26.7 C
Medan
Wednesday, May 22, 2024

Institut Kesehatan Helvetia Penyuluhan Sadari Deteksi Dini Kanker Payudara

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Angka kejadian kanker di Indonesia kini mencapai 136/100.000 penduduk. Indonesia pun menjadi urutan ke-8 di Asia Tenggara atau urutan ke-23 di Asia. Prevalensi terbesar adalah kanker payudara.

KANKER: Riska Maulidanita (3 kanan) pada penyuluhan tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari) sebagai deteksi dini.

Rentang usia terbanyak penderita kanker payudara adalah 40 tahun ke atas. Tetapi, sekarang trennya agak maju. Perempuan dari usia 30 tahun sekarang mulai banyak yang mengidap kanker payudara.

Untuk meminimalisir permasalahan ini, dosen dan mahasiswa Institut Kesehatan Helvetia Medan melaksanakan penyuluhan tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari) sebagai deteksi dini.

Pengabdian masyarakat ini dilaksanakan di Klinik Ratna Jalan Karya Gang Salak Desa Helvetia, Senin 15 Februari 2021. Kegiatan ini dihadiri 15 Wanita Usia Subur (WUS) yang terdiri dari tiga remaja dan 12 dewasa.

Riska Maulidanita, SST MKM dan Nurul Mouliza SST MKM sebagai dosen yang memberikan penyuluhan tersebut.
”Berdasarkan data World Health Organization (WHO) yang diterbitkan pada 3 Februari 2021. Kanker payudara kini telah menyalip kanker paru-paru sebagai kanker yang paling sering didiagnosis di dunia dari statistik International Agency for Research on Cancer (IARC),” kata Riska Maulidanita SST MKM di Medan, Minggu (21/2).

Dalam dua dekade terakhir, sebut Riska Maulidanita, jumlah keseluruhan orang yang didiagnosis menderita kanker hampir dua kali lipat. Dari perkiraan 10 juta pada tahun 2000 menjadi 19,3 juta pada tahun 2020.

”Saat ini, satu dari lima orang di seluruh dunia akan mengembangkan kanker selama masa hidup mereka. Proyeksi menunjukkan bahwa jumlah orang yang didiagnosis dengan kanker akan meningkat masih lebih jauh di tahun-tahun mendatang.

Jumlah kematian akibat kanker juga meningkat, dari 6,2 juta pada 2000 menjadi 10 juta pada 2020. Lebih dari satu dari setiap enam kematian adalah karena kanker,” ucapnya.

Ia menyebut angka kejadian kanker di Indonesia 136/100.000 penduduk, Indonesia menjadi urutan ke-8 di Asia Tenggara atau urutan ke-23 di Asia. Sedangkan prevalensi terbesar adalah kanker payudara yaitu sebesar 42,1 per 100 ribu penduduk. Kemudian diikuti kanker leher rahim sebesar 23,4 per 100 ribu penduduk.

Pada Hari Kanker 4 Februari, kata dia, dijelaskan bahwa penderita kanker di Sumut pada tahun 2019 sebanyak 856 kasus. ”Rentang usia terbanyak adalah 40 tahun ke atas. Tetapi, sekarang trennya agak maju. Perempuan dari usia 30 tahun sekarang mulai banyak yang mengidap kanker payudara. Sementara, usia belasan sampai 20 tahunan masih terhitung kecil persentasenya,” rinci Riska Maulidanita.

Berdasarkan data dari laman Breast Cancer, 1 dari 1.732 perempuan dari usia 20-29 tahun akan mengembangkan kanker payudara. Sementara, 1 dari 228 perempuan dari rentang usia 30-39 tahun berpotensi mengembangkan kanker yang sama. Risiko semakin meningkat pada perempuan berusia 40-49 tahun dengan prevalensi 1 dari 69 perempuan.

Penyebab kanker payudara belum diketahui dan masih diteliti hingga sekarang. Namun, ada sejumlah faktor risiko yang perlu diketahui yang paling utama adalah terlahir sebagai perempuan dan bertambahnya usia.

Selain itu, kata Riska Maulidanita,
masih ada faktor lain seperti memiliki riwayat personal terkena kanker payudara atau kanker ovarium, ada riwayat keluarga yang terkena kanker payudara, memiliki kepadatan payudara yang tinggi saat dilakukan mammogram. Kemudian memiliki biopsi yang menunjukkan hiperplasia, memiliki anak pertama setelah usia 35 tahun dan mempunyai tingkat androgen atau estrogen yang tinggi.

Dosen Institut Kesehatan Helvetia ini mengingatkan untuk menghindari makanan yang bersifat karsinogenik seperti makanan yang dibakar di atas arang. Lalu hindari makanan yang berpengawet, pewarna dan makanan kaleng serta makanan yang diberi penyedap rasa.

”Jangan lupa juga untuk menghindari daging unggas yang diberi injeksi hormon. Biasanya, ayam diberi suntikan hormon agar pertumbuhannya lebih cepat dan bobotnya lebih berat. Daging unggas yang disuntik hormon akan menyebabkan pembentukan sel-sel kanker, khususnya kanker payudara. Hal ini diungkap oleh laman University of North Carolina,” imbuhnya.

Terdapat ciri-ciri spesifik yang tidak sama terjadi pada setiap perempuan. Gejala paling umum adalah terdapat perubahan pada bentuk payudara. ”Ada beberapa hal yang perlu diketahui yaitu terdapat perubahan bentuk payudara, keluarnya cairan pada puting payudara, puting tertarik kedalam dan terdapat kerutan,” ungkap Riska Maulidanita.

Ini menjadi awam bagi masyarakat sehingga perlunya edukasi tentang pemeriksaan payudara sendiri (Sadari). ”Tujuannya agar kita mengetahui apabila ada perubahan pada payudara. Sehingga, apabila ada perubahan kita bisa mengambil tindakan secepatnya dan disarankan agar kita melakukan Sadari tersebut. (dmp)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Angka kejadian kanker di Indonesia kini mencapai 136/100.000 penduduk. Indonesia pun menjadi urutan ke-8 di Asia Tenggara atau urutan ke-23 di Asia. Prevalensi terbesar adalah kanker payudara.

KANKER: Riska Maulidanita (3 kanan) pada penyuluhan tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari) sebagai deteksi dini.

Rentang usia terbanyak penderita kanker payudara adalah 40 tahun ke atas. Tetapi, sekarang trennya agak maju. Perempuan dari usia 30 tahun sekarang mulai banyak yang mengidap kanker payudara.

Untuk meminimalisir permasalahan ini, dosen dan mahasiswa Institut Kesehatan Helvetia Medan melaksanakan penyuluhan tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari) sebagai deteksi dini.

Pengabdian masyarakat ini dilaksanakan di Klinik Ratna Jalan Karya Gang Salak Desa Helvetia, Senin 15 Februari 2021. Kegiatan ini dihadiri 15 Wanita Usia Subur (WUS) yang terdiri dari tiga remaja dan 12 dewasa.

Riska Maulidanita, SST MKM dan Nurul Mouliza SST MKM sebagai dosen yang memberikan penyuluhan tersebut.
”Berdasarkan data World Health Organization (WHO) yang diterbitkan pada 3 Februari 2021. Kanker payudara kini telah menyalip kanker paru-paru sebagai kanker yang paling sering didiagnosis di dunia dari statistik International Agency for Research on Cancer (IARC),” kata Riska Maulidanita SST MKM di Medan, Minggu (21/2).

Dalam dua dekade terakhir, sebut Riska Maulidanita, jumlah keseluruhan orang yang didiagnosis menderita kanker hampir dua kali lipat. Dari perkiraan 10 juta pada tahun 2000 menjadi 19,3 juta pada tahun 2020.

”Saat ini, satu dari lima orang di seluruh dunia akan mengembangkan kanker selama masa hidup mereka. Proyeksi menunjukkan bahwa jumlah orang yang didiagnosis dengan kanker akan meningkat masih lebih jauh di tahun-tahun mendatang.

Jumlah kematian akibat kanker juga meningkat, dari 6,2 juta pada 2000 menjadi 10 juta pada 2020. Lebih dari satu dari setiap enam kematian adalah karena kanker,” ucapnya.

Ia menyebut angka kejadian kanker di Indonesia 136/100.000 penduduk, Indonesia menjadi urutan ke-8 di Asia Tenggara atau urutan ke-23 di Asia. Sedangkan prevalensi terbesar adalah kanker payudara yaitu sebesar 42,1 per 100 ribu penduduk. Kemudian diikuti kanker leher rahim sebesar 23,4 per 100 ribu penduduk.

Pada Hari Kanker 4 Februari, kata dia, dijelaskan bahwa penderita kanker di Sumut pada tahun 2019 sebanyak 856 kasus. ”Rentang usia terbanyak adalah 40 tahun ke atas. Tetapi, sekarang trennya agak maju. Perempuan dari usia 30 tahun sekarang mulai banyak yang mengidap kanker payudara. Sementara, usia belasan sampai 20 tahunan masih terhitung kecil persentasenya,” rinci Riska Maulidanita.

Berdasarkan data dari laman Breast Cancer, 1 dari 1.732 perempuan dari usia 20-29 tahun akan mengembangkan kanker payudara. Sementara, 1 dari 228 perempuan dari rentang usia 30-39 tahun berpotensi mengembangkan kanker yang sama. Risiko semakin meningkat pada perempuan berusia 40-49 tahun dengan prevalensi 1 dari 69 perempuan.

Penyebab kanker payudara belum diketahui dan masih diteliti hingga sekarang. Namun, ada sejumlah faktor risiko yang perlu diketahui yang paling utama adalah terlahir sebagai perempuan dan bertambahnya usia.

Selain itu, kata Riska Maulidanita,
masih ada faktor lain seperti memiliki riwayat personal terkena kanker payudara atau kanker ovarium, ada riwayat keluarga yang terkena kanker payudara, memiliki kepadatan payudara yang tinggi saat dilakukan mammogram. Kemudian memiliki biopsi yang menunjukkan hiperplasia, memiliki anak pertama setelah usia 35 tahun dan mempunyai tingkat androgen atau estrogen yang tinggi.

Dosen Institut Kesehatan Helvetia ini mengingatkan untuk menghindari makanan yang bersifat karsinogenik seperti makanan yang dibakar di atas arang. Lalu hindari makanan yang berpengawet, pewarna dan makanan kaleng serta makanan yang diberi penyedap rasa.

”Jangan lupa juga untuk menghindari daging unggas yang diberi injeksi hormon. Biasanya, ayam diberi suntikan hormon agar pertumbuhannya lebih cepat dan bobotnya lebih berat. Daging unggas yang disuntik hormon akan menyebabkan pembentukan sel-sel kanker, khususnya kanker payudara. Hal ini diungkap oleh laman University of North Carolina,” imbuhnya.

Terdapat ciri-ciri spesifik yang tidak sama terjadi pada setiap perempuan. Gejala paling umum adalah terdapat perubahan pada bentuk payudara. ”Ada beberapa hal yang perlu diketahui yaitu terdapat perubahan bentuk payudara, keluarnya cairan pada puting payudara, puting tertarik kedalam dan terdapat kerutan,” ungkap Riska Maulidanita.

Ini menjadi awam bagi masyarakat sehingga perlunya edukasi tentang pemeriksaan payudara sendiri (Sadari). ”Tujuannya agar kita mengetahui apabila ada perubahan pada payudara. Sehingga, apabila ada perubahan kita bisa mengambil tindakan secepatnya dan disarankan agar kita melakukan Sadari tersebut. (dmp)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/