26 C
Medan
Monday, July 1, 2024

Dari Lenggak-lenggok di Panggung Hingga Baca Puisi Mengharukan

Melihat Para Perempuan Difabel Memperingati Hari Kartini

Terlahir sebagai perempuan dengan fisik yang kurang sempurna bukan penghalang bagi mereka. Karya seni mereka malah mampu menyaingi mereka yang punya fisik sempurna. Memperingati Hari Kartini yang jatuh 21 April kemarin, para perempuan yang tergabung dalam Himpunan Wanita Difabilitas Indonesia (HWDI) itu memamerkan berbagai kebolehan mereka kepada khalayak ramai.

Juli Rambe, Medan

TAK ada yang lebih ceria dibanding para perempuan yang dulunya tergabung dalam Himpunan Wanita Penyandang Cacat Indonesia (HWPCI) Sumut ini. Menggunakan dana swadaya dari anggota mereka berkumpul untuk mengikuti ragam perlombaan. Peragaan busana kebaya dan lomba baca puisi, adalah sebagian lomba yang diikuti.

Keunikan muncul tatkala  para peserta yang rata-rata penyandang cacat fisik (tuna daksa) itu mengikuti perlombaan peragaan busana kebaya. para perempuan itu tampak bersemangat meskipun harus mengikuti lomba dengan alat bantu seperti tongkat dan kursi roda. Rona kebahagiaan terpancar di wajah peserta. Penampilan terbaik mereka tampilkan seakan mengabaikan keterbatasan fisik yang dimiliki. Penonton tampak bersemangat memberikan dukungan.

Penampilan peserta selalu diawali teriakan riuh dari penonton. Ujung-ujungnya ada saja ledakan tawa karena penampilan kocak peserta. Bayangkan saja dengan tongkat di tangan, seorang peserta yang mengikuti peragaan busana kebaya nekad memakai sepatu hak tinggi (high heels). Kontan ada saja kejadian yang mengocok perut penonton. Ada peserta yang nyaris terjatuh, atau ada yang tongkatnya ketinggalan. Paling menggelikan ada peserta yang bergaya bagai model remaja: meletakkan tangan di pipi atau tersenyum malu-malu. Lain lagi kejadian saat giliran lomba baca puisi.

Salah seorang peserta yang menderita tuna netra membacakan karyanya sendiri. Peserta itu tampil begitu   tampil memesona. Suaranya terdengar syahdu. Dia menumpahkan perasaannya sebagai penyandang cacat. ”Bukan hal mudah, tetapi akan mudah dijalani saat menerima kekurangan itu,” demikian sepenggal puisinya.

Ketua HWDI Sumut Jenni Heryani yang bertindak sebagai pelaksana acara yang digelar di Jalan Sampul, Medan itu mengaku terharu atas semangat yang ditunjukkan para peserta. “Acara ini memang kita adakan bagi anggota HWDI. Harapan kita adalah  meningkatkan kepercayaan diri mereka dan mempererat rasa persaudaraan diantara mereka,” ujar perempuan tuna netra ini.

Jenni menyadari banyak kekurangan dalam acara ini. Namun melihat perasaan bahagia peserta membuat dirinya sadar betapa pentingnya digagas program untuk meningkatkan percaya diri penyandang difabilitas. Jenni mengatakan para perempuan penyandang cacat ini biasanya diundang oleh BKOW Medan pada setiap perayaan Hari Kartini. Itu pun, menurut dia, terbatas 10-20 orang saja. “Kasihan anggota yang tidak bisa ikut. Tetapi kalau acara yang kita buat khusus seperti ini kan bisa diikuti semua anggota,” tambah Jenni. Di Sumut, lanjut Jenny, terdapat tujuh Dewan Pimpinan Cabang (DPC) yang tersebar dari Medan, Binjai, Langkat, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Batu Bara, dan Tanjung Balai. Total anggota yang sudah bergabung mencapai 300-an orang. Di Medan anggotanya sekitar 80 orang.

“Kalau merujuk data resmi pemerintah jumlah ini tergolong sedikit. Umumnya para penyandang cacat itu tertutup. Keluarga mereka juga menutupi,” tukas Jenni. Salah satu penyebabnya adalah perasaan rendah diri dan pendidikan yang rendah. Akibatnya mereka tak berani menampilkan apa yang ada pada diri mereka. ”Faktor ekonomi juga sebabnya. Mereka tak punya keterampilan sehingga tak memiliki pekerjaan dan penghasilan,” tukas perempuan yang kini berstatus PNS di SLB itu.

“Inilah kendala yang sering dialami saat merekrut anggota baru di berbagai daerah. Banyak pikir yang masih malu sehingga menutupi anggota keluarganya yang memiliki difabilitas,” ungkapnya.

Jenny mengatakan HWDI memiliki ragam aktivitas positif bagi perempuan difabel, misalnya saja keterampilan, dan seminar yang penting untuk motivasi kehidupan. “Sebulan sekali kita adakan arisan, yang biasanya sebagai ajang curhat anggota. Kami juga mengadakan seminar dengan mengundang narasumber koperasi, kesehatan perempuan, dan lainnya. Pokoknya program yang berguna bagi kami semua,” tukasnya. Salah satu jenis usaha yang dikembangkan HWDI adalah koperasi simpan pinjam yang memberlakukan simpanan wajib dan pokok bagi setiap anggota.

“Koperasi ini kami berikan untuk anggota yang punya usaha. Jadi murni untuk swadaya, dari kita dan untuk kita,” ungkap jebolan Sastra Jerman IKIP Bandung tersebut. Tentulah kesulitan bukan penghalang bagi HWDI. Kecuali kesulitan merekrut anggota, HWDI juga masih terbebani oleh pembiayaan. Untungnya sejak dua tahun terakhir Pemprovsu mengucurkan anggaran di APBD Provsu sebesar Rp50 juta setiap tahun. “Dana bantuan tahun ini (2012) belum tahu berapa besar,” ujar Jenni.

Begitupun para perempuan penyandang cacat ini berupaya mati-matian agar program terus berjalan. Jenni sadar HWDI adalah wadah mereka agar hidup maksimal di tengah masyarakat. (*)

Melihat Para Perempuan Difabel Memperingati Hari Kartini

Terlahir sebagai perempuan dengan fisik yang kurang sempurna bukan penghalang bagi mereka. Karya seni mereka malah mampu menyaingi mereka yang punya fisik sempurna. Memperingati Hari Kartini yang jatuh 21 April kemarin, para perempuan yang tergabung dalam Himpunan Wanita Difabilitas Indonesia (HWDI) itu memamerkan berbagai kebolehan mereka kepada khalayak ramai.

Juli Rambe, Medan

TAK ada yang lebih ceria dibanding para perempuan yang dulunya tergabung dalam Himpunan Wanita Penyandang Cacat Indonesia (HWPCI) Sumut ini. Menggunakan dana swadaya dari anggota mereka berkumpul untuk mengikuti ragam perlombaan. Peragaan busana kebaya dan lomba baca puisi, adalah sebagian lomba yang diikuti.

Keunikan muncul tatkala  para peserta yang rata-rata penyandang cacat fisik (tuna daksa) itu mengikuti perlombaan peragaan busana kebaya. para perempuan itu tampak bersemangat meskipun harus mengikuti lomba dengan alat bantu seperti tongkat dan kursi roda. Rona kebahagiaan terpancar di wajah peserta. Penampilan terbaik mereka tampilkan seakan mengabaikan keterbatasan fisik yang dimiliki. Penonton tampak bersemangat memberikan dukungan.

Penampilan peserta selalu diawali teriakan riuh dari penonton. Ujung-ujungnya ada saja ledakan tawa karena penampilan kocak peserta. Bayangkan saja dengan tongkat di tangan, seorang peserta yang mengikuti peragaan busana kebaya nekad memakai sepatu hak tinggi (high heels). Kontan ada saja kejadian yang mengocok perut penonton. Ada peserta yang nyaris terjatuh, atau ada yang tongkatnya ketinggalan. Paling menggelikan ada peserta yang bergaya bagai model remaja: meletakkan tangan di pipi atau tersenyum malu-malu. Lain lagi kejadian saat giliran lomba baca puisi.

Salah seorang peserta yang menderita tuna netra membacakan karyanya sendiri. Peserta itu tampil begitu   tampil memesona. Suaranya terdengar syahdu. Dia menumpahkan perasaannya sebagai penyandang cacat. ”Bukan hal mudah, tetapi akan mudah dijalani saat menerima kekurangan itu,” demikian sepenggal puisinya.

Ketua HWDI Sumut Jenni Heryani yang bertindak sebagai pelaksana acara yang digelar di Jalan Sampul, Medan itu mengaku terharu atas semangat yang ditunjukkan para peserta. “Acara ini memang kita adakan bagi anggota HWDI. Harapan kita adalah  meningkatkan kepercayaan diri mereka dan mempererat rasa persaudaraan diantara mereka,” ujar perempuan tuna netra ini.

Jenni menyadari banyak kekurangan dalam acara ini. Namun melihat perasaan bahagia peserta membuat dirinya sadar betapa pentingnya digagas program untuk meningkatkan percaya diri penyandang difabilitas. Jenni mengatakan para perempuan penyandang cacat ini biasanya diundang oleh BKOW Medan pada setiap perayaan Hari Kartini. Itu pun, menurut dia, terbatas 10-20 orang saja. “Kasihan anggota yang tidak bisa ikut. Tetapi kalau acara yang kita buat khusus seperti ini kan bisa diikuti semua anggota,” tambah Jenni. Di Sumut, lanjut Jenny, terdapat tujuh Dewan Pimpinan Cabang (DPC) yang tersebar dari Medan, Binjai, Langkat, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Batu Bara, dan Tanjung Balai. Total anggota yang sudah bergabung mencapai 300-an orang. Di Medan anggotanya sekitar 80 orang.

“Kalau merujuk data resmi pemerintah jumlah ini tergolong sedikit. Umumnya para penyandang cacat itu tertutup. Keluarga mereka juga menutupi,” tukas Jenni. Salah satu penyebabnya adalah perasaan rendah diri dan pendidikan yang rendah. Akibatnya mereka tak berani menampilkan apa yang ada pada diri mereka. ”Faktor ekonomi juga sebabnya. Mereka tak punya keterampilan sehingga tak memiliki pekerjaan dan penghasilan,” tukas perempuan yang kini berstatus PNS di SLB itu.

“Inilah kendala yang sering dialami saat merekrut anggota baru di berbagai daerah. Banyak pikir yang masih malu sehingga menutupi anggota keluarganya yang memiliki difabilitas,” ungkapnya.

Jenny mengatakan HWDI memiliki ragam aktivitas positif bagi perempuan difabel, misalnya saja keterampilan, dan seminar yang penting untuk motivasi kehidupan. “Sebulan sekali kita adakan arisan, yang biasanya sebagai ajang curhat anggota. Kami juga mengadakan seminar dengan mengundang narasumber koperasi, kesehatan perempuan, dan lainnya. Pokoknya program yang berguna bagi kami semua,” tukasnya. Salah satu jenis usaha yang dikembangkan HWDI adalah koperasi simpan pinjam yang memberlakukan simpanan wajib dan pokok bagi setiap anggota.

“Koperasi ini kami berikan untuk anggota yang punya usaha. Jadi murni untuk swadaya, dari kita dan untuk kita,” ungkap jebolan Sastra Jerman IKIP Bandung tersebut. Tentulah kesulitan bukan penghalang bagi HWDI. Kecuali kesulitan merekrut anggota, HWDI juga masih terbebani oleh pembiayaan. Untungnya sejak dua tahun terakhir Pemprovsu mengucurkan anggaran di APBD Provsu sebesar Rp50 juta setiap tahun. “Dana bantuan tahun ini (2012) belum tahu berapa besar,” ujar Jenni.

Begitupun para perempuan penyandang cacat ini berupaya mati-matian agar program terus berjalan. Jenni sadar HWDI adalah wadah mereka agar hidup maksimal di tengah masyarakat. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/