MEDAN, SUMUTPOS.CO – Seorang anggota klub sepeda yang kembali negatif setelah sempat dinyatakan positif terpapar Covid-19, berbagi kisah tentang dirinya terpapar virus dan apa yang dilakukannya agar kembali negatif dalam tempo dua minggu.
Dedy Armaya, dengan tegas meminta agar setiap orang yang dinyatakan positif Covid-19, tidak stres dan bersikap seolah divonis matin.
“Kenapa saya katakan begitu? Karena berdasar pengalaman saya pribadi. Saat itu, dokter yang hendak memberitahu saya positif Covid-19, tidak memberi motivasi agar saya tetap bersemangat. Malah ia terkesan meminta saya agar bersiap dengan dengan segala kemungkinan. Saya sempat berdebar. Tapi langsung berusaha tenang agar mental tidak drop. Saya jawab saat itu: dokter bukan Tuhan,” katanya mengawali kisah kepada Sumut Pos, kemarin.
Menolak stres karena positif Covid-19, Dedi pilih bangkit dan memperbanyak olahraga. “Setelah divonis dokter, saya justru makin rajin bersepeda bareng teman-teman. Tentu dengan tetap mengenakan masker dan menjaga jarak. Keringat membuat badan saya lebih fit dan sehat,” cetusnya.
Ia menduga, dirinya terpapar virus dari teman sesama anggota klub pesepeda di Medan. Saat itu, temannya melapor tidak bisa mencium aroma makanan. Takut Covid, temannya segera memeriksakan diri ke rumah sakit.
“Dia telepon saya, sedih dan khawatir terpapar Covid. Saya bilang, coba praktikkan nasehat nenek saya. Makan setengah sendok teh garam dapur. Itu resep nenek saya jika merasakan gejala sakit. Setelah beberapa saat, lanjutkan dengan minum kopi,” sarannya.
Percaya, temannya mempraktikkan. Hasilnya, indra penciumannya kembali. Ia bisa mencium aroma kopi sekalipun hasil swab ternyata memang dirinya positif Covid-19.
Tiga hari setelah temannya menelepon, giliran Dedi yang kehilangan indra penciuman. Aroma kayu putih dan parfum tidak dapat diciumnya.
Tak mau panik, ia juga langsung mencoba resep garam neneknya. Tak berapa lama, ia kembali bisa mencium. Tidak ada gejala lain selain kehilangan penciuman. Ia pun tenang.
Beberapa waktu kemudian, perusahaan tempatnya bekerja menggelar swab test rutin kepada seluruh karyawan. Dedi dinyatakan positif Covid-19.
“Memang tiga hari sebelum swab test, saya begadang terus karena ada pekerjaan. Tidur jam 2 dan bangun jam 6 pagi. Kondisi tubuh kurang fit karena tidur hanya 4 jam selama tiga hari berturut-turut. Jadi saya duga, imun tubuh kurang kuat sehingga hasil testnya positif,” aku pria berusia 40 tahun ini.
Tak mau mentalnya drop dengan perkataan dokter, Dedi memperbanyak olahraga sepeda sekaligus kena sinar matahari selama proses penyembuhan. Keringat mengucur deras setiap kali dirinya berolaharga. Ia merasa sehat.
“Intinya tetap ceria, berpikiran positif sambil terus berolahraga. Pikiran tenang dan tetap positif dapat memperkuat imun tubuh. Saya ikut swab test dua minggu kemudian. Hasilnya negatif. Keluarga juga negatif… alhamdulillah,” katanya sembari tersenyum lebar.
Saudaranya juga ada yang pernah positif Covid-19. Dilawan dengan minum larutan oralit setiap hari. Idenya diperoleh dari sebuah status di Instagram. Ternyata sembuh.
“Kesimpulan saya, ikhtiar sambil tetap berpikiran positif, peluang sembuh dari Covid-19 itu besar, selama tidak ada penyakit penyerta. Pesan saya, orang yang positif Covid-19 butuh dukungan psikologis. Jadi jangan dijauhi. Dan pesna kepada yang terpapar Covid-19, aktiflah bergerak. Jangan berdiam diri,” cetus ayah 3 anak ini mengakhiri.
Tak lupa, ia meminta semua orang agar tetap memakai masker, cuci tangan, dan jaga jarak. (mea)