23.1 C
Medan
Monday, January 20, 2025

Pakai Sampel Perempuan Indonesia, Langsung Bunuh Sel Punca Kanker

Setelah berhasil “menernakkan” sel kanker payudara, Arleni dengan leluasa mencari “tersangka” sel kanker payudara aktif kembali setelah diterapi antiestrogen. Dugaan paling utama, kehidupan kembali dan resistansi itu disebabkan adanya komunikasi silang (crosstalk) di antara dua jalur sinyal estrogen. “Yaitu, jalur genomik dan nongenomik,” kata dia.

Dua jalur itu menjadi penyebab resistansi karena dapat memengaruhi produksi dan aktivitas biologi sel. Lebih lanjut, kondisi tersebut akan memengaruhi sel punca kanker (cancer stem cells/CSC) pasien kanker payudara.

Menurut lulusan program magister ilmu biomedik FK UI itu, CSC merupakan populasi minor dalam sel kanker. Meski begitu, ia memiliki sifat atau karakter yang membahayakan. Yakni, kemampuan memperbarui diri (self renewal) dan membentuk beberapa sel berbeda yang memiliki ketahanan hidup tinggi (pluripotent).

Dengan hasil penelitian itu, Arleni menemukan alternatif baru dalam terapi penderita kanker payudara. Yakni, mengembangkan terapi gen antioksidan dengan target membunuh sel punca kanker. “Membunuh sel punca kanker payudara ini akan mencegah potensi sel kanker menjadi hidup kembali dan resistan (kebal, Red),” ujar anggota Asosiasi Sel Punca Indonesia (ASPI) itu.

Arleni yang pernah mendapat Satyalancana Karya Satya pada 2009 itu menuturkan, bagi masyarakat luas, terapi membunuh target sel punca tersebut akan bermakna besar. “Karena sel punca kanker selama ini yang paling bertanggung jawab dalam resistansi dan kekambuhan kanker payudara,” jelas dia. (*/c10/end)

Setelah berhasil “menernakkan” sel kanker payudara, Arleni dengan leluasa mencari “tersangka” sel kanker payudara aktif kembali setelah diterapi antiestrogen. Dugaan paling utama, kehidupan kembali dan resistansi itu disebabkan adanya komunikasi silang (crosstalk) di antara dua jalur sinyal estrogen. “Yaitu, jalur genomik dan nongenomik,” kata dia.

Dua jalur itu menjadi penyebab resistansi karena dapat memengaruhi produksi dan aktivitas biologi sel. Lebih lanjut, kondisi tersebut akan memengaruhi sel punca kanker (cancer stem cells/CSC) pasien kanker payudara.

Menurut lulusan program magister ilmu biomedik FK UI itu, CSC merupakan populasi minor dalam sel kanker. Meski begitu, ia memiliki sifat atau karakter yang membahayakan. Yakni, kemampuan memperbarui diri (self renewal) dan membentuk beberapa sel berbeda yang memiliki ketahanan hidup tinggi (pluripotent).

Dengan hasil penelitian itu, Arleni menemukan alternatif baru dalam terapi penderita kanker payudara. Yakni, mengembangkan terapi gen antioksidan dengan target membunuh sel punca kanker. “Membunuh sel punca kanker payudara ini akan mencegah potensi sel kanker menjadi hidup kembali dan resistan (kebal, Red),” ujar anggota Asosiasi Sel Punca Indonesia (ASPI) itu.

Arleni yang pernah mendapat Satyalancana Karya Satya pada 2009 itu menuturkan, bagi masyarakat luas, terapi membunuh target sel punca tersebut akan bermakna besar. “Karena sel punca kanker selama ini yang paling bertanggung jawab dalam resistansi dan kekambuhan kanker payudara,” jelas dia. (*/c10/end)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/