bolak-balik dirawat. Misalnya, baru pulang tiga hari lalu dirawat lagi. Maka dari itu, pasien diajarkan bagaimana merawat dirinya sendiri.

“Gagal jantung ini kan merupakan hasil akhir dari beberapa penyakit darah tinggi, PGK (Penyakit Ginjal Kronis), katup jantung dan lainnya, karena banyak sekali faktor penyebab penyakit jantung dan semua ini bermuara kepada gagal jantung. Biasanya, pasien gagal jantung ini sering hospitalisasi atau masuk rumah sakit. Namun, padahal sebetulnya hospitalisasi ini bisa dicegah atau dikontrol dengan diberikan edukasi mulai dari makanan seperti kurangi garam. Kalau makan garam apalagi sampai demam, itu yang menyebabkan pencetus dia makin berat,” papar Nizam.

Jadi, sambung dia, dengan diberikan edukasi yang baik maka diharapkan bisa merawat dirinya sendiri. “Sama seperti penderita diabetes juga, pasien harus dikasih edukasi jangan makan yang manis-manis. Dengan begitu, hospitalisasinya menjadi berkurang.

Selain itu, perlu juga psikolog karena terkadang si pasien frustasi dengan penyakitnya. Dengan demikian, masa hidup pasien bisa diperpanjang karena gagal jantung itu tidak disembuhkan lantaran merupakan stage akhir dari seluruh penyakit jantung,” tambahnya.

Ia menyebutkan, hampir 80 persen pasien di PJT merupakan penderita gagal jantung. Dalam sehari, pasien yang datang berjumlah sekitar 70 hingga 80 orang. Dari jumlah ini, selalu ada pasien baru tetapi tidak banyak lantaran rumah sakit ini merupakan rujukan.

“Nah, inilah yang menghabiskan anggaran rumah sakit dan dana pemerintah. Mereka bolak-balik masuk rumah sakit karena tidak mengerti harus bagaimana. Makanya, lewat Poli ini bertujuan juga untuk menekan dari sisi penderita penyakit gagal jantung serta meminimalisir aspek anggaran,” pungkasnya. (ris/ila)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/