PT Railink sebagai penyedia kereta api menuju Kualanamu saat ini terus melakukan simulasi terkait dengan penggunaan kereta. Simulasi ini berlangsung sejak 18 hingga 24 Juli mendatang dengan harapan, tidak ada lagi gangguan saat operasional penuh.
“POSISI kita adalah moda transportasi untuk bandara terbesar nomor dua di Indonesia. Kita akan memaksimalkannya sehingga tidak ada yang kecewa dengan keberadaan kita,” ujar Direktur Utama PT Railink, M Fadhila kemarin (20/7).
Dijelaskannya, pemaksimalan operasional tersebut karena ini yang pertama kali bandara di Indonesia menjadikan kereta api sebagai moda transportasi utama.
Dalam simulasi tersebut, selain masyarakat umum, keluarga karyawan PT KAI Divre I Sumut dipersilakan naik gratis. “Simulasi kita lakukan setiap pukul 10.40 WIB, setiap hari 1 kali pemberangkatan. Selain naik dengan kereta api, kita memberikan kesempatan peserta selama satu jam menikmati Kualanamu,” lanjutnya.
Pelaksanaan simulasi kereta api juga memperhitungkan dampak di sekitar kawasan operasional.
Hingga kemarin, kawasan Jalan Stasiun Medan terlihat macet, dipenuhi kendaraan roda empat yang parker berlapis.
Ruas jalanan yang dipergunakan hanya satu jalur saja.
Dari simulasi juga diketahui, dibutuhkan pramugara atau pramugari kereta api yang membantu para penumpang menuju Kualanamu. Bahkan, saat memberikan pemberitahuan kepada penumpang, menggunakan 2 bahasa, bahasa Inggris, dan bahasa Indonesia. “Kita ingin menyeseuaikan kereta api sama seperti di luar negeri. Karena itu, kita berharap dan melakukan yang sebaik mungkin,” lanjutnya.
Kereta Korea Hadir Agustus M Fadhila juga menyatakan, empat gerbong kereta asal Korea akan tiba di kota Medan dalam dua tahap. Tahap pertama awal Agustus sebanyak dua kereta, dan tahap kedua, awal September. Sedangkan saat ini masih meminjam armada dari PT Inka. “Kita lakukan evaluasi dahulu. Apakah akan diperpanjang peminjamannya, atau seperti apa,” ujarnya.
Kapasitas penumpang dari PT Inka lebih banyak bila dibandingkan dengan kereta dari Korea. Perbandingannya, satu rangkaian dari PT Inka dapat menampung hingga 308 penumpang, sedangkan kereta dari Korea maksimla menampung 172 penumpang.
“Kereta dari korea lebih luas, sehinggga masyarakat yang menggunakan tidak merasa kesempitan atau sesak,” jelasnya.
Untuk tahap awal, frekwensi pengoperasionalan kereta api 20 kali pulang pergi. Tetapi, bila perkembangan terus meningkat, dimkasimlakan menjadi 17 kali perjalanan pergi, dan 17 kali perjalanan pulang.
Diakuinya, semakin banyak kereta yang beroperasional, semakin besar pula kemungkinan macet di kota Medan. Karena itu, dirinya berharap pemerintah daerah segera merealisasikan ide pembangunan jalan layang di lintasan kereta api. “Kita berharap seperti itu. Karena kereta api lebih memungkinkan untuk mencegah macet,” ungkapnya.
Terkait harga tiket yang ditawarkan, dengan yakin Fadhila menyebut angka Rp80 ribu sebagai harga promo. Di waktu normal, harga mencapai Rp120-an ribu. “Walaupun ini harga promo bukan berarti akan langsung kita naikkan atau kembalikan ke harga seharusnya.
Itu semua tergantung evaluasi. Kalaupun ada kenaikan harga, paling cepat itu tahun depan,” tutupnya. (ram)