MEDAN-Pekan Flori dan Flora Nasional (PF2N) ke-5 2012 resmi dibuka oleh Menteri Pertanian (Mentan), Dr Ir Suswono, MMA ditandai dengan pengguntingan untaian melati oleh Mentan didampingi Wakil Mentan Dr Rusman Heriawan, Plt Gubsu H Gatot Pujonugroho, Wali Kota Medan, Drs H Rahudman Harahap MM, Dirjen Hortikultura DR Ir Hasanuddin Ibrahim, anggota Komisi IV DPR RI Drs Djafar Nainggolan MM Dirjen, Wakil Wali Kota, Drs H Dzulmi Eldin MSi, Sekda Ir Syaiful Bahri, Kadis Pertanian Sumut, Ir Roem serta perwakilan dari 33 provinsi.
Selanjutnya, dilakukan panen jambore varietas sekaligus peninjauan tanaman varietas seperti oriental melon, cabai, jagung, jambu kristal,pafri, sawi, kangkung, tomat, jahe, terong, semangka, buncis, ganmbas, kacang panjang, timun dan kol.
Dalam peninjauan itu, Mentan didampingi istri Plt Gubsu, Sutiyas Handyani, istri Wali Kota Medan, Hj Yuisra Siregar memanen oriental melon yang selama ini dipasarkan ke luar negeri, cabai, kacang panjang dan tomat.
Usai peninjauan dan panen dilanjutkan dengan penananam bibit jambu kristal yang berasal dari Lampung. Lalu dilanjutnya dengan penyerahan 4.000 benih jambu kristal untuk warga Kota Medan oleh Mentan kepada Wali Kota Medan, Rahudman Haraharap. Disusul penyerahan bibit sayuran untuk petani di Sumut.
Prosesi diteruskan dengan mencicipi langsung beberapa tanaman varietas seperti melon, jagung, jambu kristal dan semangka. Jambore varietas ditutup dengan acara pelepasan ekspor buah dan sayuran ke Singapura dan Jepang.
Disusul pelepasan parade mobil hias sebanyak 68 unit yang diikuti beberapa peserta PF2N, SKPD dan kecamatan se-Kota Medan. Sebelum pelepasan dilakukan diawali atraksi marching band dari Perguruan Sinar Husni, SMA Kartika 1-2 Medan, SD Muhammadiyah Kampung Dadap, SMP Kartika 1-2 Medan dan Perguruan Ikal serta sepeda motor Viar.
Atraksi marching band ini juga dimeriahkan dengan penampilan lintas budaya berupa taria-tarian Rere Na Marere, Gundala-Gundala, Sigale-gale serta Reog.
Mentan, Suswono mengaharapkan pameran mampu menarik perhatian para investor untuk berinvestasi di Indonesia. Sebab, potensi hortikultura yang dimiliki masing-masing daerah sangat variatif dan cukup besar sekali, termasuk dengan peluang pasarnya.
Karenanya, momen ini dapat membangun semangat untuk mengembangkan terus potensi hortikultura. Termasuk, membina para petani sehingga produk pertanian yang dihasilkan bisa berkompetisi dengan produk-produk pertanian dari negara lain.
Suswono menyampaikan Panen Jambore Varietas dan pelepasan karnaval kenderaan hias dalam rangka memeriahkan PF2N di Jalan Gatot Subroto Medan, persisnya samping Medan Fair Plaza, Rabu (20/6) sore bisa memberikan rangsangan terhadap para petani di Indonesia khususnya di Sumut untuk bisa bersaing dan mengekspor sayur-sayuran keluar negeri.
“Potensi hortikultura dari masing-masing daerah di Indonesia sangat variatif sekali. Ini bisa menjadi perangsang,” kata Suswono.
Menurut Suswono, pemerintah akan melindungi petani-petani di Indonesia agar tidak diserbu oleh hasil-hasil pertanian impor seperti buah-buahan maupun sayuran. Diakuinya, baik buah maupun sayuran hasil produk pertanian dalam negeri jauh lebih segar dan sehat dari hasil pertanian impor.
Hal ini tidak terlepas karena petani-petani di Indonesia sekarang sudah banyak meninggalkan pestisida dan beralih dengan pupuk organik.
“Saya kira peluang ini harus terus dikembangkan sehingga nantinya rakyat Indonesia lebih menghargai hasil pertanian dari dalam negeri. Harus diingat walaupun buah maupun sayuran dari luar negeri lebih murah dibandingkan dalam negeri namun hasilnya kurang sehat. Inilah yang sedang kita atur sehingga produk-produk yang masuk ke dalam negeri aman dikonsumsi,” ungkapnya.
Salah satu upaya yang dilakukan, lanjutnya, membatasi pintu masuk hasil pertanian dari luar negeri. Ini dilakukan supaya lebih terkontrol. Termasuk mengatur volume kapan jadwal masuk agar tidak distorsi dengan produk dalam negeri,” ungkapnya.
Wali Kota Medan, Drs H Rahudman Harahap MM menilai even PF2N tentunya sangat luar biasa bagi warga Kota Medan, sebab pameran hortikultura ini merupakan even nasional dan internasional.
“Kita harahapkan momen ini menjadi motivasi, terutama bagi para petani untuk lebih semangat untuk mengembangkan hasil pertaniannya,” kata Rahudman.
Pemko Medan siap membantu para petani di Kota Medan untuk meproduksi tanaman lebih baik dan siap bersaing di pasaran.
Plt Gubsu, Gatot Pudjo Nugroho menyatakan, sebagai negara tropis yang kaya dengan berbagai produk holtikultura tidak heran bila Sumut, sebagai salah satu penghasil produk sayur-sayuran, buah, hingga obat-obatan ini. Dirinya juga mengharapkan dengan adanya even ini akan membuka kesempatan investasi bagi petani dan perusahaan untuk mengembangkan usaha holtikultura ini hingga keluar negeri.
Dipadati Ribuan Pengunjung
Sementara itu ribuan pengunjung memadati lokasi pameran. Berbagai lapisan masyarakat yang datang terlihat antusias melihat berbagai jenis tanaman dan produk yang dipamerkan dalam even itu.
“Sepertinya pengunjungnya ribuan ya, 3 kali lipat di hari sebelumnya. Kalau kemarin-kemarin kan sore yang paling ramai,” ujar Wanda, peserta pameran kuliner.
Bukan hanya pameran bagian kuliner yang paling diminati, stand UKM pun tak luput dari pengunjung. Terutama bagi ibu rumah tangga, yang sangat antusias untuk melihat hasil kerajinan tangan.
Bawang Putih Mini
Salah satu jenis produk holtikultura yang di pamerkan bawang putih ukuran mini dengan panjang 3 cm dan tipis. Kalau yang dipasaran, 1 siung bawang putih memiliki panjang sekitar 6 cm dan tebal. Bawang putih ini merupakan produk dalam negeri dan harganya mahal.
Bawang putih dengan ukuran mini ini dapat dilihat di stan Nusa Tenggara Barat dan Papua Barat. Di dua provinsi ini, bawang putih sudah diproduksi sendiri, tetapi tidak banyak hanya untuk memenuhi kebutuhan setengah masyarakat saja.
“Ini untuk pertama kali panen bawang putih. Produksinya belum banyak, hanya mampu memenuhi kebutuhan setengah masyarakat saja,” ujar Staf Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortilultura Nusa Tenggara Barat, Desa.
Di provinsi ini, untuk pembudidayaan bawang putih hanya di Kabupaten Bima. Dan belum memiliki nama khusus untuk dipatenkan, karena ini merupakan produksi pertama. “Kita belum memiliki nama tetap untuk bawang ini, varietasnya sudah ada,” ujarnya.
Ibu Desa menyatakan, ukuran kecil pada bawang putih ini karena kurangnya tekhnologi dalam pengerjaannya. “Salah satu syarat untuk penanaman komoditas ini adalah tempatnya, bawang putih akan bagus hasilnya bila ditanam di dataran tinggi,” ujarnya.
Selain di Bima, kabupaten lain yang telah berhasil membudidayakan bawang putih ini adalah Sembalum, yang telah memiliki nama khusus.
Sedangkan untuk di Papua Barat, kendala yang dihadapi, tidak berbeda jauh dengan yang dihadapi di NTB. “Kultur tanah yang tidak cocok ya,” ujar Sherli, staf pertanian di Papua Barat. (ram)