MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kebun Binatang Medan atau Medan Zoo mendapat koleksi baru dari Kebun Binatang Ragunan, Jakarta Selatan. Yakni sepasang orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus), tiga ekor pelikan timor (Pelacanus conspicillatus), dan seekor Kapibara (Hydrochoeeus hydrochaeris). Ketiganya dibarter dengan harimau Sumatera.
“Penambahan koleksi satwa Medan Zoo tersebut merupakan hasil barter atau pertukaran dengan dua ekor harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) dewasa jantan. Jadi harimau ditukar dengan tiga jenis satwa,” ungkap Direktur Utama PD Pembangunan yang membawahi Medan Zoo. Putrama Alkhairi saat diwawancarai di Medan Zoo, Rabu (20/2).
Harimau Sumatera dikirim ke Kebun Binatang Ragunan beberapa hari lalu. Sedangkan koleksi satwa dari Ragunan dibawa ke Medan menggunakan jalur darat, menempuh perjalanan selama empat hari lima malam itu. Orangutan betina bernama Hamidah. Usianya 15 tahun. Sedangkan yang jantan bernama Diimbah, usianya 23 tahun.
Koleksi lainnya yakni kapibara dan burung pelikan Timor. Kapibara merupakan jenis hewan pengerat terbesar yang masih ada di dunia. Hewan ini asli dari daerah tropis dan lembap di Amerika Selatan
Putrama menyebutkan, pemeliharaan ketiga jenis satwa baru ini didampingi oleh dokter hewan dari Ragunan. Dokter itu mengedukasi dokter hewan Medan Zoo tentang cara pemeliharaan dan perawatan ketiga koleksi baru tersebut. Meski sebenarnya, tim dokter hewan di Medan Zoo telah berpengalaman memelihara orangutan.
Meski sudah ada tambahan koleksi baru dari Kebun Binatang Ragunan, koleksi Medan Zoo masih jauh dari lengkap. Saat ini mereka baru mempunyai 157 spesies, yang didominasi jenis unggas.
“Kita belum ada singa, onta, dan burung onta. Nanti kita akan terus melakukan pertukaran dengan kebun binatang atau taman margasatwa lain yang ada di Indonesia,” tutur Putrama.
Tak hanya satwa-satwa itu, Medan Zoo juga sedang memproses kedatangan lumba-lumba. Mereka tengah menyiapkan infrastrukturnya dan pembiayaannya.
“Sedang kita cari pembiayaan bisa melalui B to B atau CSR atau skema lain. Atraksi lumba-lumba nggak boleh dibawa keliling, tapi kalau di kebun binatang dia boleh. Kedatangan lumba-lumba itu ada alternatif kerjasama dengan Ancol,” kata Putrama.
Ia berharap, penambahan koleksi satwa baru ini menjadi daya tarik Medan Zoo bagi masyarakat untuk berkunjung.
“Medan Zoo akan terus membangun kerjasama dengan kebun binatang lainnya di Indonesia, untuk saling melengkapi koleksi hewan-hewan yang belum ada. Sebab, kebun binatang saling membutuhkan bantuan satu sama lain,” katanya.
Ia menyebutkan, binatang yang ada tidak boleh kawin sedarah. Sebab daya tahan tubuh keturunannya bakal lemah. “Hewan ini seperti manusia juga. Apabila kawin sedarah, maka anaknya mudah sakit atau cacat, sehingga dikhawatirkan punah. Jadi, kalaupun ada hewan yang jantan dan betina sedarah, maka harus ditukarkan,” jelasnya.
Sejak 2012, Medan Zoo tidak pernah lagi menerima penyertaan modal dari APBD Kota Medan. Karena itu ia berharap ada penyertaan modal untuk pembangunan infrastruktur jalan dan drainase.
“Kalau kandang hewan, kita bisa mengajukan proposal kepada BUMN yang memiliki dana CSR. Sedangkan wahana permainan, kita tengah mencari pihak ketiga atau swasta yang ingin berinvestasi lewat kerjasama,” tandasnya.
Barter Karena Surplus
Perwakilan Kebun Binatang Ragunan, Syafri Edwar, mengatakan dipilihnya orangutan untuk dibarter dengan harimau Sumatera, karena kebetulan surplus jumlahnya di Ragunan sekitar 35 ekor. Sedangkan Medan Zoo masih membutuhkan koleksi orangutan.
“Surplusnya jumlah orangutan ini tidak terlepas dari perawatan dan perkawinan yang dilakukan. Kita harapkan Medan Zoo dapat seperti itu juga,” tuturnya.
Menurut Syafri, tukar-menukar satwa ini merupakan bagian dari kerjasama antara kebun binatang atau lembaga konservasi di dalam negeri. Tujuannya, agar satwa dapat berkembang biak atau lestari. Selain itu, juga saling melengkapi koleksi satwa yang ada di kebun binatang.
“Harimau Sumatera di Kebun Binatang Ragunan sebenarnya sudah berhasil dikembang-biakkan. Cuma kita membutuhkan pejantan baru, agar satwa yang ada sekarang tidak berkembang biak sedarah,” sebut Syafri.
Sebelum dibarter dengan orangutan, pihaknya sudah melakukan kroscek ke Medan Zoo untuk kesiapan kandang. Sebab harus didesain seperti habitat aslinya. “Harus ada permainan satwa, kandang peragaan, dan kandang tidurnya. Selain itu, bagaimana makanannya. Jadi, setelah kita kroscek dan dinilai sudah layak sehingga dilakukan barter,” pungkasnya. (ris)