MEDAN, SUMUTPOS.CO- Jumlah penderita Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) selama September di Kota Medan meningkat sebanyak 3.160 orang dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 20.533 orang. Peningkatan ini diduga lantaran tebalnya kabut asap yang baru-baru ini menyelimuti Kota Medan.
Kepala Seksi Penanggulangan dan Pencegahan Penyakit Dinkes Medan, Pocut Fatimah Fitri kepada Sumut Pos mengatakan, dari data yang diterima dari 39 Puskesmas di Medan, penderita ISPA pada Juli mencapai 21.566 orang, Agustus capai 20.533 orang dan pada September meningkat menjadi 23.393 orang.
“Peningkatan ini belum bisa kita sebut seluruhnya karena asap. Memang ada, tapi tidak signifikan dan ada penyebab lain. Harus kita teliti lagi,” katanya, Rabu (21/10).
Namun begitu, Pocut megimbau masyarakat untuk peduli terhadap kebersihan lingkungan sekitarnya serta peduli dengan kesehatan masing-masing dan juga keluarganya. “Kalau sudah ada keluhan batuk atau pilek, jangan disepelekan. Bawa langsung ke klinik atau Puskesmas dan layanan kesehatan terdekat,” ujarnya.
Sementara itu, Kabbag Hukum dan Humas Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Pirngadi Medan, Edison Parangin-angin mengaku sepanjang Agustus hingga September tidak ada tercatat pasien menderita ISPA.
“Nggak ada pasien rawat inap dan rawat jalan dengan keluhan ISPA, mungkin penderita ISPA lebih banyak berobat ke Puskesmas, atau klinik terdekat di tempat tinggal mereka masing-masing,” ujar Edison.
Sementara itu, pengamat kesehatan dr Umar Zein SpPD KPTI menyampaikan, sebelumnya ia sudah memperkirakan adanya peningkatan penderita ISPA pada September 2015. “Di tempat praktek, peningkatan kasus sebenarnya tidak banyak, karena ambang batasnya belum level atas. Tapi tetap ini bisa mempengaruhi kesehatan dan harus dihindari. Pengaruhnya mulai dari hidung, trakea, dan paru-paru,” katanya.
Untuk mencegahnya, ujar dokter yang juga konsultan penyakit tropik dan infeksi ini, masyarakat harus menggunakan masker, khususnya bagi anak-anak. “Tapi anak-anak ini yang susah bila disuruh pakai masker, padahal polusi udara itu sangat rentan pada anak-anak. Dinkes bisa melakukan koordinasi dengan Dinas Pendidikan. Tetapi sekarang polusinya belum mengkhawatirkan,” katanya.
Tidak hanya kepada anak-anak, sambungnya, polusi udara juga berpengaruh cepat kepada mereka yang menderita penyakit paru kronis seperti pada orang tua atau Balita.
“Kalau adanya hujan, ini masih menguntungkan karena polusinya turun,” katanya.
Sedangkan Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Medan, dr Ramlan Sitompul Sp THT-KL mengingatkan masyarakat agar mewaspadai ancaman penyakit yang ditimbulkan akibat asap yang tak sehat ini.
“Udara yang tak bersih bisa mengancam gangguan penafasan dan bisa juga memicu berbagai penyakit lain,” kata Ramlan.
Selanjutnya dia mengimbau masyarakat agar sedapatnya tidak keluar rumah. Namun jika tak memungkinkan, maka harus memakai masker. Memakai masker dan minum air putih yang banyak merupakan langkah untuk mencegah ancaman penyakit tersebut. “Kalau ada keluhan langsung periksakan diri ke dokter terdekat,” ujarnya.
Sementara itu, Kabid Data dan Informasi BMKG Wilayah I Medan Sunardi mengatakan, untuk Rabu (21/10) siang sekira pukul 13.00 WIB, kabut asap di Medan sangat tidak sehat dimana ketebalannya 296 mg/m3.
Hal ini dikarenakan adanya 630 titik api di Sumatera Selatan dan 30 titik api di Riau. “Ini juga dipengaruhi belahan Selatan yang kemarau dan masih adanya angin Tenggara jadi arah anginnya mengarah ke Sumatera Utara,” jelas Sunardi sembari mengatakan, kondisi kabut asap masih terus terjadi karena masih adanya titik api. (put/adz)