27 C
Medan
Friday, January 31, 2025

Calhaj Embarkasi Medan Boyong Rp34,8 Miliar

MEDAN-Sedikitnya ada Rp34,8 miliar lebih uang yang dibawa 8.442 jamaah calhaj Embarkasi Medan yang tergabung pada kloter I-XIX. Total ini hanya dari living cost pemberian PPIH Embarkasi Medan sebesar 1.500 Riyal per jamaah dikalikan kurs riyal di Embarkasi Medan yakni Rp2.750 per riyal.
Data yang diterima dari Humas PPIH Embarkasi Medan, jumlah tersebut belum termasuk penukaran pribadi per jamaah.

Teller Bank BRI Fadillah menjelaskan, Bank BRI menyediakan fasilitas penukaran Riyal dari Rupiah. “Dari jamaah calhaj kloter I-XIX jumlah terbesar penukaran yakni Rp3 juta atau 1.090 Riyal. Tapi, ada juga yang hanya menukar 10 Riyal,” terangnya Jumat (21/10).

Ia juga mengatakan, walau telah mendapat biaya hidup sebesar 1.500 Riyal atau Rp4,125 juta, jamaah calhaj masih melakukan penukaran untuk belanja dan bersedekah ketika sampai di sana (Tanah suci, Red) serta membelikan oleh-oleh kepada keluarga di tanah air. “Memang tak bisa dipastikan berapa rata-rata jamaah calhaj menukar rupiahnya. Tapi, kita mematok minimal penukaran 10 riyal,” jelasnya.

Dalam penukaran tersebut, jamaah calhaj juga dibatasi dalam pecahan 1 Riyal, 5 Riyal, 10 Riyal, 20 Riyal, 50 Riyal dan 100 Riyal. “Jika dirata-ratakan, jamaah calhaj bias menukarkan rupiahnya hingga 10 ribu riyal per hari,” kata Fadillah.
Berbeda di Bank Muamalat. Teller Bank Muamalat Eriska Rukma menuturkan, pihaknya baru melayani penukaran uang di Asrama Haji sejak kloter IX. Namun, total Riyal yang sudah dikeluarkan mencapai 54 ribu Riyal atau sekitar Rp150 juta.

Eriska menjelaskan, berbeda dengan Bank BRI, pihaknya melayani penukaran uang oleh jamaah calhaj pada pagi hingga malam hari. Sementara untuk besaran rupiah yang ditukarkan jamaah calhaj, Eriska mengaku besarannya sangat bervariasi. “Yang paling tinggi dilakukan jamaah calhaj asal Labusel yang mencapai Rp34 juta. Madina juga pernah sampai Rp15 juta atau senilai dengan 5.454 Riyal. Stok riyal yang kita sediakan per hari mencapai 35 ribu hingga 50 ribu riyal,” paparnya.

Sementara itu, Koordinator Humas PPIH Embarkasi Medan Sazli Nasution menerangkan, BPIH tidak membatasi uang saku yang harus dibawa jamaah calhaj. “Tapi saya rasa, 1.500 Riyal sudah cukup untuk biaya kehidupan jamaah calhaj di Mekah, seperti untuk makan, membeli buah-buahan dan lainnya. Sedangkan untuk untuk di Madinah dan Arafah sudah disediakan panitia,” ungkapnya.

Menurutnya, pembatasan uang yang dibawa jamaah calhaj tergantung biaya kebutuhan masing-masing. “Tapi, terkadang jamaah calhaj banyak mendapat titipan dari keluarga di tanah air berupa oleh-oleh dan lain-lain. Maka, mereka harus membawa uang tambahan. Kalau utuk kebutuhan makan saja, dana living cost saya rasa cukup,” kata Sazli.

Tersesat di Masjidil Haram
Mengantisipasi terus bertambangnya jamaah yang tersesat di Masjidil Haram, petugas keamanan yang melayani jamaah tersesat ditambah personelnya.
Paling tidak kini ada 35 petugas yang bergantian menjaga area Masjidil Haram. “Dari sebelumnya 15 orang personel, kami tambah 25 orang. Jadi kini 35 personel menjaga tempat itu,” kata Kepala Daerah Kerja (Kadaker) Makkah, Asryad Hidayat, Jumat (21/10).

Menurut dia, ada empat tempat yang ada di pelataran Masjidil Haram yang dipakai sebagai tempat mangkal petugas pelayanan jamaah tersebut. Itu berada di pintu Babus Salam, pintu ke luar Marwah, di dekat Hotel Daarut Tauhid, di bawah Hotel Hilton, dan di bawah bangunan jam raksasa atau di bawah Zamzam Tower.

“Mereka akan berada di tempatnya mulai pukul 05.00 – 08.00 Waktu Arab Saudi. Sedangkan pada malam hari mereka “standby” di tempat itu mulai pukul 19.00–22.00 Waktu Arab Saudi,” ujarnya.

Di luar jam itu, lanjutArsyad, para petugas juga secara berglirian akan menyisir seluruh area pelaran Masjidil Haram. “Maka jika ketemu petugas resmi, silakan minta pertolongan. Cirinya adalah pakai rompi dan memakai tanda pengenal sebagai petugas,” katanya.

Arsyad mengakui selama ini ada beberapa kendala yang terjadi di dalam mengamankan para jamaah tersesat. Pertama, masih terbatasnya jumlah personel. Kedua, keadaan Masjidil Haram yang terus menerus bertambah sesak. Ketiga, adanya persoalan dari pihak jamaah itu sendiri.

“Namun, yang paling terasa, ya karena harus melayani orang tua dan tidak paham bahasa Indonesia. Hal ini makin susah karena komunikasinya menjadi tak lancar. Tapi jangan khawatir, kalau ketemu petugas mereka yang tersesat pasti akan diantarkan sampai ke pondokan,” tegas Arsyad. (saz/rol/bbs)

MEDAN-Sedikitnya ada Rp34,8 miliar lebih uang yang dibawa 8.442 jamaah calhaj Embarkasi Medan yang tergabung pada kloter I-XIX. Total ini hanya dari living cost pemberian PPIH Embarkasi Medan sebesar 1.500 Riyal per jamaah dikalikan kurs riyal di Embarkasi Medan yakni Rp2.750 per riyal.
Data yang diterima dari Humas PPIH Embarkasi Medan, jumlah tersebut belum termasuk penukaran pribadi per jamaah.

Teller Bank BRI Fadillah menjelaskan, Bank BRI menyediakan fasilitas penukaran Riyal dari Rupiah. “Dari jamaah calhaj kloter I-XIX jumlah terbesar penukaran yakni Rp3 juta atau 1.090 Riyal. Tapi, ada juga yang hanya menukar 10 Riyal,” terangnya Jumat (21/10).

Ia juga mengatakan, walau telah mendapat biaya hidup sebesar 1.500 Riyal atau Rp4,125 juta, jamaah calhaj masih melakukan penukaran untuk belanja dan bersedekah ketika sampai di sana (Tanah suci, Red) serta membelikan oleh-oleh kepada keluarga di tanah air. “Memang tak bisa dipastikan berapa rata-rata jamaah calhaj menukar rupiahnya. Tapi, kita mematok minimal penukaran 10 riyal,” jelasnya.

Dalam penukaran tersebut, jamaah calhaj juga dibatasi dalam pecahan 1 Riyal, 5 Riyal, 10 Riyal, 20 Riyal, 50 Riyal dan 100 Riyal. “Jika dirata-ratakan, jamaah calhaj bias menukarkan rupiahnya hingga 10 ribu riyal per hari,” kata Fadillah.
Berbeda di Bank Muamalat. Teller Bank Muamalat Eriska Rukma menuturkan, pihaknya baru melayani penukaran uang di Asrama Haji sejak kloter IX. Namun, total Riyal yang sudah dikeluarkan mencapai 54 ribu Riyal atau sekitar Rp150 juta.

Eriska menjelaskan, berbeda dengan Bank BRI, pihaknya melayani penukaran uang oleh jamaah calhaj pada pagi hingga malam hari. Sementara untuk besaran rupiah yang ditukarkan jamaah calhaj, Eriska mengaku besarannya sangat bervariasi. “Yang paling tinggi dilakukan jamaah calhaj asal Labusel yang mencapai Rp34 juta. Madina juga pernah sampai Rp15 juta atau senilai dengan 5.454 Riyal. Stok riyal yang kita sediakan per hari mencapai 35 ribu hingga 50 ribu riyal,” paparnya.

Sementara itu, Koordinator Humas PPIH Embarkasi Medan Sazli Nasution menerangkan, BPIH tidak membatasi uang saku yang harus dibawa jamaah calhaj. “Tapi saya rasa, 1.500 Riyal sudah cukup untuk biaya kehidupan jamaah calhaj di Mekah, seperti untuk makan, membeli buah-buahan dan lainnya. Sedangkan untuk untuk di Madinah dan Arafah sudah disediakan panitia,” ungkapnya.

Menurutnya, pembatasan uang yang dibawa jamaah calhaj tergantung biaya kebutuhan masing-masing. “Tapi, terkadang jamaah calhaj banyak mendapat titipan dari keluarga di tanah air berupa oleh-oleh dan lain-lain. Maka, mereka harus membawa uang tambahan. Kalau utuk kebutuhan makan saja, dana living cost saya rasa cukup,” kata Sazli.

Tersesat di Masjidil Haram
Mengantisipasi terus bertambangnya jamaah yang tersesat di Masjidil Haram, petugas keamanan yang melayani jamaah tersesat ditambah personelnya.
Paling tidak kini ada 35 petugas yang bergantian menjaga area Masjidil Haram. “Dari sebelumnya 15 orang personel, kami tambah 25 orang. Jadi kini 35 personel menjaga tempat itu,” kata Kepala Daerah Kerja (Kadaker) Makkah, Asryad Hidayat, Jumat (21/10).

Menurut dia, ada empat tempat yang ada di pelataran Masjidil Haram yang dipakai sebagai tempat mangkal petugas pelayanan jamaah tersebut. Itu berada di pintu Babus Salam, pintu ke luar Marwah, di dekat Hotel Daarut Tauhid, di bawah Hotel Hilton, dan di bawah bangunan jam raksasa atau di bawah Zamzam Tower.

“Mereka akan berada di tempatnya mulai pukul 05.00 – 08.00 Waktu Arab Saudi. Sedangkan pada malam hari mereka “standby” di tempat itu mulai pukul 19.00–22.00 Waktu Arab Saudi,” ujarnya.

Di luar jam itu, lanjutArsyad, para petugas juga secara berglirian akan menyisir seluruh area pelaran Masjidil Haram. “Maka jika ketemu petugas resmi, silakan minta pertolongan. Cirinya adalah pakai rompi dan memakai tanda pengenal sebagai petugas,” katanya.

Arsyad mengakui selama ini ada beberapa kendala yang terjadi di dalam mengamankan para jamaah tersesat. Pertama, masih terbatasnya jumlah personel. Kedua, keadaan Masjidil Haram yang terus menerus bertambah sesak. Ketiga, adanya persoalan dari pihak jamaah itu sendiri.

“Namun, yang paling terasa, ya karena harus melayani orang tua dan tidak paham bahasa Indonesia. Hal ini makin susah karena komunikasinya menjadi tak lancar. Tapi jangan khawatir, kalau ketemu petugas mereka yang tersesat pasti akan diantarkan sampai ke pondokan,” tegas Arsyad. (saz/rol/bbs)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/