30 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Terkait Suntikan Vaksin Kosong untuk Anak SD, Polisi Periksa 5 Saksi

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Seorang vaksinator, menyuntikan vaksin kosong kepada seorang siswa SD Dr Wahidin di Medan Labuhan, bikin heboh. Direktorat Reskrimum Polda Sumut sudah memeriksa 5 saksi dalam kasus ini. Kelima saksi tersebut yakni 3 orang tim tenaga kesehatan, orang tua siswa, dan penginput data peserta vaksinasi.

DIREKTUR Reskrimum Polda Sumut Kombes Pol Tatan Dirsan Atmaja melalui Kabid Humas Polda Sumut Kombes Pol Hadi Wahyudi mengatakan, Polda Sumut bersama Polres Belawan, Labfor Polda Sumut, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Sumut dan Kota Medan, tengah mendalami kasus yang viral di media sosial tentang adanya tim medis yang memberikan vaksin kosong kepada siswa sekolah dasar saat pelaksanaan vaksinasi anak usia 6-11 tahun pada Senin (17/1/2022) lalu, di SD Wahidin, Kecamatan Medan Labuhan.

“Kami sampaikan prosesnya masih berjalan dengan melibatkan beberapa ahli, labfor, dalam menganalisa dan melakukan perbandingan tentang video viral tenaga kesehatan menyuntik vaksin kosong kepada siswa itu,” ungkap Hadi.

Ia menerangkan, dalam kasus viral itu, Polda Sumut bersama Polres Belawan telah menyita barang bukti berupa jarum suntik bekas, daftar agenda peserta vaksinasi serta rekaman video saat pelaksanaan vaksinasi. “Tentunya dalam mengungkap kasus ini, Polda Sumut dan Polres Belawan akan bersinergi dengan Pemprovsu, Pemko Medan dalam mendukung program pemerintah pusat percepatan vaksinasi,” ujarnya.

Pada kesempatan itu, Kombes Pol Hadi Wahyudi, menambahkan, pelaksanaan vaksinasi anak usia 6-11 tahun diadakan di SD Wahidin, Kecamatan Medan Labuhan. “Ada 500 anak yang mengikuti vaksinasi yang diselenggarakan Polres Belawan dengan melibatkan tim medis dari RS Delima Martubung,” pungkasnya.

Sementara, dokter G yang melakukan vaksinasi terhadap murid SD Dr Wahidin tersebut langsung meminta maaf. “Kepada pihak Polri, kepada masyarakat, kepada IDI Sumut, dan IDI Medan, saya mohon maaf atas kesilapan yang saya perbuat ini,” kata dokter G dengan wajah tertunduk.

Saat dihadirkan dalam konferensi pers di Mapolda Sumut, dokter G mengenakan kerudung berwarna putih dan terusan hitam serta masker putih. Saat ditanya wartawan, apakah benar dia menyuntikkan vaksin kosong kepada siswa SD tersebut, dia tidak menjawab.

Menkes Minta Diproses

Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin angkat bicara soal kasus yang videonya sempat viral di media sosial itu. Budi menyayangkan kejadian tersebut. Dirinya mengingatkan kerja tenaga kesehatan (nakes) merupakan pengabdian bagi kemanusiaan, serta beratnya pertanggungjawabannya nanti. “Duh, aku bilang inikan vaksinasi, kita kerja bukan hanya untuk diri kita, tapi urusannya kemanusiaan. Ya harus ngertilah suatu saat kita akan mati. Nanti ditanya sama yang di Atas pertanggungjawabannya bagaimana,” kata Budi, di sela peninjauan vaksinasi jimpitan plus di SD Muhammadiyah Jogodayoh, Kapanewon Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, Jumat (21/1).

Oleh sebab itu, Budi meminta kasus tersebut ditindaklanjuti dengan aturan yang berlaku. Selain itu, Budi meminta kepada seluruh nakes dan vaksinator agar betul-betul menjalankan tugas dengan sepenuh hati dan penuh kejujuran. “Saya bilang yang itu sih harusnya nanti kita proses secara resmi. Tapi itu juga imbauan buat teman-teman yang lain tolong jangan begitu deh,” ujarnya.

“Karena itu merupakan hal yang sangat tidak bermanfaat dan menurut saya sih ya berdosa kita sebagai manusia,” lanjut Budi.

Sementara, Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) Edy Rahmayadi juga meminta agar pelaku dihukum. “Tidak boleh. Kalau salah, pasti kita hukum,” kata mantan Pangdam I Bukit Barisan itu.

Edy juga menyayangi sikap dari vasksinator yang menyuntiknya vaksin kosong itu ke siswa SD. “Mencederai orang, itu namanya,” ketusnya.

Disanksi IDI Medan

Sementara, Sekretaris IDI Medan dr Ery Suhaimi mengatakan, akan ada sanksi bagi para tenaga medis yang bekerja tidak sesuai dengan anjuran pemerintah dan prosedur kesehatan. Menurut dia, sanksi tersebut terbagi dalam dua macam yakni ringan hingga berat.

“Jika terbukti bersalah, itu dilihat dari sisi kesalahannya dulu. Jika ringan, hanya diberikan berupa teguran. Tapi, jika berat maka bisa dengan penangguhan atau dicabut izin praktiknya,” kata Ery kepada wartawan, Jumat (21/1).

Ery mengaku, sejauh ini untuk permasalahan vaksinasi kosong yang diberikan kepada siswa masih dilakukan investigasi. “Kami dari organisasi profesi juga akan lakukan investigasi terkait masalah itu, tentu ada proses hukum dari Polres Pelabuhan Belawan. Kami juga akan koordinasi dengan Dinas Kesehatan dan yang menyelenggarakan koordinator dari tenaga medis vaksinator tersebut,” ungkapnya.

Diutarakan Ery, sejauh ini pihaknya juga akan memanggil dokter yang bersangkutan. “Kita belum bisa menentukan apakah ada unsur kelalaian disitu. Namun, tentu kita dari organisasi profesi akan mendalami lebih lanjut dan akan memanggil dokter yang bersangkutan,” ucap dokter spesialis bedah ini.

Dia mengimbau, agar seluruh tenaga vaksinator maupun tenaga medis agar menjalankan tugasnya sesuai dengan prosedur yang ada. “Dokter itu tugasnya mengabdi untuk masyarakat. Saya yakin, mungkin tidak ada niat sama sekali mencelakakan vaksinasi ini. Karena itu, tetap semangat membantu pemerintah dan stakeholder lain menjalankan vaksinasi. Tapi, bekerjalah dengan standar yang ada serta lebih hati-hati, teliti dan mengikuti aturan sesuai standarnya,” tandas Ery.

Bukan Gawean Pemko Medan

Terpisah, Wali Kota Medan Bobby Nasution, mengaku sangat menyayangkan peristiwa terjadinya penyuntikan vaksin kosong tersebut. Atas peristiwa itu, Bobby langsung meminta petugas dan penanggungjawab kegiatan untuk bertanggung jawab. “Dokter, perawat, dan penanggungjawab kegiatan tersebut harus bertanggungjawab atas kejadian ini,” kata Bobby saat diwawancara wartawan di Balaikota Medan, Jumat (21/1).

Dikatakan Bobby, berdasarkan laporan yang diterimanya dari Kadis Kesehatan Kota Medan dr Taufik Ririansyah, pelaksanaan vaksinasi di sekolah tersebut bukan digelar Pemko Medan. Begitu juga dengan petugas yang melakukan penyuntikan vaksin, bukan dari tenaga kesehatan Puskesmas di bawah naungan Pemko Medan. “Bukan kami tidak mau bertanggungjawab, tapi yang melakukan vaksinasi itu bukan pihak kami (Pemko Medan). Kami akan bertanggungjawab penuh atas kejadian ini, apabila itu memang kami yang melakukan,” ujarnya.

Untuk itu, terang Bobby, pihaknya telah berkoordinasi dengan pihak Polres Belawan dan Kapoldasu terkait kejadian ini. Saat ini, petugas ataupun pihak yang terlibat telah diperiksa atas kejadian ini. Bobby pun berharap, pemeriksanan dapat dilakukan selurus-lurusnya dan sesegera mungkin.

Tak cuma itu, Bobby pun mengaku telah meminta pendapat Ikatan Dokter Indonesia (IDI) terkait hal ini. “Kita minta pemeriksaan ini dilakukan selurus-lurusnya, apakah karena kelelahan, lalai dan lain-lain. Kita tunggu hasil pemeriksaannya,” katanya.

Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan dr Taufik Ririansyah, mengatakan bahwa video viral soal vaksin diduga kosong yang disuntikkan kepada murid SD Wahidin Kecamatan Medan Labuhan bukan merupakan program yang dilakukan Pemko Medan.

Dikatakan Taufik, proses vaksinasi di SD tersebut dilaksanakan Polsek Medan Labuhan dengan tenaga kesehatan dan vaksinator yang mereka undang sendiri. “Iya soal vaksinasi yang diduga kosong itu terjadi di SD Wahidin yang dilaksanakan Polsek Medan Labuhan, di bawah Polres Belawan. Kabarnya sekarang sedang mereka telusuri dan penyelidikan,” ucapnya. Taufik pun memastikan, Nakes yang bertugas sebagai vaksinator di dalam video tersebut bukan lah nakes dari Dinkes Kota Medan. “Nakes mereka sendiri yang undang, saya cek bukan dari Puskesmas kita atau Faslitas Kesehatan punya pemerintah,” ujarnya.

Taufik juga mengaku, pihaknya sudah berkoordinasi langsung dengan Wali Kota Medan Bobby Nasution terkait hal ini. “Saya sudah kontak Pak Wali dan menjelaskan yang sebenarnya terjadi. Memang ini jadi atensi tinggi Pak Wali agar benar-benar diusut, sebab Pak Wali sangat mengkhawatirkan warganya,” tuturnya.

Dijelaskan Taufik, dari hasil pemeriksaan dan koordinasi dengan Polres, ada dua anak yang baru di dapatkan menerima vaksin kosong. Namun diduga, akan ada lagi laporan vaksin kosong kepada anak lain. Tak cuma itu, penyuntik vaksinator tersebut merupakan seorang dokter yang bekerja di salah satu Rumah Sakit swasta di Kota Medan. “Vaksinator merupakan seorang dokter, bukan nakes atau perawat. Dia bekerja di salah satu rumah sakit di Medan,” jelasnya.

Menurut Taufik, dari jumlah vaksin yang akan di suntikkan di hari tersebut, masih tersisa 5 vial. “Informasinya masih berlebih 5 vial lagi, satu vial itu bisa untuk 10 dosis anak. Jadi masih banyak sisa vaksin di SD tersebut. Targetnya di sekolah itu 500 anak, tapi yang sisa itu 5 vial, jadi ada sekitar 50 anak yang belum tahu kejelasannya apakah sudah vaksinasi atau seperti apa,” ungkapnya.

Untuk itu, Taufik menjelaskan bahwa pihaknya dalam waktu dekat akan mengunjungi sekolah yang bersangkutan dan akan memanggil tenaga kesehatan tersebut. “Kita akan kunjungi sekolah untuk meninjau langsung dan pastinya dalam waktu dekat juga setelah dari pemeriksaan selesai, kami akan panggil petugas tersebut secara etika profesi kedokteran melalui IDI Medan nantinya,” pungkasnya.

Terpisah, Polres Pelabuhan Belawan diminta segera mengumumkan hasil pemeriksaan kasus dugaan suntik vaksin kosong di sekolah Dr Wahidin Sudirohusodo, Medan Labuhan. “Saat ini masyarakat banyak yang resah terkait kasus itu bagaimana kebenarannya. Maka pihak Polisi diharapkan segera mengumkan hasil pemeriksaan ke publik,” kata Wakil Ketua Fraksi Gerindra DPRD Medan Haris Kelana Damanik ST kepada wartawan, Kamis malam, (20/1).

Dikatakan Haris, peristiwa itu akan sangat mengganggu proses suksesnya pelaksanaan Vaksin Covid-19 bagi anak usia 6 sampai 11 tahun. “Sudah banyak masyarakat yang memberikan mosi tak percaya malah timbul lagi kasus seperti ini, “kesal Haris.

Ditambahkan Haris yang duduk di Komisi II DPRD Medan membidangi kesehatan itu, pihaknya akan memanggil Nakes yang bertugas memberikan pelayanan di sekolah dimaksud. “Dinas Kesehatan dan nakesnya akan segera kita panggil guna mengetahui duduk persalannya,” pungkasnya.

Seperti diketahui, sebuah video yang menunjukkan seorang petugas kesehatan (vaksinator) menyuntikkan vaksin ke siswi SD dengan suntikan kosong seketika viral. Video itu beredar secara berantai di berbagai akun media sosial, Kamis (20/1) siang. Dalam video tersebut, tampak petugas kesehatan yang mengenakan celana krim dan baju merah membuka sebuah jarum suntik yang masih baru. Wanita itu lalu mengangkat lengan baju bocah SD tersebut dan menyuntikkannya tanpa memasukkan cairan vaksin. (dwi/gus/ris/map)

 

 

 

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Seorang vaksinator, menyuntikan vaksin kosong kepada seorang siswa SD Dr Wahidin di Medan Labuhan, bikin heboh. Direktorat Reskrimum Polda Sumut sudah memeriksa 5 saksi dalam kasus ini. Kelima saksi tersebut yakni 3 orang tim tenaga kesehatan, orang tua siswa, dan penginput data peserta vaksinasi.

DIREKTUR Reskrimum Polda Sumut Kombes Pol Tatan Dirsan Atmaja melalui Kabid Humas Polda Sumut Kombes Pol Hadi Wahyudi mengatakan, Polda Sumut bersama Polres Belawan, Labfor Polda Sumut, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Sumut dan Kota Medan, tengah mendalami kasus yang viral di media sosial tentang adanya tim medis yang memberikan vaksin kosong kepada siswa sekolah dasar saat pelaksanaan vaksinasi anak usia 6-11 tahun pada Senin (17/1/2022) lalu, di SD Wahidin, Kecamatan Medan Labuhan.

“Kami sampaikan prosesnya masih berjalan dengan melibatkan beberapa ahli, labfor, dalam menganalisa dan melakukan perbandingan tentang video viral tenaga kesehatan menyuntik vaksin kosong kepada siswa itu,” ungkap Hadi.

Ia menerangkan, dalam kasus viral itu, Polda Sumut bersama Polres Belawan telah menyita barang bukti berupa jarum suntik bekas, daftar agenda peserta vaksinasi serta rekaman video saat pelaksanaan vaksinasi. “Tentunya dalam mengungkap kasus ini, Polda Sumut dan Polres Belawan akan bersinergi dengan Pemprovsu, Pemko Medan dalam mendukung program pemerintah pusat percepatan vaksinasi,” ujarnya.

Pada kesempatan itu, Kombes Pol Hadi Wahyudi, menambahkan, pelaksanaan vaksinasi anak usia 6-11 tahun diadakan di SD Wahidin, Kecamatan Medan Labuhan. “Ada 500 anak yang mengikuti vaksinasi yang diselenggarakan Polres Belawan dengan melibatkan tim medis dari RS Delima Martubung,” pungkasnya.

Sementara, dokter G yang melakukan vaksinasi terhadap murid SD Dr Wahidin tersebut langsung meminta maaf. “Kepada pihak Polri, kepada masyarakat, kepada IDI Sumut, dan IDI Medan, saya mohon maaf atas kesilapan yang saya perbuat ini,” kata dokter G dengan wajah tertunduk.

Saat dihadirkan dalam konferensi pers di Mapolda Sumut, dokter G mengenakan kerudung berwarna putih dan terusan hitam serta masker putih. Saat ditanya wartawan, apakah benar dia menyuntikkan vaksin kosong kepada siswa SD tersebut, dia tidak menjawab.

Menkes Minta Diproses

Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin angkat bicara soal kasus yang videonya sempat viral di media sosial itu. Budi menyayangkan kejadian tersebut. Dirinya mengingatkan kerja tenaga kesehatan (nakes) merupakan pengabdian bagi kemanusiaan, serta beratnya pertanggungjawabannya nanti. “Duh, aku bilang inikan vaksinasi, kita kerja bukan hanya untuk diri kita, tapi urusannya kemanusiaan. Ya harus ngertilah suatu saat kita akan mati. Nanti ditanya sama yang di Atas pertanggungjawabannya bagaimana,” kata Budi, di sela peninjauan vaksinasi jimpitan plus di SD Muhammadiyah Jogodayoh, Kapanewon Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, Jumat (21/1).

Oleh sebab itu, Budi meminta kasus tersebut ditindaklanjuti dengan aturan yang berlaku. Selain itu, Budi meminta kepada seluruh nakes dan vaksinator agar betul-betul menjalankan tugas dengan sepenuh hati dan penuh kejujuran. “Saya bilang yang itu sih harusnya nanti kita proses secara resmi. Tapi itu juga imbauan buat teman-teman yang lain tolong jangan begitu deh,” ujarnya.

“Karena itu merupakan hal yang sangat tidak bermanfaat dan menurut saya sih ya berdosa kita sebagai manusia,” lanjut Budi.

Sementara, Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) Edy Rahmayadi juga meminta agar pelaku dihukum. “Tidak boleh. Kalau salah, pasti kita hukum,” kata mantan Pangdam I Bukit Barisan itu.

Edy juga menyayangi sikap dari vasksinator yang menyuntiknya vaksin kosong itu ke siswa SD. “Mencederai orang, itu namanya,” ketusnya.

Disanksi IDI Medan

Sementara, Sekretaris IDI Medan dr Ery Suhaimi mengatakan, akan ada sanksi bagi para tenaga medis yang bekerja tidak sesuai dengan anjuran pemerintah dan prosedur kesehatan. Menurut dia, sanksi tersebut terbagi dalam dua macam yakni ringan hingga berat.

“Jika terbukti bersalah, itu dilihat dari sisi kesalahannya dulu. Jika ringan, hanya diberikan berupa teguran. Tapi, jika berat maka bisa dengan penangguhan atau dicabut izin praktiknya,” kata Ery kepada wartawan, Jumat (21/1).

Ery mengaku, sejauh ini untuk permasalahan vaksinasi kosong yang diberikan kepada siswa masih dilakukan investigasi. “Kami dari organisasi profesi juga akan lakukan investigasi terkait masalah itu, tentu ada proses hukum dari Polres Pelabuhan Belawan. Kami juga akan koordinasi dengan Dinas Kesehatan dan yang menyelenggarakan koordinator dari tenaga medis vaksinator tersebut,” ungkapnya.

Diutarakan Ery, sejauh ini pihaknya juga akan memanggil dokter yang bersangkutan. “Kita belum bisa menentukan apakah ada unsur kelalaian disitu. Namun, tentu kita dari organisasi profesi akan mendalami lebih lanjut dan akan memanggil dokter yang bersangkutan,” ucap dokter spesialis bedah ini.

Dia mengimbau, agar seluruh tenaga vaksinator maupun tenaga medis agar menjalankan tugasnya sesuai dengan prosedur yang ada. “Dokter itu tugasnya mengabdi untuk masyarakat. Saya yakin, mungkin tidak ada niat sama sekali mencelakakan vaksinasi ini. Karena itu, tetap semangat membantu pemerintah dan stakeholder lain menjalankan vaksinasi. Tapi, bekerjalah dengan standar yang ada serta lebih hati-hati, teliti dan mengikuti aturan sesuai standarnya,” tandas Ery.

Bukan Gawean Pemko Medan

Terpisah, Wali Kota Medan Bobby Nasution, mengaku sangat menyayangkan peristiwa terjadinya penyuntikan vaksin kosong tersebut. Atas peristiwa itu, Bobby langsung meminta petugas dan penanggungjawab kegiatan untuk bertanggung jawab. “Dokter, perawat, dan penanggungjawab kegiatan tersebut harus bertanggungjawab atas kejadian ini,” kata Bobby saat diwawancara wartawan di Balaikota Medan, Jumat (21/1).

Dikatakan Bobby, berdasarkan laporan yang diterimanya dari Kadis Kesehatan Kota Medan dr Taufik Ririansyah, pelaksanaan vaksinasi di sekolah tersebut bukan digelar Pemko Medan. Begitu juga dengan petugas yang melakukan penyuntikan vaksin, bukan dari tenaga kesehatan Puskesmas di bawah naungan Pemko Medan. “Bukan kami tidak mau bertanggungjawab, tapi yang melakukan vaksinasi itu bukan pihak kami (Pemko Medan). Kami akan bertanggungjawab penuh atas kejadian ini, apabila itu memang kami yang melakukan,” ujarnya.

Untuk itu, terang Bobby, pihaknya telah berkoordinasi dengan pihak Polres Belawan dan Kapoldasu terkait kejadian ini. Saat ini, petugas ataupun pihak yang terlibat telah diperiksa atas kejadian ini. Bobby pun berharap, pemeriksanan dapat dilakukan selurus-lurusnya dan sesegera mungkin.

Tak cuma itu, Bobby pun mengaku telah meminta pendapat Ikatan Dokter Indonesia (IDI) terkait hal ini. “Kita minta pemeriksaan ini dilakukan selurus-lurusnya, apakah karena kelelahan, lalai dan lain-lain. Kita tunggu hasil pemeriksaannya,” katanya.

Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan dr Taufik Ririansyah, mengatakan bahwa video viral soal vaksin diduga kosong yang disuntikkan kepada murid SD Wahidin Kecamatan Medan Labuhan bukan merupakan program yang dilakukan Pemko Medan.

Dikatakan Taufik, proses vaksinasi di SD tersebut dilaksanakan Polsek Medan Labuhan dengan tenaga kesehatan dan vaksinator yang mereka undang sendiri. “Iya soal vaksinasi yang diduga kosong itu terjadi di SD Wahidin yang dilaksanakan Polsek Medan Labuhan, di bawah Polres Belawan. Kabarnya sekarang sedang mereka telusuri dan penyelidikan,” ucapnya. Taufik pun memastikan, Nakes yang bertugas sebagai vaksinator di dalam video tersebut bukan lah nakes dari Dinkes Kota Medan. “Nakes mereka sendiri yang undang, saya cek bukan dari Puskesmas kita atau Faslitas Kesehatan punya pemerintah,” ujarnya.

Taufik juga mengaku, pihaknya sudah berkoordinasi langsung dengan Wali Kota Medan Bobby Nasution terkait hal ini. “Saya sudah kontak Pak Wali dan menjelaskan yang sebenarnya terjadi. Memang ini jadi atensi tinggi Pak Wali agar benar-benar diusut, sebab Pak Wali sangat mengkhawatirkan warganya,” tuturnya.

Dijelaskan Taufik, dari hasil pemeriksaan dan koordinasi dengan Polres, ada dua anak yang baru di dapatkan menerima vaksin kosong. Namun diduga, akan ada lagi laporan vaksin kosong kepada anak lain. Tak cuma itu, penyuntik vaksinator tersebut merupakan seorang dokter yang bekerja di salah satu Rumah Sakit swasta di Kota Medan. “Vaksinator merupakan seorang dokter, bukan nakes atau perawat. Dia bekerja di salah satu rumah sakit di Medan,” jelasnya.

Menurut Taufik, dari jumlah vaksin yang akan di suntikkan di hari tersebut, masih tersisa 5 vial. “Informasinya masih berlebih 5 vial lagi, satu vial itu bisa untuk 10 dosis anak. Jadi masih banyak sisa vaksin di SD tersebut. Targetnya di sekolah itu 500 anak, tapi yang sisa itu 5 vial, jadi ada sekitar 50 anak yang belum tahu kejelasannya apakah sudah vaksinasi atau seperti apa,” ungkapnya.

Untuk itu, Taufik menjelaskan bahwa pihaknya dalam waktu dekat akan mengunjungi sekolah yang bersangkutan dan akan memanggil tenaga kesehatan tersebut. “Kita akan kunjungi sekolah untuk meninjau langsung dan pastinya dalam waktu dekat juga setelah dari pemeriksaan selesai, kami akan panggil petugas tersebut secara etika profesi kedokteran melalui IDI Medan nantinya,” pungkasnya.

Terpisah, Polres Pelabuhan Belawan diminta segera mengumumkan hasil pemeriksaan kasus dugaan suntik vaksin kosong di sekolah Dr Wahidin Sudirohusodo, Medan Labuhan. “Saat ini masyarakat banyak yang resah terkait kasus itu bagaimana kebenarannya. Maka pihak Polisi diharapkan segera mengumkan hasil pemeriksaan ke publik,” kata Wakil Ketua Fraksi Gerindra DPRD Medan Haris Kelana Damanik ST kepada wartawan, Kamis malam, (20/1).

Dikatakan Haris, peristiwa itu akan sangat mengganggu proses suksesnya pelaksanaan Vaksin Covid-19 bagi anak usia 6 sampai 11 tahun. “Sudah banyak masyarakat yang memberikan mosi tak percaya malah timbul lagi kasus seperti ini, “kesal Haris.

Ditambahkan Haris yang duduk di Komisi II DPRD Medan membidangi kesehatan itu, pihaknya akan memanggil Nakes yang bertugas memberikan pelayanan di sekolah dimaksud. “Dinas Kesehatan dan nakesnya akan segera kita panggil guna mengetahui duduk persalannya,” pungkasnya.

Seperti diketahui, sebuah video yang menunjukkan seorang petugas kesehatan (vaksinator) menyuntikkan vaksin ke siswi SD dengan suntikan kosong seketika viral. Video itu beredar secara berantai di berbagai akun media sosial, Kamis (20/1) siang. Dalam video tersebut, tampak petugas kesehatan yang mengenakan celana krim dan baju merah membuka sebuah jarum suntik yang masih baru. Wanita itu lalu mengangkat lengan baju bocah SD tersebut dan menyuntikkannya tanpa memasukkan cairan vaksin. (dwi/gus/ris/map)

 

 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/