MEDAN, SUMUTPOS.CO -Bikers becak bermotor (betor) yang sudah gabung ke aplikasi GrabBetor dianggap penghianat oleh Solidaritas Angkutan Transportasi Umum (SATU) Sumatera Utara. SATU masih tetap pada pendiriannya, menolak keras angkutan berbasis aplikasi beroperasi sebelum memenuhi ketentuan perundang-undangan.
“Dari awalkan saya sudah sampaikan, bahwa SATU menolak kehadiran transportasi aplikasi termasuk GrabBetor. Dari dulu kita tidak akan bisa berdampingan dengan mereka, karena belum ada pembenahan dari pemerintah terhadap angkutan konvensional,” kata Koordinator Wilayah SATU Johan Merdeka kepada Sumut Pos, Minggu (20/8).
Menurutnya, pemerintah terlebih dahulu harus memberi atensi terhadap angkutan konvensional agar tidak menjadi bumerang bagi angkutan tersebut karena hadirnya angkutan berbasis aplikasi. “Adanya GrabBetor ini sedari awal sudah kita tolak, apapun namanya itu angkutan online karena tidak memanusiakan manusia. Bayangkan saja sekarang ini driver online sudah mengeluh dengan pendapatan yang mereka diterima, ditambah lagi ada GrabBetor,” ungkapnya.
Johan mengetahui bahwa sudah ada sejumlah GrabBetor yang beroperasi di Kota Medan belakangan ini. Pihaknya juga tidak mempermasalahkan atas kehadiran aplikasi terobosan Grab Indonesia itu. Hanya saja pihaknya menganggap bergabungnya bikers ke aplikasi GrabBetor sebagai bentuk pengkhianatan dan upaya memecah belah perjuangan SATU selama ini.
“Silahkan saja, abang beca kan punya hak menentukan pilihan. Tapi dari awal kita sudah pertegas dan bukan mengancam, apabila ke depan terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan terhadap atribut yang mereka gunakan, tidak menjadi tanggung jawab pelaku transportasi umum. Karena kami melihat, (GrabBetor) ini sebagai upaya pecah-belah dan penghianatan abang beca dan pengusaha beca yang mendorong abang beca masuk ke Grab Betor,” katanya.
Meski demikian, dia belum menemukan anggota SATU yang bergabung ke aplikasi Grab Betor sejauh ini. Menurutnya, pemerintah bertanggungjawab atas peremajaan transportasi umum termasuk betor. Sebab dengan hadirnya para driver dan biker angkutan aplikasi, bisa menyebabkan pelaku angkutan konvensional kalah bersaing. “Di Sumut sendiri belum ada aturannya jelas terkait angkutan online. Bahkan hal itu belum seutuhnya diikuti penyelanggara aplikasi tersebut, termasuk izin operasional yang sampai hari ini belum ada,” tegasnya.