I Gede Siman Sudartawa, Raja Gaya Punggung Asia Tenggara
Jangankan event sebesar SEA Games, di level sekelas PON saja, I Gede Siman Sudartawa belum pernah turun. Keberhasilannya menggondol empat emas sekaligus mencatat tiga rekor SEA Games XXVI/2011 membuat publik Indonesia tercengang.
HUJAN deras mengguyur kolam renang KONI Jawa Timur pada Jumat petang (30/12). Azan Magrib berkumandang. Arena juga mulai gelap. Namun, itu tidak menyurutkan tekad ratusan penonton untuk bertahan dan menyaksikan Kejuaraan Renang Antar Perkumpulan Seluruh Indonesia (KRAPSI) Ke-33.
Beberapa perenang junior yang sedang melakukan pemanasan menghentikan aktivitas. Mereka bergerombol di tenda belakang petugas pencatat waktu. Beberapa panitia mengambil kamera saku dan siap merekam adegan yang hendak berlangsung.
Perlombaan terakhir sektor putra pada ajang yang berlangsung empat hari tersebut memang teramat sayang untuk diabaikan. Sebab, sesi itu melibatkan dua perenang gaya punggung terbaik Asia Tenggara saat ini, I Gede Siman Sudartawa dan Glenn Victor Sutanto.
Beradu sprint di nomor 50 meter gaya punggung putra, Siman menunjukkan kelasnya. Pemuda 17 tahun, kelahiran Klungkung, Bali, tersebut menjadi juara dengan catatan waktu 26,39 detik. Dia unggul tipis atas Glenn di posisi runner-up dengan 26,78 detik. Tribun langsung bergemuruh dengan aplaus panjang penonton.
Siman memang menjadi pusat perhatian utama di arena KRAPSI 2011. Penyebabnya apalagi kalau bukan prestasi gemilangnya di SEA Games XXVI/2012 pada November lalu. Sebelumnya, dia nyaris tidak dikenal.
Siman tampil luar biasa pada pesta olahraga Asia Tenggara dua tahunan tersebut. Perenang asal Klub Millenium Lumba-Lumba Riau itu mampu menggondol empat medali emas.
Siman berhasil membabat habis sektor gaya punggung putra dengan menjadi kampiun di nomor 50 meter, 100 meter, dan 200 meter. Capaian itu membuat dia sah disebut sebagai raja baru gaya punggung Asia Tenggara. Satu emas lagi diraih Siman bersama Glenn, Indra Gunawan, dan Triady Fauzi pada nomor 4 x 100 meter gaya ganti beregu putra.
“Jujur, saya terkejut. Padahal, saya adalah pelapis Glenn Victor di SEA Games. Jadi, memang tidak ada beban,” tutur Siman saat ditemui Jawa Pos pada arena KRAPSI 2011 (28/12).
Siman memang terlihat sangat rileks pada event yang juga merupakan pra kua lifikasi tahap terakhir PON XVIII/2012 itu. Atlet kelahiran 8 September 1994 tersebut terlihat lebih sibuk memotret dengan kamera milik salah seorang pelatihnya, mantan perenang nasional Felix Christiadi Sutanto.
Pada KRAPSI 2011 Siman hanya turun di dua nomor, 50 meter gaya dada dan 50 meter gaya punggung. Dia hanya berada di peringkat ketiga pada gaya dada.
Albert menyatakan, tampilnya Siman di nomor gaya punggung adalah sebuah keisengan.
“Saya memang memberikan kelonggaran besar kepada Siman. Setelah SEA Games, tekanannya memang tinggi sekali. Dia bukan robot. Setelah ini, saya akan push dia lagi,” jelasnya.
Siman mengungkapkan, kelonggaran itu bisa terlihat dari berat badannya yang naik 5 kilogram jika dibandingkan dengan SEA Games lalu. Putra pasangan I Ketut Sudartawa dan Ni Made Sri Karmini tersebut tidak menampik bahwa dirinya bekerja habis-habisan.
Buktinya, tidak hanya menggondol emas, dia juga memecahkan rekor SEA Games di nomor 100 meter gaya punggung dengan 55,59 detik. Capaian itu amat tajam. Sebab, pemegang rekor sebelumnya, Lim Keng Liat (Malaysia), ”hanya” mencatat waktu 56,16 detik pada 11 September 2001.
Selain itu, Siman membantu tim Indonesia mencetak rekor baru SEA Games di nomor 4 x 100 meter gaya ganti beregu putra dengan 3 menit 41,35 detik. Dia juga bisa disebut sebagai pemegang rekor SEA Games di nomor 50 meter gaya punggung. Sebab, dia mendapatkan medali emas pada nomor yang baru dilombakan tahun lalu itu.
Prestasi Siman tersebut seolah membangkitkan memori kejayaan renang putra Indonesia. Dengan empat emas, dia mengulangi prestasi perenang legendaris Wisnu Wardana pada SEA Games 1993.
“Sebenarnya, saya tidak menargetkan emas. Fokus saya hanya satu, mempertajam catatan waktu. Itu saja. Syukurlah, saya malah mendapatkan emas,” ungkap Siman.
Siman memang tidak mematok target apa pun.
Sebab, jangankan event besar seperti SEA Games, di level sekelas PON saja, dia belum pernah turun.
Maklum, dia baru masuk pemusatan latihan nasional (pelatnas) pada 1 Februari 2011. Dia mendepak tempat perenang Jawa Barat M. Idham Dasuki.
Perjuangan untuk masuk pelatnas tidak mudah.
Sebelumnya, Siman bukan siapa-siapa. Dia beberapa kali menjadi juara di kategori kelompok umur.
Namun, untuk bersaing di level senior, levelnya masih berada jauh di bawah. Terutama jika dibandingkan dengan peraih emas SEA Games 2009 Laos, Glenn.
Kerja keras dan tekad kuat Siman mampu membuat Glen gigit jari.
Pemegang dua rekor nasional itu hanya mendapatkan dua perak di 50 meter dan 100 meter gaya punggung. Padahal, Glenn adalah unggulan utama peraih emas, bukan Siman.
Kunci keberhasilan Siman adalah keberaniannya untuk hijrah ke Jakarta pada akhir 2009. Merasa tidak berkembang di Bali, Sri Karmini mendatangi PB PRSI.
Tujuannya, Siman mendapatkan program latihan yang lebih baik. PB mengumpulkan perenang-perenang muda terbaik nasional saat itu.
Kisah Siman berlangsung bak sinetron. Awalnya, dia ditolak dan disuruh pulang ke Bali karena tidak memenuhi kriteria. Tubuhnya terlalu pendek. Namun, Albert tidak tinggal diam.
Setelah melakukan analisis ketat, perenang yang pernah berlaga di delapan SEA Games tersebut memutuskan untuk memanggil kembali Siman ke Jakarta. Dia memasukkan Siman ke klub binaannya, Millenium Aquatic Swimming Club per 1 Januari 2010. “Saya setahun numpang tidur di rumah Ko Albert,” ungkap Siman.
Merasa mendapatkan kesempatan emas, Siman langsung bekerja keras. Tanpa keluhan, dia menerima program latihan yang amat ketat. Latihan pagi dilakoni tiga jam dan sore tiga jam plus program penguatan otot di fitness center pada siang.
Hasilnya dahsyat. Dalam setahun Siman masuk pelatnas. Sepuluh bulan kemudian, anak Klungkung tersebut menjadi pahlawan nasional di arena renang.
Namanya mendadak terkenal. Dia bolak-balik mengisi halaman koran dan masuk televisi setelah SEA Games. “Istilahnya, from zero to hero. Ternyata, dengan motivasi yang tinggi, saya bisa juga,” ujarnya.
(ainur rohman/c12/ko)
Ogah Bela Bali, Pilih Riau di PON
SAKIT hati I Gede Siman Sudartawa kepada Pengprov PRSI Bali belum sembuh benar. Siman menolak mentah-mentah permintaan untuk membela Bali pada Pekan Olahraga Nasional (PON) XVIII/2012.
Pada PON perdananya itu, dia mantap mewakili tuan rumah Riau.
Sebelum SEA Games XXVI/2011, konflik antara Bali dan Riau memang memanas. Dua daerah tersebut berebut untuk mendaftarkan Siman di PON. Bali menuduh Riau membajak atlet potensialnya tersebut.
Namun, Siman menyangkal tudingan itu.
Atlet kelahiran Klungkung tersebut menegaskan pindah ke Riau tanpa paksaan. “Saya tidak akan mau jika Bali meminta saya. Sebab, mereka telah menyia-nyiakan saya. Niat saya sudah bulat. Saya ingin turun untuk Riau,” tegasnya.
Siman mengungkapkan, Bali memang tidak pernah menghargai usahanya. Saat berusia 15 tahun, dia merajai sektor kelompok umur nasional lewat gaya punggung dan kupu-kupu. Tetapi, PRSI Bali anteng-anteng saja. Permintaan Siman agar PRSI Bali memberikan program latihan yang variatif tidak pernah diberikan.
“Mungkin, penyebabnya, saya hanya juara kelompok umur saat itu. Jadi, kesannya kok ditelantarkan.
Apalagi, program latihannya sa ngat monoton. Saya merasa tidak ber kem bang,” papar mantan perenang Klub Elang Laut Bali tersebut.
Hal tersebut membuat Siman hengkang ke Jakarta.
Niat untuk memperbaiki diri bersambut baik karena pelatih nasional sekaliber Albert C. Sutatnto mau menampung dia. Setelah setahun berlatih di Millenium Aquatic Swimming Club Jakarta, dia pindah ke Riau.
Dia masuk Klub Millenium Lumba-Lumba.
Lantas, Pengrov PRSI Riau menawari Siman membela daerah itu di PON. Riau memberikan biaya sekolah, fasilitas, dan biaya hidup. Dengan itu, Siman tidak berpikir lama untuk meng iya kan.
“Sekarang, tiba-tiba, Bali menginginkan saya main di PON. Tentu saya menolak,” ujar Siman.
“Sebetulnya, Riau mau melepas saya asal Bali mengganti ongkos yang selama ini mereka tanggung.
Tetapi, Bali tidak mau. Sebenarnya, jangan seperti itu. Mereka ingin instannya tanpa melakukan pembinaan,” imbuh peraih empat emas SEA Games XXVI/2011 tersebut.
Pada PON November mendatang, KONI Riau menargetkan bisa meraih empat emas lewat Siman.
Kalau tidak lengah, dengan prestasinya saat ini, rasanya, Siman tidak mengalami kesulitan untuk bisa memenuhi target tersebut. (nur/c12/ko)
Yessy Menjadi Teman Curhat
GOSIP kedekatan I Gede Siman Sudartawa dan Yessy Venisia Yosaputra sudah sangat populer di kalangan anggota pemusatan latihan nasional (pelatnas) renang. Hampir semua atlet dan tim pelatih pelatnas renang menduga bahwa Siman dan Yessy saat ini berpacaran.
Saat Jawa Pos meminta Siman dan Yessy berfoto bersama di arena Krapsi 2011, misalnya, atlet pelatnas seketika menjadi heboh.
Mereka kerap menggoda keduanya. Mendapati hal tersebut, Siman dan Yessy terlihat malu-malu.
“Ah, nggak kok. Kami nggak pacaran, hanya dekat. Kan kami sama-sama spesialis gaya punggung, jadi memang banyak curhat.
Untuk mengevaluasi kelemahan dan kelebihanlah,” ungkap Yessy lalu terseyum kecil.
Entah ada hubungannya atau tidak. Rupanya saling curhat tersebut membuat Yessy dan Siman sama-sama bersinar di arena SEA Games XXVI/2011 lalu. Keduanya mampu memecahkan rekor di nomor gaya punggung.
Siman membukukan rekor baru pada nomor 100 meter gaya punggung putra. Sedangkan Yessy menajamkan rekor perenang Filipina Akiko Thompson yang sudah bertahan 18 tahun lebih pada nomor 200 meter gaya punggung putri. Hebatnya, Yessy menjadi satu-satunya perenang perempuan Indonesia yang meraih emas di ajang SEA Games lalu.
Siman tidak mau menanggapi rumor tersebut. Saat ini konsentrasi Siman adalah ingin berprestasi di Olimpiade XXX London yang berlangsung mulai 27 Juli mendatang.
Siman menargetkan masuk 16 besar dunia pada pesta olahraga terbesar sejagat tersebut. Selain itu, Siman berkeinginan menajamkan catatan waktunya di nomor 100 meter gaya punggung. “Saya ingin best time saya mencapai 54 detik,” ujarnya. Saat ini catatan waktu Siman adalah 55,59 detik. Ini merupakan rekor baru SEA Games.
Untuk mencapai targetnya tersebut, Siman serius berlatih. Dia ingin memperbaiki daya tahan dan kualitas kecepatan bawah air (underwater). “Saya kira dua hal itu yang butuh perbaikan serius.
Saya akan menambah porsi latihan untuk mengurangi kelemahan yang ada,” papar Siman. (nur/c2/ko)
Berikan Semua Bonus kepada Ibu
TANPA ragu, I Gede Siman Sudartawa menyebut sang ibu, Ni Made Sri Karmini, sebagai sosok yang paling berjasa dalam perjalanan karirnya. Karena itu, dia memberikan seluruh bonus SEA Games kepada ibunya. “Saya tidak mengambil sama sekali. Kebutuhan saya hanya vitamin,” katanya.
Merebut empat emas SEA Games, sebenarnya, Siman berhak mendapatkan bonus Rp 800 juta. Namun, sampai akhir tahun lalu, dia baru menerima Rp 600 juta.
Siman tentu tidak akan bisa melupakan jasa ibunya. Sebab, Sri Karmini-lah yang men dorong Siman berlatih renang mulai usia enam tahun. Meski tidak memiliki uang melimpah, ibunya memasukkan Siman ke klub lokal di Klungkung.
Siman memang tidak berasal dari keluarga berada. Ayahnya, I Ketut Su dartawa, hanyalah sopir travel lokal Bali. Ibunya membantu ekonomi keluarga dengan membuka salon kecil-kecilan di rumah.
Walau begitu, hasrat Ketut dan Sri Karmini untuk mendorong Siman kecil berprestasi tinggi sangat kuat.
Keduanya, terutama Sri Karmini, setia mengantarkan Siman berlatih di klub yang berjarak satu jam perjalanan dari rumah mer e ka.
Saat karir Siman melesat sebagai jagoan nasional sektor kelompok umur, keinginan Sri Karmini melihat anaknya maju semakin besar. Walau Siman berlatih di Klub Elang Laut Bali, Sri Karmini belum puas. Dia ingin anaknya mendapatkan program latihan yang lebih bagus. Selain itu, dia ingin kebu tuhan keseharian Siman juga di-support.
“Yang membawa saya ke Jakarta ya ibu. Sampai-sampai, salonnya tidak terurus dan akhirnya ditutup. Jadi, saat saya menerima bonus, yang saya ingat pertama adalah ibu,” ungkap Siman.
Albert Christiadi Sutanto, pelatih Siman, ingat benar pertemuannya dengan Siman pada akhir 2009. Dia menyatakan, saat itu, Siman merupakan perenang yang masih mentah dan bisa diasah.
Mantan perenang nasional yang meraih sembilan emas dari delapan SEA Games tersebut melakukan analisis selama se minggu. Hasilnya, Siman sangat potensial.
Dari beberapa aspek fisik, seperti kaki, bahu, lengan, perut, dan kelenturan, Siman merupakan perenang yang menjanjikan. “Saya memanggil Siman ke Jakarta lagi setelah sempat menolak,” paparnya.
Program latihan disusun. Albert ber kolaborasi dengan mantan jagoan gaya punggung yang juga saudara kembarnya, Felix C. Sutanto, dalam memoles Siman.
Siman diputuskan hanya fokus pada gaya punggung dan meninggalkan gaya kupu-kupu. Siman berlatih di Millenium Aquatic Swimming Club di bawah asuhan Albert dan Felix.
“Saya menyusun program latihan. Felix membenahi tekniknya. Saya minta ibunya pulang ke Bali. Saya ajak Siman tinggal di rumah saya,” katanya. (nur/c12/ko)