25 C
Medan
Monday, July 1, 2024

Berebut Swing Voter, Seleisih Elektabilitas Jokowi & Prabowo Menipis

.

SUMUTPOS.CO – Selisih elektabilitas antara paslon nomor urut 01 Joko Widodo – Ma’ruf Amin tampaknya semakin menipis dengan Prabowo – Sandiaga. Hasil survei terbaru dari Litbang Kompas menunjukkan, elektabilitas Jokowi-Ma’ruf berada di angka 49,2 persen. Sementara Prabowo-Sandiaga 37,4 persen. Adapun 13,4 persen responden menyatakan rahasia. Swing voter atau pemilih mengambang ini bakal menjadi rebutan kedua paslon jelang Pilpres April mendatang.

POLITIKUS PDI Perjuangan, Eva Kusuma Sundari, menyebut hasil survei terbaru Litbang Kompas yang memperlihatkan elektabilitas Jokowi – Ma’ruf turun hingga di bawah 50 persen, merupakan sebuah anomali. Legislator PDIP itu bahkan kaget karena penurunan elektabilitas Jokowi – Ma’ruf dibarengi kenaikan tingkat keterpilihan Prabowo Subianto – Sandiaga S Uno.

“Ya kaget juga sih, karena di tujuh atau delapan survei lain yang kredibel-kredibel itu hasilnya mirip ya. Nah tiba-tiba Litbang Kompas pada hari ini launching yang hasilnya sangat tidak sama, dengan (elektabilitas) Pak Jokowi turun,” ucap Eva seperti dikutip dari JPNN, Rabu (20/3).

Survei Litbang Kompas menggunakan metode pengumpulan pendapat melalui wawancara tatap muka terhadap 2.000 respondenn

pada periode 22 Februari – 5 Maret. Margin of error survei di 34 provinsi itu kurang lebih 2,2 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.

“Saya melihatnya anomali dibanding riset-riset yang lain, tetapi ya semuanya tergantung metodologi kan. Kalau metodologinya Litbang Kompas memang agak berbeda, saya enggak tahu berbedanya di mana, dan hasilnya seperti itu. Apalagi kenyataannya undecited voters-nya juga tinggi,” tutur mantan dosen itu.

Sekretaris Sekolah PDIP itu menambahkan, tingkat kepuasan warga terhadap kinerja Jokowi di atas 60 persen. Anehnya, hasil survei memperlihatkan elektabilitas Jokowi tergerus, padahal Presiden Ketujuh RI itu tak membuat kontroversi sebagaimana Basuki T Purnama alias Ahok.

“Kan aneh kalau incumbent dengan hasil di mana 60 persen penduduknya sangat puas atau puas (dengan kinerjanya), kok hasilnya seperti ini,” jelasnya.

Meski demikian Eva meyakini Jokowi akan menang. Bahkan, sekretaris Sekolah PDIP itu mengaku optimistis raihan suara Jokowi akan melebihi Pilpres 2014. “Sekali lagi ini (hasil survei Litbang Kompas, red) untuk introspeksi dan direspons secara produktif, sehingga menambah peluang Pak Jokowi untuk menang,” kata anak buah Megawati Soekarnoputri di PDIP itu.

Politikus Golkar Ace Hasan Syadzily yang juga juru bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi – Ma’ruf menyatakan, ada penurunan tingkat kepuasan publik atas kinerja pemerintahan saat ini. Tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Presiden Jokowi yang pada Oktober 2018 masih di angka 71 persen, belakangan turun menjadi 58 persen.

Penurunan tingkat kepuasan publik itu, menurut Ace, karena Jokowi terus digempur hoaks sehingga TKN pun bekerja ekstra. “Kami gencarkan kembali prestasi dan capaian keberhasilan pemerintahan Jokowi yang dilakukan para kader partai koalisi dan para relawan,” kata Ace.

Ketua DPP Partai Golkar ini mengatakan, undecided voters dalam survei Litbang Kompas masih sebesar 13,4 persen. Karena itu dalam sisa waktu satu bulan ini, katanya, TKN akan menggenjot upaya mengampanyekan keberhasilan pemerintahan Presiden Jokowi.

“Para pendukung yang militan itu kami instruksikan supaya melakukan kampanye dari pintu ke pintu dan meyakinkan para pemilih yang belum menentukan pilihannya ,” ungkap Ace.

Sementara itu, Sekretaris Tim Kampanye Nasional Joko Widodo – KH Ma’ruf Amin Hasto Kristiyanto menilai hasil survei sejumlah lembaga yang kredibel seperti Indikator Indonesia, SMRC, LSI, Populi, Charta Politika, Polmark, Litbang Kompas, Roy Morgan, dan lain-lain menggambarkan tercapainya situasi steady state cenderung flat.

“Kampanye yang panjang menjadikan die hard paslon 01 dan 02 mencapai kondisi maksimum. Dinamika politik ditentukan gerak pemilih mengambang dan pemilih yang belum mengambil keputusan dengan jumlah yang kian mengecil dan sulit mengejar selisih Jokowi – KH Maruf Amin yang berada antara 13,5 persen hingga 26 persen di atas Prabowo-Sandi,” kata Hasto, Rabu (20/3).

Hasil survei terakhir Litbang Kompas juga menunjukkan hal yang tidak jauh berbeda. Dia memperkirakan hasil mencapai 56,8 persen untuk Jokowi – KH Ma’ruf dibandingkan Prabowo – Sandi 43,2 persen sebagai gambaran pematangan maksimum pendukung die hard masing-masing paslon.

“Seluruh parpol Koalisi Indonesia Kerja pascakonsolidasi dengan para kepala daerah, wakil kepala daerah, dan pimpinan DPRD, semakin memerkuat gerak teritorial guna memertebal selisih kemenangan bagi Jokowi – KH Maruf Amin,” jelas Hasto.

Oleh karena itu, sekretaris jenderal PDI Perjuangan ini menyatakan, ke depan, pihaknya akan bergerak secara masif dan melalui pendekatan multidimensional. “Seluruh parpol pendukung Pak Jokowi akan kedepankan langkah rekonsiliasi akibat ketegangan politik selama pemilu,” tandas dia.

Juru Bicara TKN, Garda Maharsi menyebut, turun karena hoaks dan fitnah yang belakangan makin masif menjelang pemungutan suara. “Ketertinggalan kami di beberapa titik, itu terjadi karena upaya hoaks, upaya politik identitas yang dilakukan secara masif,” kata Garda dalam diskusi ‘mengukur berbagai hasil survei’ di Jakarta, Rabu (20/3/2019).

Garda mengatakan, dengan hasil survei tersebut pihaknya tetap optimistis bahwa Jokowi-Ma’ruf akan tetap meraih kemenangan di Pilpres 2019 nanti. Menurut dia, Jokowi-Ma’ruf juga mempunyai pendukung militan yang siap mengklarifikasi hoaks di masyarakat.

“Kami punya pasukan darat yang berputar dari pintu ke pintu menjelaskan,” kata politisi PDI-P ini.

Wakil Ketua TKN Jokowi-Ma’ruf, Johnny G Plate, menilai tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari survei Litbang Kompas. “Kami tetap optimis karena perbedaannya masih dua digit. Yang penting (beda) satu suara sekalipun tetapi menang kan,” ujar Johnny.

Menurut Johnny, elektabilitas Prabowo-Sandiaga sangat sulit menembus 45 persen. Di sejumlah survei, tren kenaikan elektabilitas Prabowo-Sandiaga hanya sekitar 4 persen saja. “Ini tinggal 1 bulan lho, enggak bisa itu untuk melewati batas psikologis di 45 persen, untuk menyentuh 40 persen pun sulit,” ujar Johnny.

Kampanyekan Program Rasional

Menyikapi menipisnya perbedaan elektabilitas kedua paslon, koordinator juru bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo – Sandi, Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan, pihaknya berusaha untuk bisa meraup suara dari swing voters atau masyarakat yang belum menentukan pilihan dalam sisa waktu menuju Pilpres 2019.

“Sekarang fokus upaya menggaet swing voters melalui program-program yang rasional dengan perspektif jangka panjang,” kata Dahnil kepada wartawan, Rabu (20/3).

Eks Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah ini menambahkan, setelah melihat survei terbaru, mereka semakin yakin pasangan Prabowo – Sandiaga dapat memenangkan Pilpres 2019. “Dari BPN telah melihat gelombang perubahan sulit dibendung. Rakyat menginginkan ada pergantian kepemimpinan,” kata Dahnil.

Senada, politikus Partai Demokrat (PD) Ferdinand Hutahaean yang juga juru bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo – Sandi mengatakan, makin yakin jagonya bakal memenangi Pilpres 2019. Menurutnya, survei Litbang Kompas menjadi sinyal positif bagi Prabowo – Sandi, sekaligus warning bagi Jokowi – Ma’ruf.

“Hari ini (Jokowi – Ma’ruf) tercatat di bawah 50 persen,dan memiliki tren elektabilitas terus menurun. Ini jelas angka yang membahayakan bagi petahana,” ujar Ferdinand, Rabu (20/3).

Ferdinand menambahkan, dalam survei Litbang Kompas ada undecided voters 13,4 persen. Angka itu lebih besar dari selisih elektabilitas Jokowi – Ma’ruf dengan Prabowo – Sandi.

“Jadi responden yang belum memilih masih sangat besar tentu jadi peluang Prabowo masih sangat besar,” tuturnya. “Ini tanda sinyal darurat bagi Jokowi, karena pada 17 April nanti Indonesia punya presiden baru ,” katanya.

Sementara Wakil Sekjen Partai Gerindra Andre Rosiade mengungkap tanda-tanda akan berakhirnya era Jokowi semakin terlihat.

Namun, angka bulan Maret ini menunjukkan adanya penurunan signifikan paslon 01 sementara paslon 02 cenderung naik dari Oktober 2018. Hal ini pun menjadi sinyal buruk bagi petahana yang angka surveinya di bawah 50 persen.

“Litbang Kompas sudah berikan sinyal kepada rakyat Indonesia kekalahan Jokowi. Ini sinyal kalah 01 dan Jokowi sudah game over,” ujar Andre seperti dikutip dari RMOL.

Menurut dia, seharusnya petahana itu di atas 50 persen, seperti SBY saat maju di 2009. Andre bahkan mengklaim dalam survei internalnya, pasangan 02 sudah unggul dengan emperoleh angka 48 persen, sementara 01 hanya 46 persen.

“Kami membaca survei Litbang Kompas itu dengan cara kami membaca survei internal kami, jadi ada kesesuaian,” pungkasnya. (cuy/fat/ tan/boy/jpnn/bbs)

.

SUMUTPOS.CO – Selisih elektabilitas antara paslon nomor urut 01 Joko Widodo – Ma’ruf Amin tampaknya semakin menipis dengan Prabowo – Sandiaga. Hasil survei terbaru dari Litbang Kompas menunjukkan, elektabilitas Jokowi-Ma’ruf berada di angka 49,2 persen. Sementara Prabowo-Sandiaga 37,4 persen. Adapun 13,4 persen responden menyatakan rahasia. Swing voter atau pemilih mengambang ini bakal menjadi rebutan kedua paslon jelang Pilpres April mendatang.

POLITIKUS PDI Perjuangan, Eva Kusuma Sundari, menyebut hasil survei terbaru Litbang Kompas yang memperlihatkan elektabilitas Jokowi – Ma’ruf turun hingga di bawah 50 persen, merupakan sebuah anomali. Legislator PDIP itu bahkan kaget karena penurunan elektabilitas Jokowi – Ma’ruf dibarengi kenaikan tingkat keterpilihan Prabowo Subianto – Sandiaga S Uno.

“Ya kaget juga sih, karena di tujuh atau delapan survei lain yang kredibel-kredibel itu hasilnya mirip ya. Nah tiba-tiba Litbang Kompas pada hari ini launching yang hasilnya sangat tidak sama, dengan (elektabilitas) Pak Jokowi turun,” ucap Eva seperti dikutip dari JPNN, Rabu (20/3).

Survei Litbang Kompas menggunakan metode pengumpulan pendapat melalui wawancara tatap muka terhadap 2.000 respondenn

pada periode 22 Februari – 5 Maret. Margin of error survei di 34 provinsi itu kurang lebih 2,2 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.

“Saya melihatnya anomali dibanding riset-riset yang lain, tetapi ya semuanya tergantung metodologi kan. Kalau metodologinya Litbang Kompas memang agak berbeda, saya enggak tahu berbedanya di mana, dan hasilnya seperti itu. Apalagi kenyataannya undecited voters-nya juga tinggi,” tutur mantan dosen itu.

Sekretaris Sekolah PDIP itu menambahkan, tingkat kepuasan warga terhadap kinerja Jokowi di atas 60 persen. Anehnya, hasil survei memperlihatkan elektabilitas Jokowi tergerus, padahal Presiden Ketujuh RI itu tak membuat kontroversi sebagaimana Basuki T Purnama alias Ahok.

“Kan aneh kalau incumbent dengan hasil di mana 60 persen penduduknya sangat puas atau puas (dengan kinerjanya), kok hasilnya seperti ini,” jelasnya.

Meski demikian Eva meyakini Jokowi akan menang. Bahkan, sekretaris Sekolah PDIP itu mengaku optimistis raihan suara Jokowi akan melebihi Pilpres 2014. “Sekali lagi ini (hasil survei Litbang Kompas, red) untuk introspeksi dan direspons secara produktif, sehingga menambah peluang Pak Jokowi untuk menang,” kata anak buah Megawati Soekarnoputri di PDIP itu.

Politikus Golkar Ace Hasan Syadzily yang juga juru bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi – Ma’ruf menyatakan, ada penurunan tingkat kepuasan publik atas kinerja pemerintahan saat ini. Tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Presiden Jokowi yang pada Oktober 2018 masih di angka 71 persen, belakangan turun menjadi 58 persen.

Penurunan tingkat kepuasan publik itu, menurut Ace, karena Jokowi terus digempur hoaks sehingga TKN pun bekerja ekstra. “Kami gencarkan kembali prestasi dan capaian keberhasilan pemerintahan Jokowi yang dilakukan para kader partai koalisi dan para relawan,” kata Ace.

Ketua DPP Partai Golkar ini mengatakan, undecided voters dalam survei Litbang Kompas masih sebesar 13,4 persen. Karena itu dalam sisa waktu satu bulan ini, katanya, TKN akan menggenjot upaya mengampanyekan keberhasilan pemerintahan Presiden Jokowi.

“Para pendukung yang militan itu kami instruksikan supaya melakukan kampanye dari pintu ke pintu dan meyakinkan para pemilih yang belum menentukan pilihannya ,” ungkap Ace.

Sementara itu, Sekretaris Tim Kampanye Nasional Joko Widodo – KH Ma’ruf Amin Hasto Kristiyanto menilai hasil survei sejumlah lembaga yang kredibel seperti Indikator Indonesia, SMRC, LSI, Populi, Charta Politika, Polmark, Litbang Kompas, Roy Morgan, dan lain-lain menggambarkan tercapainya situasi steady state cenderung flat.

“Kampanye yang panjang menjadikan die hard paslon 01 dan 02 mencapai kondisi maksimum. Dinamika politik ditentukan gerak pemilih mengambang dan pemilih yang belum mengambil keputusan dengan jumlah yang kian mengecil dan sulit mengejar selisih Jokowi – KH Maruf Amin yang berada antara 13,5 persen hingga 26 persen di atas Prabowo-Sandi,” kata Hasto, Rabu (20/3).

Hasil survei terakhir Litbang Kompas juga menunjukkan hal yang tidak jauh berbeda. Dia memperkirakan hasil mencapai 56,8 persen untuk Jokowi – KH Ma’ruf dibandingkan Prabowo – Sandi 43,2 persen sebagai gambaran pematangan maksimum pendukung die hard masing-masing paslon.

“Seluruh parpol Koalisi Indonesia Kerja pascakonsolidasi dengan para kepala daerah, wakil kepala daerah, dan pimpinan DPRD, semakin memerkuat gerak teritorial guna memertebal selisih kemenangan bagi Jokowi – KH Maruf Amin,” jelas Hasto.

Oleh karena itu, sekretaris jenderal PDI Perjuangan ini menyatakan, ke depan, pihaknya akan bergerak secara masif dan melalui pendekatan multidimensional. “Seluruh parpol pendukung Pak Jokowi akan kedepankan langkah rekonsiliasi akibat ketegangan politik selama pemilu,” tandas dia.

Juru Bicara TKN, Garda Maharsi menyebut, turun karena hoaks dan fitnah yang belakangan makin masif menjelang pemungutan suara. “Ketertinggalan kami di beberapa titik, itu terjadi karena upaya hoaks, upaya politik identitas yang dilakukan secara masif,” kata Garda dalam diskusi ‘mengukur berbagai hasil survei’ di Jakarta, Rabu (20/3/2019).

Garda mengatakan, dengan hasil survei tersebut pihaknya tetap optimistis bahwa Jokowi-Ma’ruf akan tetap meraih kemenangan di Pilpres 2019 nanti. Menurut dia, Jokowi-Ma’ruf juga mempunyai pendukung militan yang siap mengklarifikasi hoaks di masyarakat.

“Kami punya pasukan darat yang berputar dari pintu ke pintu menjelaskan,” kata politisi PDI-P ini.

Wakil Ketua TKN Jokowi-Ma’ruf, Johnny G Plate, menilai tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari survei Litbang Kompas. “Kami tetap optimis karena perbedaannya masih dua digit. Yang penting (beda) satu suara sekalipun tetapi menang kan,” ujar Johnny.

Menurut Johnny, elektabilitas Prabowo-Sandiaga sangat sulit menembus 45 persen. Di sejumlah survei, tren kenaikan elektabilitas Prabowo-Sandiaga hanya sekitar 4 persen saja. “Ini tinggal 1 bulan lho, enggak bisa itu untuk melewati batas psikologis di 45 persen, untuk menyentuh 40 persen pun sulit,” ujar Johnny.

Kampanyekan Program Rasional

Menyikapi menipisnya perbedaan elektabilitas kedua paslon, koordinator juru bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo – Sandi, Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan, pihaknya berusaha untuk bisa meraup suara dari swing voters atau masyarakat yang belum menentukan pilihan dalam sisa waktu menuju Pilpres 2019.

“Sekarang fokus upaya menggaet swing voters melalui program-program yang rasional dengan perspektif jangka panjang,” kata Dahnil kepada wartawan, Rabu (20/3).

Eks Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah ini menambahkan, setelah melihat survei terbaru, mereka semakin yakin pasangan Prabowo – Sandiaga dapat memenangkan Pilpres 2019. “Dari BPN telah melihat gelombang perubahan sulit dibendung. Rakyat menginginkan ada pergantian kepemimpinan,” kata Dahnil.

Senada, politikus Partai Demokrat (PD) Ferdinand Hutahaean yang juga juru bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo – Sandi mengatakan, makin yakin jagonya bakal memenangi Pilpres 2019. Menurutnya, survei Litbang Kompas menjadi sinyal positif bagi Prabowo – Sandi, sekaligus warning bagi Jokowi – Ma’ruf.

“Hari ini (Jokowi – Ma’ruf) tercatat di bawah 50 persen,dan memiliki tren elektabilitas terus menurun. Ini jelas angka yang membahayakan bagi petahana,” ujar Ferdinand, Rabu (20/3).

Ferdinand menambahkan, dalam survei Litbang Kompas ada undecided voters 13,4 persen. Angka itu lebih besar dari selisih elektabilitas Jokowi – Ma’ruf dengan Prabowo – Sandi.

“Jadi responden yang belum memilih masih sangat besar tentu jadi peluang Prabowo masih sangat besar,” tuturnya. “Ini tanda sinyal darurat bagi Jokowi, karena pada 17 April nanti Indonesia punya presiden baru ,” katanya.

Sementara Wakil Sekjen Partai Gerindra Andre Rosiade mengungkap tanda-tanda akan berakhirnya era Jokowi semakin terlihat.

Namun, angka bulan Maret ini menunjukkan adanya penurunan signifikan paslon 01 sementara paslon 02 cenderung naik dari Oktober 2018. Hal ini pun menjadi sinyal buruk bagi petahana yang angka surveinya di bawah 50 persen.

“Litbang Kompas sudah berikan sinyal kepada rakyat Indonesia kekalahan Jokowi. Ini sinyal kalah 01 dan Jokowi sudah game over,” ujar Andre seperti dikutip dari RMOL.

Menurut dia, seharusnya petahana itu di atas 50 persen, seperti SBY saat maju di 2009. Andre bahkan mengklaim dalam survei internalnya, pasangan 02 sudah unggul dengan emperoleh angka 48 persen, sementara 01 hanya 46 persen.

“Kami membaca survei Litbang Kompas itu dengan cara kami membaca survei internal kami, jadi ada kesesuaian,” pungkasnya. (cuy/fat/ tan/boy/jpnn/bbs)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/