MEDAN, SUMUTPOS.CO – Dorong perkembangan UMKM, dosen Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara (USU) melakukan pengabdian kepada masyarakat (PKM) di UMKM Tempe Misran, di Jalan Pasar 1 Tanjung Sari, Kota Medan. Kegiatan ini, sebagai wujud pelaksanaan salah satu pilar tri dharma perguruan tinggi yaitu pengabdian kepada masyarakat dalam peningkatan perekonomian masyarakat dalam sektor UMKM.
Kegiatan ini diketuai oleh Prof. Dr. Ir. Elisa Julianti, M.Si dari program studi S2 Ilmu Pangan Fakultas Pertanian, dengan beranggotakan Prof. Dr. Halimatuddahliana, ST, MT dari Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik. Kemudian, Edy Syahputra Harahap, S.TP., M.Si, dan Syahira Addina, S.Pi., M.Si dari Program Studi S1 Teknologi Pangan Fakultas Pertanian, dan mengikutsertakan lima orang mahasiswa yang juga berasal dari Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian USU.
Di mana kegiatan pengabdian ini, mengusung tema ‘Peningkatan Produktivitas melalui Perbaikan Alat Pengolahan dan Inovasi Kemasan Produk Tempe di UMKM Tempe Misran’. Pelaksanaan pengabdian tersebut, didanai melalui Pendanaan Non PNBP USU Tahun 2022 Skema Profesor Mengabdi.
Prof Dr Ir Elisa Julianti menjelaskan, melalui upaya perbaikan alat dalam pengolahan tempe akan memberikan dampak yang sangat besar terhadap keberlangsungan serta peningkatan produksi tempe dari UMKM Misran tersebut. “Alat pengolahan yang diberikan adalah berupa alat perebus kacang kedelai. Karena, alat perebus yang dimiliki UMKM Tempe Misran selama ini sudah berusia tua, yang dilihat dari sisi hygenitasnya juga sudah tidak layak digunakan, karena dibuat dari plat alumunium yang mudah berkarat,” jelasnya dalam keterangan tertulis, Minggu (21/8).
Elisa mengatakan alat perebus yang diberikan terbuat dari stainless steel sehingga tidak mudah berkarat. Alat pengolahan lain yang diberikan adalah alat pemecah biji kedelai dengan kapasitas yang jauh lebih besar dari yang dimiliki oleh UMKM Tempe Misran saat ini. “Kapasitas alat pemecah biji kedelai yang diberikan dapat mencapai 1 ton biji kedelai per jamnya, sedangkan alat yang dimilik saat ini memiliki kapasitas 400 kg/jam,” ucap Elisa.
Selain itu, Ia mengatakan pada kegiatan pengabdian pada masyarakat ini juga dilakukan inovasi kemasan yang bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah dari produk tempe yang selama ini telah dipasarkan disekitaran Tanjung Sari Medan.
Elisa mengatakan, jenis kemasan yang digunakan selama ini oleh UMKM Tempe Misran adalah kemasan plastik tanpa diberi label.”Pada kegiatan ini tim abdimas USU melakukan disain label, juga pengujian komposisi gizi tempe untuk dapat ditampilkan pada label kemasan,” tuturnya.
Ia menjelaskan bahwa tim abdimas USU juga membantu UMKM Tempe Misran dalam pengurusan izin Pangan Industri Rumah tangga (PIRT) dari Dinas Kesehatan dan sertifikasi halal yang selanjutnya nomor PIRT dan logo halal dapat ditambahkan pada Label Kemasan Tempe yang akan dipasarkan oleh mitra. “Tempe merupakan makanan khas tradisional Indonesia yang memiliki sejuta manfaat dan telah mendunia untuk itu perlu perhatian khusus agar produksinya tetap terus berlangsung,” kata Elisa.
Dengan kegiatan ini, Elisa berharap dapat meningkatkan produktivitas pengolahan tempe serta modifikasi kemasan dan pemenuhan regulasi produk seperti izin PIRT dan halal. “Maka produk tempe dari UMKM Misran dapat dipasarkan tidak hanya dilingkungan sekitar akan tetapi dapat menembus pasar modern,” tandas Elisa.
Sementara itu, pemilik UMKM Tempe, Misran menjelaskan harga kedelai yang semakin naik menjadi kendala utama dalam mengatur strategi ukuran serta pasar tempe. “Saya berharap UMKM tetap bertahan ditengah harga kedelai yang melambung tinggi serta produktivitasnya dapat meningkat. Dengan adanya pengabdian masyarakat yang dilakukan tim abdimas USU ini,” ujar Misran.
Selain perbaikan alat dan inovasi kemasan tempe, tim Abdimas USU juga melakukan pembuatan tempe dengan substitusi kedelai menggunakan kacang merah dan jenis kacang-kacangan lain. Untuk mengurangi ketergantungan terhadap kacang kedelai. (gus/adz)